Bicara tentang Asia Timur, kita pasti tidak bisa lari dari China, Korea dan Jepang. Tiga negara ini mempunyai nilai sejarah yang sangat unik dan memainkan peran yang sangat penting dalam percaturan politik dan perekonomian di Asia Timur. Â Oleh karena itu, saya memutuskan untuk menjadikan tiga negara ini sebagai destinasi jalan-jalan saya yang berikutnya.
Merencanakan rute perjalanan ke tiga negara ini tidak mudah karena begitu banyak tempat menarik yang harus dikunjungi sedangkan saya hanya punya 2 minggu. Iya, hanya 2Â minggu untuk rencana jalan-jalan ke Asia Timur. Karena tidak mudah, saya terus menerus merevisi rencana perjalanan saya dan di kesempatan ini saya akan berbagi pengalaman merencanakan rute perjalanan saya.
Setelah membaca dan membaca dan melihat peta Asia Timur lagi dan lagi, saya akhirna berhasil merumuskan rencana pertama saya. Dari Belanda, saya akan mengunjungi Xiamen dan Shanghai di China. Dari Shanghai, saya akan menaiki pesawat ke Pulau Jeju di Korea sebelum melanjutkan perjalanan ke Tokyo di Jepang  dan kembali ke Beijing di China.
2 minggu di 5 kota di 3 negara yang yang dipisahkan oleh Laut China Selatan dan Laut Jepang terdengar sangat ambisius. Saya mengakui memang agak ambisius tapi suatu hal yang sering menjadi dasar pertimbangan saya adalah kapan lagi sehingga akhirnya saya memutuskan untuk terus maju dan mematangkan rencana perjalanan saya. Untuk itu saya berkonsultasi dan coba mencari masukan dari teman-teman. Ada masukan dari teman-teman yang menyatakan bahwa 3 negara terlalu banyak sehingga saya akan lebih banyak menghabiskan waktu di perjalanan ketimbang waktu berkualitas untuk menikmati keindahan alam yang bisa ditawarkan oleh masing-masing destinasi. Saya mendengar dengan cermat dan coba untuk berfikir lagi dan lagi, sebuah proses yang tiada akhirnya dan saya memutuskan untuk merevisi rencana perjalanan saya.
Rencana perjalanan saya yang kedua adalah 5 kota di 1 negara, yaitu Xiamen, Lijian, Lhasa, Xián dan Beijing di China. Dasar pertimbangan kali ini adalah fokus, saya ingin fokus mengeksplorasi sejarah panjang dan keindahan alam China. Gunung Salju Jed  Naga di Lijiang dan Atap Dunia di Lhasa Tibet sangat disayangakan untuk tidak dikunjungi. Xián yang sangat kaya dengan nilai sejarah dan pernah menjadi ibu kota 13 dinasti di China dan merupakan tempat letaknya serdadu Tera-cotta menjadi daya tarik tersendiri yang sulit untuk saya lewatkan. Tentu, Beijing yang kondang dengan Tembok Besar dan Kota Terlarang adalah tempat yang wajib dikunjungi di China. Saya suka dengan rencana ini  sebelum akhirnya saya tau bahawa diperlukan permit khusus untuk ke Lhasa Tibet dan wisatwan mancanegara tidak dibenarkan berpergian sendiri ke Atap Dunia. Saya kecewa dan akhirnya saya kembali merevisi rencana perjalanan saya.
Rencana perjalanan saya yang ke-3 dan yang terakhir adalah gabungan antara dasar eksplorasi dan efisiensi. Saya akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke 6 kota di 2 negara. Saya memilih Tokyo ketimbang Pulau Jeju karena saya lebih menyukai gunung dibandingnkan dengan pantai. Tidak apa saya tidak bisa bisa menikmati Gunung Salju Jed Naga dan Atap Dunia di China, insya Allah saya bisa merasakan sensasi berada di Gunung Fuji di Tokyo dan Gunung Tianzi di Zhangjiajie.
Setelah mematangkan rencana perjalanan saya akhirnya menguatkan semangat untuk menempuh 4 jam perjalanan pergi ke Kedutaan China di Den Haag dan 4 jam perjalanan pulang ke kota saya berdomisili di Groningen. Tidak sekali, tapi 3 kali karena paspor harus ditinggal di kedutaan dan harus datang lagi untuk mengambil paspor berserta visa. Pengalaman mengurus visa ke China dan Jepang akan saya ceritakan di edisi Jalan-Jalan ke Asia Timur 2.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H