Mohon tunggu...
Didi Jagadita
Didi Jagadita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Budaya Vs Agama di Balik Puisi Sukmawati SoekarnoPutri

13 April 2018   13:40 Diperbarui: 13 April 2018   13:48 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sukmawati Soekarnoputri,  anak dari Soekarno, presiden pertama RI dan salah seorang proklamator Indonesia, namanya melambung setelah membacakan puisi kontroversial. Hanya dalam hitungan jam, puisi buatannya viral dan dikomentari ratusan netizen. Bukan tanpa alasan mereka mengkritisi puisi tersebut, indikasi pelecehan terhadap agama Islam sangat kuat di dalamnya.

Sukmawati membacakan puisi berjudul "Ibu Indonesia" itu dalam acara 29 tahun Anne Avantie di Indonesia Fashion Week 2018 yang digelar di Jakarta Convention Center, Senayan, beberapa waktu lalu. Patut disayangkan ketika lirik beraroma kebencian terhadap ajaran Islam itu keluar dari mulut anak proklamator Indonesia yang seharusnya memberikan keteladanan serta ketenangan kepada masyarakat. Seharusnya, ibu-ibu berusia tua seperti Sukmawati Sukarnoputri senantiasa menjaga tutur kata, tingkah laku demi terciptanya kerukunan beragama, suku, dalam bingkai kebhinekaan. Bukan sebaliknya, menyampaikan ekpresi hati melalui puisi, yang berpotensi memprovokasi anak bangsa.

Banyak pendapat mengatakan bahwa puisi tersebut ada indikasi untuk menghina agama Islam karena merendahkan cadar dan suara adzan. Sukmawati membandingkannya dengan sari konde dan suara kidung. Jika kita cermati bersama, memang pesan dalam puisi tersebut membandingkan agama dan budaya, menjadi dua hal yang dipertentangkan. Dari puisi kontroversial tersebut,  umat Islam diingatkan untuk saling menjaga dan membela agama Islam sebagai bentuk keharmonisan beragama. Meskipun ada yang menilai isi puisi Sukmawati merupakan bentuk kebebasan dalam berekpresi namun tidak bisa dipungkiri bahwa isi puisi tersebut menyerang ajaran Islam.

Hemat penulis, potensi munculnya polemik dari kalangan yang notabene masyarakat muslim, yang banyak dianut oleh oleh bangsa Indonesia, terhadap puisi Sukmawati, tentu hal itu sebagai akibat dari salah kaprahnya mencampuradukkan seni dan politik yang dikemas dalam perbandingan antara agama dan budaya.

Kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, memang rentan akan goncangan, manakala semua yang berbau perbedaan lebih ditonjolkan, apalagi bila menyudutkan orang atau golongan tertentu. Kontroversi puisi dari Sukmawati hendaknya dijadikan hikmah atau pelajaran bagi masyarakat akan pentingnya sikap cerdas dan kritis agar tidak mudah terkontaminasi oleh aktor yang sengaja memberikan ujaran kebencian, intoleransi dan penistaan agama.

Mengenai agama dan budaya, secara umum dapat dikatakan bahwa agama bersumber dari Allah SWT, sedangkan budaya bersumber dari manusia. Agama adalah "karya Allah", sedangkan budaya merupakan karya dari manusia itu sendiri. Dengan demikian, agama bukan karya dari budaya sedangkan budaya bukan juga karya dari agama. Bukan berarti keduanya ini terpisah sama sekali, melainkan saling berhubungan satu sama lain karena saling melengkapi. @

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun