Penetapan Ahok sebagai tersangka kemarin menuai banyak kontroversi. Pihak-pihak yang selama ini menuntut dan memprovokasi penangkapan Ahok sejenak bersorak lalu menyadari permasalahan yang akan mereka hadapi. Kubu yang menuntut penangkapan dan pemidanaan Ahok menyadari tuntutan apalagi yang bisa mereka gembar-gemborkan saat tujuan mereka lebih cepat tercapai.
Klimaks yang mereka harapkan terjadi pada tanggal 25 November minggu depan saat ingin mengadakan demo besar-besaran jika Ahok tidak juga dipidanakan. Penetapan Ahok yang menjadi tersangka ini mempercepat klimaks yang ingin mereka gapai minggu depan.
Sejak demo 4 November kemarin, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) banyak mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait kasus Ahok. Akibatnya, terbentuk opini di masyarakat bahwa kubu Cikeas ‘bermain’ dalam aksi tersebut. Agus sendiri memanfaatkan kondisi ini untuk mendongkrak elektabilitasnya. Apalagi langkah Ahok-Djarot dijegal oleh massa susupan yang terus mengganggu kampanye mereka.
Sambil terus dijegal, wacana ‘tangkap Ahok’ juga masih terus dikumandangkan, terutama oleh blok Islam yang cenderung radikal. Bahkan mereka siapkan lagi aksi tanggal 25 November.
Menanggapi hal tersebut, pemerintah pun turun tangan. Aspirasi mereka didengar. Ahok jadi tersangka. Kepanikan merambat ke kubu Cikeas. Ditetapkannya Ahok sebagai tersangka membuat Agus seolah-olah diuntungkan. Akibatnya, terlegitimasilah tuduhan keberadaan Cikeas di balik gejolak blok Islam. Kegegabahan blok Islam membuat Agus tersudut.
Referensi
Ahok Tersangka, Bareskrim Terbitkan Surat Penyidikan
Demo 25 November dan Aksi Tarik Uang di Bank akan dilakukan Umat Islam, Berpotensi Lengserkan Jokowi
Ahok Tersangka Dinilai Jadi ‘Kemenangan SBY atas Jokowi’
Lihat: Ahok Jadi Tersangka, Agus Yudhoyono: Saya Harap Ahok Bisa Jalani Proses
Serangkaian aksi serangan terhadap Ahok ini justru meningkatkan popularitasnya. Tanggapan Agus terhadap hal tersebut mengekspos ‘kehijauan’ dirinya dalam ranah politik. Konter-konter opini yang ia berikan cenderung panik, tak berdasar. Alhasil, isu-isu SARA yang ia gunakan. Juga provokasi kinerja yang berbalikan dengan kenyataan.