"Padahal pasca Reformasi 1998 harapan kita Demokrasi di Indonesia semakin membaik, namun tak kunjung meningkat. Kita tidak bertahan malah saling sikut berebut kekuasaan, segala cara dihalalkan. Terlihat masih dibiarkannya perbuatan money politics dalam Pilkada," katanya.
Heigel khawatir hal ini berlanjut terus, maka pelaksanaan Pilkada memilih Bupati-Wabup, Anggota DPRD sebagai implementasi pelaksanaan sistem Demokrasi Pancasila tidak menghasilkan pemimpin yang benar-benar kehendak rakyat sejati, yaitu melayani rakyat.
Heigel mengkritik regulator atau pun institusi pelaksana maupun penjaga ketertiban Pemilu yang melakukan pembiaran terhadap oknum yang dengan sengaja dan terang-terangan melakukan politik uang.
"Harusnya regulator pelaksana Pemilu menjaga Pemilu yang jujur, adil dan bersih. Alasan memberi "Uang Cendol", bagi-bagi sembako sebelum pemilihan, serangan fajar merusak konsep esensi Pemilu, yaitu adu konsep dalam pembangunan yang tertuang dalam visi-misi paslon.
Lebih jauh Heigel mengatakan, kampanye hitam seperti ini merusak kejernihan masyarakat pada akhirnya dalam memilih pemimpin mereka kelak. "Stagnan demokrasi kita kalau seperti ini terus dibiarkan," katanya.
Politik Uang Pembunuh Demokrasi
Melihat terjadinya praktik politik uang atau money politics di dalam pelaksanaan Pemilukada ibarat melihat Vampire penghisap darah. Apabila tidak diperangi akan mematikan demokrasi itu sendiri.
Vampire itu bernama politik uang yang sifatnya hanya menghisap dan merusak demokrasi. Vampire itu menular, menggigit satu menjadi dua, menggigit dua menjadi empat dan berlipat seterusnya. Apabila dibiarkan terus-menerus maka semua sistem akan hancur.
Karena tidak ada pendidikan politik yang moralis kepada semua elemen, jika contoh buruk money politics secara terus-menerus terjadi akan membunuh demokrasi. Terutama kepada pemilih pemula yang akan meneruskan proses demokrasi nanti. Sebab Pemilu dan Pilkada sebuah proses yang terus bergulir. Pendidikan politik masyarakat tidak berhenti sampai selesainya Pemilukada 9 Desember ini saja.
Menurut Heigel, kalau hanya mengandalkan regulasi saja tidak mungkin, sebab regulasi dibuat oleh partai politik dan politisi. Apabila terus terlembagakan maka demokrasi akan berubah menjadi praktik yang kapitalistik, pemilik modal, dengan uang sponsor yang besar saja yang bisa menang.
Inti dari konsep Demokasi berasal dari kata Demos (rakyat) yang berarti suara rakyat atau suara mayoritas, suara terbanyak, adalah kebenaran.