Belum mencapai satu abad garuda pancasila terbebas dari sangkar penjajahan.
Belum genap satu abad pula garuda kita mengudara dengan sayap-sayap generasi bangsa. Masih terngiang di telinga, ketika kakek nenek kita bercerita tentang sebuah naskah poklamasi yang di proklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta.
Garuda kita dengan gagahnya terbang melayang di udara, menyaksikan bendera merah putih berkibar di nusantara. Pemuda dengan semangatnya, terus menggayuh sayap garuda kita demi keutuhan pancasila, hingga badai G30S PKI berusaha menghalangi laju garuda kita, kita mampu melewatinya karena sayap berusaha tetap utuh dan setia pada sang garuda.
Ketika sayap garuda mulai tenang, melayang jaya di udara, datanglah badai selanjutnya, pemberontakan di daerah-daerah yang mencoba melemahkan sayap garuda. Namun kita sanggup melewatinya bersama.
Kini ketika puting beliung globalisasi kembali menyapa. Dikala peredaran narkoba begitu gencarnya mengelabuhi polisi, dikala berbagai tontonan tidak mendidik meracuni generasi muda sebagai calon sayap garuda generasi selanjunya. Garuda masih tetap bertahan, walau terbangnya tak segagah dulu.
Garuda kita sakit,pemberontakan terjadi dimana-mana,para generasinya terkontaminasi narkoba, anarkis, para generasi tuanya terjerat korupsi. Bagaimana ini? Lihatlah sang garuda yang meronta kesakitan? Namun di dadanya masih tertancap kuat pancasila, dimana karena ketuhanan maha esa munculah kemanusiaan yang adil dan beradap, dari manusia yang adil dan beradap munculah persatuan Indonesia, dari persatuan Indonesia kemudian muncul kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwalikan setelah semua itu tercapailah yang namanya keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ingatlah berapa lama kita di jajah? Berapa abad penderitaan bangsa ini? Berapa juta pahlawan kita? Berapa luas lautan jika air mata penderitaan bangsa ini dikumpulkan? Ingatlah ketika merah putih mulai dikibarkan, perlahan demi perlahan.
Itu tidaklah mudah, dalam merah dan putih, telah menelan jutaan nyawa nenek moyang kita. Sadarkah wahai calon pengganti sayap garuda? Setelah garuda berhasil lepas dari cengraman penjajah, tegakah kalian menyakitinya???
Membiarkanya terombang ambing di angkasa, apalah arti kebebasan?apalah arti kemerdekaan jika garuda kita terhianati oleh helai-helai bulunya?
Lihatlah apa yang ia selalu cengkram dengan kedua cakarnya? Bhineka tunggal ika, walaupun kita berbeda-beda namun satu jua Indonesia.
Di era globalisasi ini, dimana semua kebudayaan campur, tumpah semua, segalanya ada dalam sebuah hubungan raksasa yang bernama internet. Berbagai gaya hidup mempengaruhi kehidupan kita, budaya yang bisa menggusur kebudayaan kita, jika kata orang jawa mengatakan “sing seret gondelan waton.” Artinya yang erat berpegang kepada asalmu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H