Mohon tunggu...
Radharani DeviDasi
Radharani DeviDasi Mohon Tunggu... -

Penyembah Sri Krishna dan Srimati Radharani

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Krishna dan Vrinda..

16 Oktober 2014   21:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:45 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Krishna” ujar pria manis bertubuh bagus itu ke arah perempuan yang menyambut uluran tangannya dengan lembut “Vrinda” jawab perempuan itu lengkap dengan senyumnya. Perkenalan singkat yang berbekas di hati keduanya. Walau sesaat setelah perkenalan itu mereka harus dipisahkan oleh jarak. Dan hanya waktu yang akan menjawab, kapan mereka berjumpa lagi.

Krishna Sankirtan, seorang pemain Mredangga dari Jagannath Ashram Denpasar baru saja menyelesaikan pelayanan Harinamnya di Pulau Lombok. Tak pernah terpikirkan olehnya, akan berjumpa dengan penyembah yang memiliki keceriaan luar biasa seperti Vrinda. Tujuannya datang hanyalah untuk pelayanan jadi tak pernah terbayangkan ada hal-hal lain yang akan dialaminya. Namun Jaganath berkata lain, ia dipertemukan oleh seorang wanita penuh tawa yang selalu membuat Sri Gaura Chandra Ashram riuh, tawanya selalu bisa membuat sekelilingnya ceria. Krishna tersenyum, ingatannya melayang-layang, saat Vrinda meledeknya hingga menghasilkan senyuman malu di wajahnya, saat Vrinda tertawa lepas dengan para penyembah..ahh aku mulai menyukainya, bisik Krishna dalam hati. Diraihnya ponsel miliknya dan dicobanya untuk menghubungi salah satu penyembah yang cukup dekat dengannya.

Krishna: Hari Bolo Mataji, nanya dong, punya pin BBnya Mataji Vrinda ga?

Cukup lama Krishna menunggu chatnya dibaca oleh Mataji Eka, penyembah yang dihubunginya. Hatinya mulai penasaran. Haruskah dia bertanya pada koordinator Sri Gaura Candra Ashram?Hmm..sepertinya jangan. Akan terfikir hal-hal yang mungkin terlalu jauh bila itu dilakukannya. Disabarkannya hati untuk menunggu jawaban dari Mataji Eka.

Eka: Hari Boooll...naahh ngapain nanya2 pin Mataji Vrinda? Mencurigakan Prabu ini

Krishna salah tingkah, nanya pin BB dianggap mencurigakan ya di Lombok? bisik hatinya bingung. Dia mencoba mengetik kata demi kata, menghapusnya lagi, mengetik ulang, sampai akhirnya terkirim kalimat dengan alasan terbaik menurutnya

Krishna: Loo mencurigakan gmn? Ada yang mau tak tanya sama dia, soal kerjaanku ini.

--- Lima Menit kemudian ----

Eka: xxxxxx tuh pinnya, nanya kerjaannya jangan keterusan ya Prabu. Hahaha

Wajah Krishna merona, dia sudah menyangka Eka pasti menggodanya. Hmm, menyukai seorang gadis bukan hal yang aneh bagi seorang pria, tapi bila menyukai gadis lain diatas cinta yang telah terjalin, itu sungguh hal yang...ahh Krishna mendadak galau..

Gayatri meraih ponselnya, tumben sudah hampir pukul 10 malam Krishna belum menghubunginya. Biasanya sesibuk apapun Krishna selalu memberi kabar. Dibolak baliknya ponsel kesayangannya itu, hatinya mulai gundah, Krishna tidak biasanya begini. Diputuskannya untuk mengetik kata demi kata, memastikan keberadaan kekasihnya untuk menenangkan hatinya yang mulai galau.

Gayatri: Sayang dimana? Uda makan kan?

Krishna tersentak, notifikasi bbmnya tiba-tiba berbunyi. Apakah Vrinda telah menerima permintaan pertemanannya lalu mengajaknya chat terlebih dahulu? Atau Vrinda lupa padanya hingga mengirimkan chat yang menanyakan siapa dia, karena display picture bbmnya saat ini bukanlah foto mukanya, atau mungkin Vrinda mengingatnya lalu menggodanya lagi? Otak Krishna dipenuhi dengan bermacam kemungkinan yang ia rangkai sendiri. Vrinda...Vrinda...Vrinda, semua kemungkinan yang berkaitan dengan sosok lucu Vrinda. Tak sabar dibukanya bbm, dan ia terkaget sesaat, ternyata ia begitu sibuk mengkhayalkan Vrinda hingga lupa memberi kabar pada Gayatri, kekasihnya. “Fuuhhh curiga dah anak ni nok” bisik hatinya kalut. Sebenarnya Gayatri bukan type pencemburu, bukan juga gadis yang suka curiga. Hanya kali ini berbeda, Krishna merasa bersalah karena hatinya memang terbagi pada Vrinda.

Krishna: Di rumaaahh J maaf yank, pulang kerja ketiduran baru Na liat hp

Okay..berbohong. Sesungguhnya tidak ada white lie di dunia ini. Bohong ya bohong, tetap salah. Tapi tidak mungkin juga Krishna membalas pesan Gayatri dengan jawaban “Maaf yank, dari tadi aku mikirin Vrinda, cewe Lombok yang lucu banget, sampe aku ga bosen2nya mikirin dia, aku add pin BBnya kok ga di accept2 ya yank? Kamu tau ga kenapa?” , itu sama saja menyerahkan diri pada tukang jagal. Maka yang terbaik adalah beralasan yang umum saja, ketiduran! Walaupun bila akal sehat Gayatri bekerja, dia pasti bertanya-tanya, ketidurannya dari jam berapa? Pulang kerja jam 2, masak ketiduran sampe jam 10 malem? Tdur apaan itu?. Tapi Krishna terlalu malas untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan itu, otaknya sedang dipenuhi Vrinda Maharasyi, penyembah yang begitu menyenangkan dari pulau sebrang.

Vrinda melemparkan tubuhnya di kasur kamarnya. Wajahnya terlihat begitu lelah. Mata kuliah hari ini sangat padat, belum lagi kerja sampingannya menuntut tenaga berlebih, membuat Vrinda merasa begitu penat. Diaduk-aduknya tas kuliahnya, mencari ponsel yang sejak tadi tak sempat diliriknya. Hmm, bbm notification, ada 6 messages dan 1 request. Disentuhnya tool friend request, nama Krisna Sankirtan terbaca dengan jelasnya disana. Tiba-tiba Vrinda tersenyum, teringat lagi pria penabuh Mredangga dari Bali yang diganggunya saat Harinam. Krishna itu lucu, dia lugu dan kalem tapi jahil. Itu sebabnya Vrinda senang menggodanya. Di acceptnya request itu dan dibukanya kolom chat.

Vrinda: Haiyaaa Thanks udah ngeadd, tau pin Nda dari mana Prabu??

Notifikasi bbmnya menyala lagi, Krishna agak sedikit malas meraihnya. Entah apa lagi pertanyaan Gayatri kali ini. Tapi bola matanya membelalak, no! Itu bukan Gayatri, itu Vrinda! Vrinda Maharasyi yang diharap-harapkannya sejak sore tadi.

Krishna: Ada deeehh.. Mataji lagi apa? Dari tadi di request baru di accept. Orang sibuk!

Vrinda terkikik, Krishna tidak berubah, dia masih saja jahil dan lucu. Tanpa sadar, kelelahan dan penatnya tadi menghilang, berganti bahagia yang merekah di hatinya. Mungkin hanya dia dan Jaganath yang tau, betapa Krishna terlihat begitu menarik baginya. Saat Govindam di Ashram, Vrinda telah menaruh perhatian pada sosok kekar Krishna. “Badannya bagus” bisik Vrinda dalam hati saat itu. Lalu dia mulai memperhatikan Krishna, mulai mengajaknya bercanda, dan menemukan “jiwa” disana.

Vrinda: Tadi Nda kuliah Prabu, woaa pusing.. lagi padet, baru cek hp

Krishna tersenyum manis, Vrinda yang lucu itu ternyata bisa pusing juga. Krishna mulai menemukan “rasa” disana. Diajaknya Vrinda bercanda, dibuatnya Vrinda tertawa hingga melupakan kepenatannya, tanpa sadar, tengah malam menjelang dan mereka masih tak ingin terlelap.

“Vrinda Maharasyi” sebut Vrinda ketika seorang penyembah yang terlihat seusia dengannya mengajaknya berkenalan. Penyembah yang bernama Satya itu mengangguk-anggukan kepalanya dan ikut menyebut nama lengkapnya. Vrinda melepaskan tangannya dari genggaman Satya ketika terdengar suara telepon masuk ke ponselnya

Vrinda: Hari Bol prabuji

Penelepon yang ternyata Krishna itu tersenyum mendengar suara lembut Vrinda menjawab teleponnya. Sejak tadi dia ingin sekali menghubungi Nda, entah mengapa chatting semalam terasa belum cukup baginya. Tapi sayang, hari ini dia begitu sibuk, sehingga baru bisa melepaskan rindunya sore ini pada Vrinda

Krishna: Hari Boloo mataji lagi apa?

Vrinda: Lagi teleponan kan sama Prabu Krishna haha

Krishna: Eeemmm bcanda dah terus, serius nih Mataji Nda, lagi ngapain?

Vrinda: Lagi di Ashram Prabu, lagi pelayanan, tadi ngobrol sama Satya sih

Krishna: Satya? Govinda Satyaki Das? Hmmm

Dada Krishna mendadak sesak, sepertinya Satya juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Ingin menarik perhatian Vrinda. Satya sejak dulu selalu memiliki selera yang sama dengannya, terutama dalam hal wanita. Siapapun yang coba didekati Krishna selalu dikejar hatinya juga oleh Satya. Terkecuali Gayatri, kekasihnya itu tak pernah didekati oleh Satya sekalipun.

Vrinda: Iya Prabu, kenapa kok hmmm?

Krishna: Ngomongin apa?

Vrinda: Dia ngajakin kenalan aja sih Prabu, kenapa siih?

Krishna mulai menduga-duga, ngajakin kenalan? Sudah pasti ada maksud, pasti! Dia sangat mengenal Satya, dulu sebelum dia dan Itha jadian, Satya juga mencoba mendekati Itha, hanya saja Itha lebih memilihnya. Apa hal yang sama akan terjadi pada Vrinda? Akankah Vrinda memilihnya juga? Ooh Sri Krishna, pemikiran apa ini? Bagaimana mungkin aku berharap Vrinda akan memilih pria berstatus kekasih orang sepertiku. Parahnya Vrinda tau itu, dan bukan tidak mungkin dia akan memilih Satya untuk mengamankan diri. Pikiran Krishna melayang-layang.

Vrinda: Prabujiiiiiii! Kok diem kaya patung Sakah?

Krishna tersentak, teriakan Vrinda melengking di telinganya. Dia tersadar, ternyata dia telah melamun begitu lama. Dikumpulkannya lagi pikirannya yang sejak tadi terpecah belah entah kemana.

Krishna: Eehh maap-maap Mataji, tadi saya ngelamun haha

Vrinda: Ngelamunin apa? Ngelamunin saya ya? Hahaha

Krishna: Iya, ngelamunin kamu.

Dada Vrinda berdesir, Krishna mengakui hal yang diharap-harapkannya. Sebenarnya ia tahu, Krishna menyimpan kekaguman untuknya, tapi Vrinda juga menyadari, Krishna tak lagi sendiri, jadi tidak mungkin Krishna akan meninggalkan kekasihnya dan memilih berjalan bersama Vrinda, itu sangat tidak mungkin. Tapi ini tentang hati, yang sulit untuk diajak berkompromi.

Vrinda: Saya juga mikirin kamu daritadi.

Blaaarrr! Vrindapun tersentak dengan apa yang terucap dari bibirnya, bagaimana dengan Krishna? Ia pasti merasakan hal yang sama. Pasti juga kaget mendengar pengakuan Vrinda. Tiba-tiba Vrinda merasa begitu bodoh, mengapa dengan gampangnya dia membuka perasaannya pada Krishna yang baru semalam mengobrol panjang dengannya. Ketakutan, rasa malu, kegundahan muncul satu-satu. Vrinda galau..

Krishna: Itu harapan saya. Saya kangen kamu, Nda.

Krishna mulai tak peduli. Hatinya tak bisa lagi diajak berdamai. Dia benar-benar ingin Vrinda tau apa yang sedang dirasakannya sekarang. Ya, dia merindukan Vrinda, lalu apa yang harus dikatakannya? Haruskah dia bersikap munafik seolah-olah tak memikirkan Vrinda sama sekali? Haruskah dia pura-pura hanya menganggap Vrinda saudara di Ashram? Itu sulit untuk Krishna, sulit sekali.

Vrinda: Saya juga kangen kamu, Krishna.

Vrinda berhasil meredam galaunya, lonjakan bahagia memenuhi otaknya. Dia benar-benar sedang jatuh cinta. Ini memang salah, seolah tak peduli dengan status yang keburu menempel di depan nama Krishna, Vrinda tak bisa menahan diri untuk mengungkap apa yang terasa di hatinya. Ini benar-benar tentang cinta, ini rasa yang tak sanggup dicegah. Vrinda hanya ingin mengakui rasanya, bukan ingin merebut Krishna dari kekasihnya. Sama sekali bukan.

Krishna dan Vrinda menyelesaikan pembicaraan mereka setelah berjanji untuk saling menghubungi lagi malam nanti. Hati mereka benar-benar tak bisa lagi dicegah, bahagia menyusupi kalbu, tak kuasa untuk melawan rasa yang semakin menusuk dan memberontak. Krishna merasakan tubuhnya begitu ringan, serasa melayang, begitupun Vrinda. Ini mungkin salah, cinta diatas cinta tidak bisa dibenarkan, tapi ini hanya sebongkah cinta yang entah bagaimana cara menghalaunya. Krishna tak sanggup, Vrinda tak mampu..

Vrinda membuka matanya tepat pukul 4 pagi, dingin menusuk tulang-tulang persendiannya. Dicobanya meregangkan badan, menggerak-gerakkannya agar terasa sedikit hangat. Diraihnya ponsel kesayangannya dan matanya terbelalak. 21 missed call, 36 bbm, 21 line dan 16 whatsapp messenger. Siapa yang menghubunginya sampai sebanyak ini?? Dicobanya membuka satu persatu, ternyata semua berasal dari Krishna.

Blackberry Messenger

Krishna: Vrindaku, Krishnamu baru balik nih dari Harinam. Maaf ya tadi ga bisa dihub

Krishna: Kamu marah? Kok ga bales? Ndaaa!!

Krishna: Sayang, maafin Na, tadi ada Gayatri, plis ngerti. Na juga kangen bgt Yank

Krishna: Ohh Jagannath, kamu dimana Nda?? Sayang please bales doonk

Dan belasan panggilan “Sayang” memenuhi BBM Vrinda

Line

Krishna: Yank, kalo kamu diem gini Na bingung kamu kenapa?

Krishna: Jangan tinggalin Na kaya gini Nda, tolong Na ga konsen ngapa2in

Krishna: Sayang, kangen

Dan lagi-lagi puluhan “Sayang, bales dong” memenuhi Line Vrinda

Vrinda mengusap matanya, tak percaya dengan pengelihatannya. Benarkah Krishna setakut ini kehilangannya?? Demi apapun, Vrinda tak marah pada Krishna, dia hanya lelah menunggu dan ketiduran tadi. Dibalasnya line Krishna, semoga dia membacanya esok pagi hingga hatinya tak lagi gundah

Vrinda: Nda ketiduran Na..ga marah..Nda ngerti kok, bobo yang nyenyak yaa KBU

Tak sampai satu menit Nda membalas Line Krishna, telepon genggamnya berkedip-kedip menandakan telepon masuk dari Krishna.

Vrinda: Hari bolooo Krishnaa, uda bangun??

Krishna: Belum tidur sayang, Na mikirin kamu daritadi. Na takut

Vrinda: Haah?? Takut apaaa? Tidur ga kmu skrg!! Tiduuurrr Nda blg!

Krishna: Pengen meluk kamu skrg. Nda, jangan kaya tadi lg ya, Na bingung banget

Vrinda: Tiduuuuuurrrr! Nda sayang kamu, Nda ga mau kamu sakit. Yaaaankk tidurrr

Krishna: Iya sayang, Na ga cuma sayang kmu, Na ga bisa ga ada kamu..

Vrinda mendesah pelan, dia tau ini salah. Bagaimana mungkin dia menyayangi pria yang sudah jelas kekasih orang lain? Menyakiti wanita lain demi kebahagiaannya? Ini bukan Vrinda. Tapi melawan hatipun Vrinda tidak sanggup, dia hanya mampu mengikuti kemana arus hatinya mengalir. Ke arah Krishna, semakin dekat, dan tak ingin kembali lagi ke bibir pantai.

Krishna mempercepat langkahnya, dia sudah benar-benar tidak sabar bertemu pujaan hatinya. Tak sampai lima menit setelah kapal sandar di dermaga, Krishna sudah berlari keluar dan mencari angkutan umum yang bisa segera membawanya ke Ashram. Sepanjang jalan terbayang wajah Vrinda yang akan segera ditemuinya.

Krishna: Hari Boooollll

Prabu Yodia: Hari bol, kok dadakan kesini?

Krishna: Iya pengen liburan, capek kerja aja terus

Mata Krishna mencari-cari pujaan hatinya. Tiga bulan hanya berhubungan lewat telepon, Krishna benar-benar tak sanggup lagi menahan rindunya. Tiba-tiba terasa ada sentuhan lembut di lengannya, wajah manis Vrinda menyambutnya ketika diarahkannya pandangan kepada tangan yang menyentuhnya. Hati Krishna bergetar, sebenarnya dia ingin langsung memeluk Vrinda tapi itu tidak mungkin dilakukannya disini. Hanya senyum yang mampu terhasilkan di wajahnya.

Vrinda: Hari Bol Prabu Krishna

Krishna: Hari bol, apa kabar Mataji Vrinda?

Vrinda: Baik, Prabu apa kabar?

Krishna: Baik, temenin saya bisa ga Mataji? Saya lagi butuh sesuatu tapi ga ada kendaraan

Vrinda mengangguk dan mengulas senyum di wajahnya. Dia mengerti, Krishna butuh berdua saja dengannya, begitupun ia, butuh sesuatu yang disebut waktu. Waktu untuk berdua saja, tanpa ada siapapun diantaranya. Vrinda mengulurkan kunci motornya ke arah Krishna, tak berapa lama kemudian mereka telah berdua berkendaraan. Krishna meraih tangan Vrinda dan melingkarkan ke pinggangnya, Vrinda mendekatkan tubuhnya ke punggung Krishna dan meletakkan dagunya di bahu Krishna. Krishna benar-benar merasa nyaman, rindu ini memang harus dilepaskan. Mereka hanya saling merasakan detak jantung masing-masing hingga tiba di suatu bukit hijau tak jauh dari Ashram.

Krishna: Na kangen banget sama kmu Yank

Vrinda mengusap pipi Krishna lembut lalu memeluknya erat. Vrinda tak sanggup lagi menahan hatinya, tak ada lagi malu, atau apapun. Dia hanya ingin melepaskan kerinduannya hari ini. Krishna membelai rambut panjang Vrinda yang lembut lalu mengendurkan pelukannya dan mencium kening Vrinda. Vrinda merasakan damai di kalbunya, keindahan tiada tara menyusupi relung hatinya. Krishna mengusap pipi Vrinda, ditatapnya Vrinda tepat di bola matanya, dikecupnya kedua mata Vrinda, pipi dan lalu bibirnya dengan lembut. Vrinda terpekik, tapi tak kuasa melepaskan, perlahan dia membalasnya. Lama, ada rindu, cinta dan sayang disana.

Vrinda: Nda tau ini salah, tapi...

Krishna mengunci bibir Vrinda lagi, dia tak ingin mendengar apapun dari gadis yang amat dicintainya ini. Hanya ingin berbagi kasih. Susah payah Vrinda melepaskan kuncian Krishna.

Krishna: Na juga tau ini salah, tapi Na bisa gila kalo kehilangan kamu, Nda.

Vrinda mengusap jemari Krishna, ditatapnya wajah lelah Krishna dengan mata nanar. Oohh Shri Krishna, mengapa rasa ini harus hadir ketika Krishna tak lagi sendiri. Tiba-tiba airmatanya jatuh, tepat di jemari Krishna yang sedang ada dalam genggamannya. Krishna meraih dagu Vrinda lembut, menatap kedua bola mata Vrinda. “Kalau kamu nangis karena takut kita ketahuan suatu hari nanti, silakan nangis. Kalau kamu nangis karena merasa bersalah sama Gayatri, nangis aja. Tapi kalau kamu nangis karena berfikir mau ninggalin aku dan memutus rasa kita, lebih baik kamu dorong aku sekarang, biar aku jatuh dan tinggal nama. Itu lebih baik daripada harus hidup ga ada kamu” ujar Krishna panjang dan tegas. Vrinda menggeleng-gelegkan kepalanya. Tangisnya semakin kencang. “Kamu itu egois Krishna. Tapi kenapa Nda sayang banget sama kamu” pekiknya sambil meremas tangan Krishna. Krishna menarik Vrinda dalam pelukannya. “Ini susunan Krishna sayang, jalani ikhlas ya. Na ga mau kehilangan kamu, cukup kamu tau itu aja.” Bisik Krishna di telinga Vrinda, lalu mencium pipi Vrinda dengan lembut. Vrinda hanya bisa pasrah dan mengikuti alur rasa itu, kemanapun dia dibawa pergi.

Krishna melangkah gontai di halaman rumahnya. Baru dua hari dia kembali dari Lombok dan hatinya sudah kembali rindu. Entah mengapa Vrinda begitu kuat terpatri di jiwanya. Seakan tak ada detik tanpa mengingat Vrinda. “Hari Bol” sapanya lemas ketika memasuki rumah, dilihatnya adiknya sedang memilin-milin rok gopi hadiah darinya. “Hari Bolo kakakku. Lemes bener” tanya Arie. Krishna hanya menatap adiknya sekilas lalu melemparkan senyum malasnya dan segera beranjak ke kamarnya. “Woooeee tadi dicariin mbok Gayatri, katanya Na susah dihubungin” teriak Arie. Krishna semakin merasa lelah, dijatuhkannya tubuh ke kasur dan dipeluknya guling degan erat, berharap lelah itu terobati. Terbayang wajah Vrinda, serasa ingin memeluk Vrinda saat ini juga. Lelah ini pasti hilang bila Vrinda berada dalam pelukannya. Diraihnya ponsel dan dihubunginya wanita yang benar-benar sedang dirindukannya itu.

Vrinda: Hari Bol sayang, sudah pulang kerja? Pasti cape ya? Persad dulu yank

Krishna menarik nafas panjang, meredakan irama detak jantungnya yang semakin bertalu. Selalu begini, bila suara Vrinda menyapa telinganya, jantungnya seakan tak bisa diajak berkompromi lagi.

Krishna: Sayang kangen, kangen banget Na..

Suara lirih Krishna yang nyaris berbisik membuat dada Vrinda berdesir. Ingin rasanya dia meraih pujaan hatinya itu ke dalam pelukan dan mengelus punggungnya lembut, agar segala lelahnya sirna..

Vrinda: Nda juga kangen banget sayang.

Krishna: Vivaha yuk

Vrinda: Wedeehh cayangku lg kenapa iniii. Sini sayang, cium pipinya dulu, muach

Krishna: Na serius. Na mau ambil kamu, secepetnya

Vrinda: Na, jangan becanda untuk hal-hal yang masih dlm khayal

Krishna: Khayalan ga akan jadi nyata kalau ga ada action

Vrinda: Action dari khayalan itu terlalu muluk, ga mungkin

Krishna: Apa yang ga mungkin di dunia ini? Shri Krishna pasti bisa memungkinkan semua

Vrinda: Kecuali apa yang kamu sebut tadi

Krishna: Kenapa? Kenapa kita ga mungkin Vivaha??

Vrinda: Karena kamu sudah punya Gayatri!!

Krishna terdiam, dia tak sanggup lagi berkata-kata. Keyakinannya langsung melemah. Alasan yang diucap Vrinda terlalu masuk akal untuk dibantahnya. Vrinda benar, dia sudah punya Gayatri, lalu dia bisa apa??? Dada Krishna seakan ditusuk ribuan sembilu. Gayatri memang memilikinya secara resmi, Gayatri baik, Gayatri cantik, Gayatri sangat layak untuk menduduki tahta di hatinya setelah Ibunya, tapi hasratnya tak bisa dibendung, dia ingin namanya disebut setelah nama Vrinda, dia ingin Vivaha dengan Vrinda Maharasyi, dan menjadikan wanita manis itu bernama “ Vrinda Maharasyi Kirtanam” , itu inginnya!

Vrinda: Kenapa diem?

Krishna: Vrinda Maharasyi, cuma Shri Krishna yang tau siapa yg akan jadi Matajiku

Vrinda: Iya, dan matajimu akan tetap Gayatri, jika kamu tetep egois kaya sekarang

Krishna: Egois?? Kamu perempuan, kamu tega kalo aku mutusin Gayatri tiba2 tanpa sebab?

Vrinda: Dan iya saya perempuan, saya harusnya gabole ganggu hubungan perempuan lain

Krishna: VRINDA!!!!

Vrinda memencet tombol merah di ponselnya. Pembicaraan itu harus dihentikan. Vrinda mulai hafal, jika Krishna telah berteriak maka artinya hatinya benar-benar tak terima. Dan pembicaraan itupun takkan berujung, akan tetap ada perlawanan dari Krishna, tanpa penyelesaian. Vrinda mulai terisak, mengapa sakit sekali mencintai Krishna? Dinonaktifkannya ponsel, dia benar-benar sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun, dia hanya ingin menikmati lukanya sendirian.

“Kamu kemana aja sih sayang? Kok susah bener dihubungi” Gayatri menatap wajah Krishna dengan pandangan menyelidik. Krishna sebenarnya sedang tidak ingin bertemu siapapun hari ini, pembicaraannya tadi dengan Vrinda masih menggantung, dan Vrinda mendadak tak bisa lagi dihubungi hingga sekarang. Disaat hati dan pikirannya masih terpecah, dia harus menjawab berbagai macam pertanyaan bernada interogasi dari Gayatri, kekasihnya. “Agak sibuk Beb dikantor, trus kan kemarin sempat bantuin Harinam di Lombok, jadi ga mikirin hp loh, maaf ya”, hanya itu jawaban yang bisa Krishna lontarkan, dia tidak ingin berbohong terlalu banyak pada Gayatri. Tiada bohong yang kekal, pasti nantinya akan terbuka. Gayatri meraih jemari Krishna dengan lembut dan mengusapnya “Aku cuma khawatir sama kamu Beb, kirain kamu kenapa2, kan kamu tau aku sayang banget sama kamu, kamu juga kan?” tanya Gayatri dengan pandangan penuh cinta. Ooo Jaganath, Krishna benar-benar tidak sanggup menatap wajah Gayatri. Dia hanya mengangguk dan tersenyum. Gayatri pasti merasakan perubahan sikapnya itu karena mendadak jemarinya dilepaskan. “Sebenarnya kamu kenapa sih? Kok dingin banget” tanya Gayatri lagi. Krishna berusaha keras melawan dirinya sendiri, diraihnya jemari Gayatri “Aku cuma cape Beb, itu aja” jawabnya sambil berusaha menatap Gayatri dengan kelembutan. Oke, ini akting, badannya di hadapan Gayatri namun pikirannya melayang jauh pada Vrinda. Vrinda yang mendadak menghilang entah kemana, Vrinda yang memenuhi otaknya, Vrinda yang membuatnya nyaris gila.

Vrinda menyelesaikan garlan terakhirnya hari itu. Tubuhnya terasa mulai penat. “Istirahat dulu Mataji” ujar Dewi, salah satu penyembah yang menemaninya pelayanan hari itu. Vrinda mengangguk dan mencoba tersenyum. Ia merasakan akan terkena demam, tubuhnya terasa kedinginan. “Mataji Dewi, saya ke kamar dulu ya, saya ga enak badan kayanya” pamitnya diiringi anggukan Dewi. Tak lama, direbahkannya tubuh indahnya ke kasur seadanya yang ada di kamar Ashram. Belum sempat matanya terpejam, Prabu Yodia melongok di jendela dan mengulurkan ponsel kearahnya “Krishna...Krishna Sankirtan” ujarnya pendek. Vrinda menghela nafas dan meraih ponsel milik Prabu Yodia.

Vrinda: Hari Bol Prabu Krisna

Krishna: Hari Bol, kamu kemana ngilang?

Vrinda: Ga kemana2 Prabu, saya di Ashram

Krishna: Aktifin hp sekarang Nda, Na mau telfon

Vrinda: Iya Prabu

Vrinda mengembalikan ponsel milik Prabu Yodia yang memandanginya heran. “Ada apa si Krishna? Kok tumben nelpon Prabu tp yang dicari Nda?”. Vrinda tersedak, diaturnya nafas agar kegugupannya tak tampak. “Nda ga tau Prabu, ini disuru ngaktifin hp mungkin ada yang mau ditanya”. Prabu Yodia mengangguk-angguk “Kalian sering berkomunikasi ya? Prabu aja ga tau kalian saling tau nomor hp” tanya Prabu Yodia lagi. Vrinda hanya mengangguk. Sebentar kemudian Prabu Yodia meninggalkan Vrinda yang segera beranjak mengaktifkan ponselnya. Ponsel yang di nonaktifkannya sejak kemarin. Belum lama ponselnya aktif, panggilan masuk dari Krishna memenuhi layarnya.

Vrinda: Hari Bol Prabu

Krishna : Hari Bol, mau sampe kapan kamu nyiksa Na?

Vrinda: Maksudnya gmana?

Krishna: Kamu tau Na paling ga kuat kalo kamu hilang. Kamu malah sengaja ngilang?!

Vrinda: Nda cuma butuh mikir Na

Krishna: Mikir apa? Mikir ninggalin Na? Vrinda Maharasyi, kamu berhasil membunuh saya

Vrinda: Krishna Sankirtanam Dasa, pernah ga kamu mikirin perasaan saya???

Krishna: Maksud kamu?

Vrinda: Kamu tau saya sakit Krishna, sakit bayangin kamu sama pacar kamu. Tau gak!!

Krishna terdiam, kata-kata yang telah disiapkannya mendadak lenyap tak berbekas. Dia tidak mengerti harus bagaimana lagi caranya meyakinkan Vrinda bahwa hanya dia yang ada di dalam hatinya. Jelas Vrinda takkan pernah yakin selama Gayatri masih ada di sisinya.

Vrinda: Tutup mata kamu, tolong rasain, bayangin saya lagi dipeluk laki-laki lain. Coba!

Krishna merasakan sakit yang mendera hatinya, nyeri itu tiba-tiba meradang, bayangan demi bayangan Vrinda sedang dipeluk pria lain memenuhi otaknya, cemburu berlonjakan di dadanya.

Krishna: Jangan pernah suruh saya bayangin itu.

Vrinda: Kenapa?? Kamu hanya skedar ngebayangin, saya ngerasain itu nyata Krishna

Krishna: Kamu ga akan pernah dipeluk laki-laki lain. Saya ga akan izinkan

Vrinda: Oh ya? Sy serahin jiwa saya ke Shri Krishna, apapun yang akan terjadi

Krishna: Maksud kamu?

Vrinda: Kalau Shri Krishna mmilih kamu untuk jadi Prabu saya, maka kita akan Vivaha, tapi..

Krishna: Tapi apa!!

Vrinda: Tapi kalau tidak, semoga kita bisa ikhlas.

Vrinda merasakan kepalanya semakin pening, tubuhnya semakin merasa kedinginan, ditariknya selimut dan memeluk bantal yang ada disampingnya. Vrinda mengerang, sendi-sendinya terasa ngilu.

Krishna: Vrinda?? Kenapa??

Vrinda: Nda istirahat ya Na, Nda lagi ga enak badan.

Krishna: Sayang kamu sakit?

Vrinda: Kayanya iya, Nda bobo ya, Hare Krishna

Krishna: Yaaank... Ndaaaa

Vrinda memutuskan pembicaraannya dengan Krishna, dia sudah benar-benar tidak tahan dengan sakit yang mendera tubuhnya. Beberapa saat kemudian, notifikasi Line terdengar dari ponselnya.

Krishna: Sayang kamu sakit? Yank Na panik disini, kamu sakit apa????

Vrinda mengetik balasan untuk Krishna dengan kekuatan yang masih tersisa. Dia benar-benar merasa lemas di sekujur tubuhnya.

Vrinda: Gatau sakit banget badannya, pusing kpalanya. Nda bobo ya.

Krishna merasakan sekujur tubuhnya berdenyut membaca balasan Vrinda yang begitu singkat. Vrinda sakit, dan dia sendirian disana. Krishna semakin khawatir, dihubunginya semua yang bisa dihubungi, dititipnya Vrinda pada mereka. Krishna sudah tak peduli keheranan demi keheranan yang muncul ketika Krishna menyebut nama Vrinda pada mereka. Krishna merapikan barang-barangnya, memasukkan baju seadanya, dan mencoba cepat tidur. Dia memutuskan untuk berangkat pagi-pagi sekali besok, entah mengapa dia tidak bisa mempercayakan Vrinda pada siapapun, dia takut Satya, atau mungkin penyembah lain akan merawat Vrinda dengan kasih lalu Vrinda terkesan lalu...Aaaaarggghhhh! Hatinya kembali dipenuhi cemburu...

“Minum air putihnya dulu Mataji” kata Satya lembut sambil menyodorkan air putih ke arah Vrinda. Vrinda menatap wajah Satya yang khawatir. “Trimakasih ya Prabu, saya udah enakan kok” jawab Vrinda. Satya tersenyum, entah mengapa Vrinda selalu sanggup membuatnya tersenyum, juga menangis, juga bahagia dan juga sedih. Sejak awal Vrinda datang, Satya merasakan lonjakan-lonjakan kecil di hatinya. Namun Vrinda seperti menutup hati untuk pria hingga Satya tidak memiliki kesempatan untuk mencoba melongok ke dalam hati Vrinda lebih dalam. “Banyak istirahat ya Mataji Vrinda” kata Satya sambil menyentuh pelan punggung tangan Vrinda. Dada Vrinda berdesir, dia tau sejak dulu Satya menaruh hati padanya, namun hatinya telah dipenuhi Krishna Sankirtanam Dasa, tak mampu dienyahkan walau sesaat saja. “Iya Prabu Satya, terimakasih” jawabnya dengan senyum termanisnya. Satya tak mampu melawan gejolak hatinya, ditatapnya Vrinda lama “Saya sayang kamu Nda”, tiba-tiba untaian kalimat itu terucap tanpa bisa dicegah, Vrinda tersentak. Tersentak bukan hanya karena kalimat jujur dari Satya, tapi karena melihat sosok tak asing yang berdiri tegap di belakang punggung Satya. Krishna!

Krishna menatap Vrinda dengan pandangan kuyu. Dia begitu lelah, lelah karena baru tiba dari perjalanan jauh, lelah menanggung perasaan yang begitu berat dan lelah dengan keadaan. “Jadi Satya sayang sama kamu?” ucap Krishna pelan. Vrinda tau, hati pria yang sangat dikasihinya ini pasti sakit, Krishna itu pencemburu, dia tak pernah rela melihat Vrinda dekat dengan siapapun. “Iya, dia bilangnya begitu Na” jawab Vrinda pendek. “Kamu gimana? Na udah gak punya tenaga buat marah, Na capek banget Nda” tanya Krishna lagi. Vrinda tergugu, ingin rasanya dia memeluk tubuh kekar Krishna namun keadaan amat tak memungkinkan. “Kamu tau hati saya buat siapa Krishna” jawab Vrinda. Diberanikannya menatap bola mata Krishna, dan hei...Krishna menunduk. “Saya ga bisa janjiin kamu apa-apa, Vrinda Maharasyi. Kamu bakal sakit kalo kita terus begini” sekuat tenaga Krishna melawan rasa sakit yang mendera hatinya. Sesungguhnya dia paling tak mampu jika harus dihadapkan pada pilihan yang berujung pada perpisahan dengan Vrinda. Dia sangat menyayangi gadis cantik di hadapannya ini. Namun dia tidak boleh lagi egois, Vrinda layak bahagia, Gayatri pun tak layak disakiti. Vrinda menggenggam jemari Krishna “Serahin semua sama Shri Krishna ya Prabu, bawa hati saya pergi, ajak kemana aja Prabu mau, disini saya juga bakal begitu, sampai kita tau, waktu bakal memihak sama kita, atau gak. Saya sayang Prabu Krishna” akhirnya Vrinda memutuskan menyerahkan semua pada Shri Krishna, yang paling menentukan nasib manusia. Dia sudah tak punya lagi kekuatan untuk bertahan, untuk beranjak pergipun, hanya Shri Krishna yang mampu menuntunnya, membantunya berjalan. Krishna menggenggam erat jemari Vrinda, menatap wajah cantik itu sepuasnya, mencoba merelakan, walau hatinya saat ini sakit sekali.

Dua tahun kemudian

“Prabu Krishna, ke Mayapur mau gak? Yukk”, Mataji Parvati tiba-tiba mengajaknya ke kota suci itu. Krishna terbelalak “Ngajak ke Mayapur kaya ngajak ke Kuta Mataji?”. Mataji Parvati tertawa terbahak. “Ya siapa tau broken heartmu sembuh” godanya pada Krishna. Krishna tersenyum kecut. Belum genap sebulan yang lalu, dia dan Gayatri akhirnya harus memutuskan berpisah setelah tiga tahun lebih berjalan bersama. Ada hal-hal yang tidak mungkin disatukan diantara mereka. Shri Krishna juga mungkin belum menjodohkan mereka sampai Vivaha. Krishna menarik nafas berat. Perpisahannya dengan Gayatri cukup menorehkan luka di hatinya, namun dia berusaha ikhlas. Seikhlas ketika dulu Vrinda memutuskan menyerah...Vrinda?? Apa kabarnya dia. Dua tahun berlalu, beberapa kali Krishna pelayanan ke kota tempat tinggal Vrinda namun selalu tak berjodoh untuk bertemu. Sempat didengarnya, Satya dan Vrinda menjalin hubungan bahkan merencanakan Vivaha, namun Krishna tak banyak bertanya lagi tentang kelanjutan rencana itu. Mungkin saja Vrinda dan Satya memang telah Vivaha, mmm Krishna mengenyahkan ingatan tentang Vrinda yang tiba-tiba memenuhi otaknya. Ini sudah dua tahun lebih dan Vrinda masih ada di hatinya. Seperti apa yang pernah dikatakan Vrinda dulu, Vrinda masih ada di hati Krishna sekarang, masih dibawa kemanapun Krishna pergi. Walaupun mungkin Vrinda telah lupa apa yang pernah terucap dari bibirnya dulu. “Wee Prabu mau gak? Mumpung ada promo nih, berangkatnya bulan depan. Kita pada mau pergi nih” suara melengking Mataji Parvati menyadarkan Krishna dari lamunan. Tanpa sadar Krishna mengangguk “Ya ya Mataji ikut dah” jawabnya.

- ISKCON CHANDRODAYA TEMPLE @4am

Krishna merasakan dingin menusuk tulangnya, baru semalam dia dan rombongannya tiba di ISKCON Guest House Mayapur India, dan pagi ini mereka telah bersiap mengikuti Manggala Arati di Chandrodaya Temple. Tak henti-hentinya Krishna memuji keindahan Kota suci ini. “Yuk Na, ke Mandir” ajak Prabu Govinda, salah satu peserta rombongan dari Bali. Krishna mengangguk dan mengikuti langkah Govinda. Tak lama, mereka telah sampai di Mandir yang begitu indah, luas dan begitu ramai oleh para penyembah. Krishna membunyikan lonceng dan lalu bersujud panchanga pranama, membisikan doa vanca dalam hatinya, lalu dilanjutkannya dengan Dandavat penuh. Ditatapnya arca mulai dari kaki hingga wajah dengan perasaan haru luar biasa. “Terimakasih Jaganath, akhirnya saya bisa menyembahMu disini” bisiknya. Diedarkannya pandangan ke sekeliling, harunya semakin bertambah, betapa para penyembah begitu khusuk memuja dan melayani Shri Krishna, cahaya api ghee dibawa oleh seorang Mataji dari India yang cantik dalam balutan sari, menyodorkannya pada Mataji-mataji yang sedang berdoa, sampai pada satu titik, mata Krishna terbelalak, itu....Vrinda!!

“Hari Bol Mataji Vrinda” sapa Krishna, degup jantungnya mengencang, ternyata rasa itu belum hilang, jantung Krishna selalu bereaksi seperti ini bila Vrinda ada di hadapannya. Vrinda yang tampak begitu cantik dalam balutan sari tersenyum manis pada Krishna “Hari Bol Prabu Krishna, apa kabar?”. Krishna mencoba meredakan gejolak hatinya “Baik Mataji, saya gak nyangka ketemu Mataji disini”. Vrinda tertawa kecil “Saya juga Prabu, selama ini kita ga pernah ketemu, walaupun cuma jarak 5 jam perjalanan. Hari ini kita ketemu justru di tempat yang jauh sekali. Jay Jaganath”. Krishna mulai bisa bersantai, Vrinda bisa membawa suasana menjadi nyaman. “Iya Mataji, saya selama ini pelayanan gak pernah ketemu Mataji di Asram” kata Krishna sambil tersenyum. Vrinda mengangguk-angguk “Belum jodonya kita ketemu Prabu, jodonya sekarang” ucap Vrinda masih dengan tawanya. Krishna mulai merasakan sayang yang dulu penah memenuhi dadanya merasuk kembali, entah perasaan itu datang darimana, dia tidak ingin Vrinda hanya menjadi memory belaka.

Krishna: Vrinda, saya datang kesini sendiri. Semoga kamu ngerti maksud saya

Vrinda: Saya juga sendiri, semoga kamu tau maksud saya

Krishna mendekat, menarik cadar Vrinda yang terjatuh dibahunya, memasangkan pada kepala Vrinda dan membisikkan kalimat yang membuat dada Vrinda berdesir indah

Krishna: Tapi saya bawa kamu di hati saya

Vrinda: Dan saya selalu bawa kamu dalam doa saya

Krishna memejamkan mata, merasakan kebahagiaan luar biasa yang menyeruak di hatinya. Dia dan Vrinda yang telah dua tahun terpisah, tak pernah berjumpa, dibawa Shri Krishna ke Kota Suci Mayapur tanpa saling tau dan mengungkap rasa di depan Sri Chaitanya Math. Betapa indahnya takdirmu Jagannath..

Krishna: Saya gak mau kehilangan kamu lagi Vrinda Maharasyi

Vrinda: Jangan biarin saya pergi lagi, Krishna Sankirtanam Dasa

Krishna: Sepulang dari Mayapur, nama kamu bakal ditambah Kirtanam, mau?

Vrinda tergugu, tak hentinya dia mengucap syukur. Dia pernah ingin menyerah dan merelakan Satya yang akan membawanya ke depan altar untuk Vivaha, tapi Shri Krishna memiliki rencana yang jauh lebih indah. Dia dan Satya menemukan titik dimana mereka memang takkan bisa bersama, Satya melepasnya dan Vrinda memutuskan pergi ke Mayapur untuk mendekatkan diri pada Shri Krishna. Ternyata disini, dia berjumpa cinta sejatinya, yang mungkin dulu adalah sebuah kesalahan..

Vrinda: Dengan segenap hati saya, iya.

Krishna meraih jemari Vrinda, mengecupnya dalam, tak terasa airmatanya meleleh di pipi. Airmata bahagia yang tak pernah disangkanya. Khayal yang bertahun-tahun lalu sempat singgah di benaknya kini tak lagi menjadi sebuah khayal belaka. Ini kenyataan, Vrinda menerimanya. Dia yang akan memimpin Vrinda mengitari api suci sambil mengucap sumpah dan doa, tangannya yang akan ada di bawah tangan Vrinda saat melempar persembahan. Ya, Vrinda Maharasyi akan menjadi matajinya, selamanya..

- DENPASAR 18:30

Dua hari sudah Krishna tiba di Denpasar, kali ini dia tidak kembali sendirian, dibawanya Vrinda menemui orangtuanya, diceritakannya semua perjalanan cinta yang telah mereka lewati hingga Shri Krishna mempertemukan mereka di Mayapur. Khrisna memohon izin untuk membawa Vrinda ke dalam kehidupannya selamanya. Ibunya tak kuasa menahan haru, dipeluknya tubuh anak laki-laki semata wayangnya itu dengan penuh kasih. Ditatapnya wajah cantik Vrinda yang akan menjadi anaknya “Percayakan dirimu sama Krishna nak, dia anak Ibu yang bertanggung jawab. Dia pasti akan bikin kamu bahagia” ucapnya sembari mengelus kepala Vrinda. Vrinda menunduk dan menyentuh kaki Ibu dan Ayah Krishna dengan penuh hormat “Mohon doanya Mataji, mohon restunya Prabu, saya akan berusaha jadi istri yang baik untuk Krishna”. Krishna menyaksikan momen membahagiakan itu dengan haru luar biasa. Masih tak disangkanya, Vrinda yang akan menemani sisa hidupnya.

Ibu Krishna: Vrinda kemarin ikut di diksa kan?

Vrinda : Nggih Mataji

Ibu Krishna: Nama Diksanya siapa

Vrinda: Radharani

Dan Krishnapun terbelalak takjub, Shri Krishna...telah Kau siapkan Radha untukku. Jay Jaganath!! teriak Krishna dalam hati. Dihampirinya Vrinda, ditariknya kedalam pelukan. “Krishna sudah menemukan Radhanya” bisiknya di telinga gadis pujaannya itu.

“Cinta...datang sekarang tak harus bersatu sekarang, biarkan Dia yang menentukan, apakah cinta itu tumbuh untuk dipersatukan atau hanya dirasakan. Hare Krishna”

Vanca untuk banyak kekurangan dari cerpen ini..Ini hanya fiktif, hanya buah dari kreatifitas penyembah. Hare Krishna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun