Bismillahirrahmanirrahim,
allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammadin ‘adada maa fii ‘ilmillaahi shalaatan da-imatan bidawami mulkillaah, amma ba'du..
Â
Beberapa minggu ini kegiatan pertambangan di tempat saya bekerja terasa sangat sepi. Orang-orang masih pada pulang kampung, silaturahmi kesana-kemari sambil memohon maaf dan memohon kue. Hanya orang-orang yang kurang beruntung seperti kami (5 orang) yang masih setia nungguin gudang tercinta. Bukan nggak mau untuk pulang. Namun apa daya jatah cuti sudah habis dipakai ketika istri lahiran anak kedua. Jadilah kami berlima celingak celinguk disini sambil nungguin customer yang datang mau ambil barang. Berhubung nggak ada kerjaan saya iseng-iseng buka internet, ada artikel yang berisi kisah seorang anak -sebut saja "ikhwan"- yang tiba-tiba populer setelah mengikuti kontes menghapal qur'an di sebuat stasiun tv swasta. Cukup unik karena usianya masih sangat muda. Masih 5 tahun dan sudah hapal 29 juz qur'an. Bahkan menurut kabar burung sekarang dia sudah hapal 30 juz. Mantabh luar biasa kan saudara. semoga Allah selalu menjaganya dan menjaga hapalan yang ada padanya serta menjadikannya bermanfaat dunia akhirat.
Yang ada di pikiran saya saat itu, wah betapa tidak bergunanya hidup saya, sudah usia mendekati kepala tiga tapi kalah hapalannya oleh anak yang bahkan belum masuk sd. Jika di hitung secara linear anggap lah misalkan "ikhwan" mulai hapalannya ketika dia 3 tahun maka karena dia hanya membutuhkan waktu 2 tahun untuk menghapalkan qur'an berati sekita 8,5 ayat sehari atau di bulatin 10 ayat sehari. Itu hitungan kasar saja sich. mungkin dia bisa lebih dari itu , dan menurut berita kunci suksesnya ada di bundanya yang pintar mengatur waktu dan ayahnya yang konsisten untuk mengajarinya. Memang keluarga yang luar biasa. Tapi yang ingin saya bahas kali ini bukan soal itu. bukan tentang suksenya ayah dan ibu "ikhwan" mendidik anaknya, bukan juga tentang stasiun tv yang heboh tentang hapalan qur'an, apalagi tentang sepinya lebaran di dalam hutan. Yang akan saya bahas adalah tentang kosongnya tatapan anak-anak penghapal qur'an ketika dia membaca alqur'an. Mungkin penilaian saya sedikit subjektif, karena mungkin banyak juga sebenarnya anak-anak yang membaca qur'an dengan penuh gairah serta mengerti artinya. wallahu a'lam.
Saudaraku yang dimuliakan Allah, saya yakin ada banyak orang tua yang tergugah untuk menyuruh dan menyemangati anaknya untuk hapal qur'an. Ada yang memanggilkan guru khusus, ada yang menyekolahkan anaknya di pesantren penghapal qur'an, bahkan ada yang mengikut sertakan anaknya di sebuah pelatihan khusus yang isinya bagaimana dapat menghapalkan qur'an secara cepat. Seakan-akan menghapal qur'an sudah menjadi gaya hidup anak-anak indonesia zaman sekarang. Seakan-akan nggak keren jika anaknya tidak hapal qur'an. Pada dasarnya saya setuju dan sangat setuju al qur'an menjadi pedoman dan gaya hidup bagi setiap muslim dimanapun dia berada, yang menjadi rancu adalah ketika menghapal qur'an digunakan untuk keren-kerenan. Saya berfikir jangan-jangan ini strategi terselubung dari pihak-pihak yang menginginkan terjadinya pergeseran esensi Alqur'an. Jika kejadian ini terus berlanjut bisa saja al qur'an nanti tidak tersisa kecuali hanya tinggal tulisan dan suaranya saja. Tanpa bisa mengeluarkan cahaya yang semestinya menjadi petunjuk bagi penghapal dan pembacanya. na'udzubillahi mindzalik.
Mari kita berfikir sejenak, kebanyakan orang tua yang menggenjot anaknya untuk menghapal al qur'an apakah juga ikut jadi penghapal al qur'an? Bahkan yang lebih penting lagi tujuan akhirnya, hapal qur'an untuk apa. Apakah akan jadi guru agama? Atau hanya sekedar nggak gaul kalo nggak hapal qur'an. Saudaraku, just sharing saja ya. Menghapal qur'an itu susah. Pengalaman pribadi menghapalkan 5 ayat setiap hari susahnya setengah mati. Apalagi anak-anak yang dipaksa menghapal lebih dari 10 ayat sehari. Apa nggak tertekan. lalu jika sang anak menjadi stres karena kelelahan disuruh menghapal qur'an yang disalahkan siapa? apa si anak juga yang akan menanggung akibatnya. di omelin, di marahin, di tekan. Kalau pengalaman saya ketika anak-anak, kedua orang tua saya memberikan hapalan ayat-ayat pendek. seingat saya ketika umur masih 4 tahun saya sudah hapal hampir 30 surat di juz'amma. Itu sudah penuh tekanan dan tempaan. Tapi apa yang terjadi kemudian? lepas dari SD semua hapalan saya buyar. Hilang bagai angin.. wusss... Dan apakah hapalan saya berpengaruh pada kehidupan saya selanjutnya? tidak terlalu.
Saudaraku yang dimulyakan Allah, setiap manusia di anugrahi kemampuan otak yang berbeda-beda. Setiap pribadi adalah unik dan punya jalan hidupnya masing-masing. Sungguh tidak bijak jika kita menghakimi bahwa semua penghapal qur'an adalah keren dan semua yang tidak menghapal qur'an itu jelek. Akan lebih baik rasanya jika kita menanamkan nilai nilai agama kepada anak-anak kita sesuap demi sesuap. ayat demi ayat. Sehingga anak kita tidak stress ketika menerimanya. Nggak apa-apalah dibilang orang nggak keren, kurang islami, nggak berilmu, dll. Yang penting anak-anak kita tidak stress dan semakin cinta kepada Allah dan rasulnya. Toh Allah saja menurunkan al qur'an 23 tahun lamanya. biar benar-benar meresap di hati.
Saya membayangkan suatu hal yang luarbiasa jika nanti kita punya polisi-polisi yang hapal qur'an, punya jaksa-jaksa yang hapal qur'an, punya presiden yang hapal qur'an. bahkan nanti kita bisa saja menyebut negeri kita negeri penghapal qur'an. Tapi bukan penghapal qur'an kosong. penghapal qur'an yang benar-benar mengerti arti dan esensi dari al qur'an itu sendiri. bukankah esensi alqur'an jika dituliskan bahkan tidak akan cukup walau tintanya sebanyak tujuh samudra. bukankah ayat-ayat tuhan tidak akan cukup di tuliskan jika seluruh pepohonan menjadi kalam. Maka dari itu saudaraku, jadikan qur'an itu sebagai pembuka ayat-ayat tuhan lainnya yang tersebar luas di alam terbentang ini. Bukankan kita disuruh Allah untuk berfikir, maka jadikanlah Al quran sebagai kerangka berfikir kita sampai pada saatnya nanti kita sampai pada tahapan orang yang mengingat Allah ketika berdiri, duduk dan berbaring kemudian berdoa "Rabbana ma khalaqta hadza bathila subhaanaka faqinaa 'adzabannaar".Â
Sekali lagi artikel ini bukan mengajak untuk tidak menghapalkan qur'an, atau menghentikan orang yang sedang semangat-semangatnya belajar al qur'an. sama sekali bukan. Tetap lanjutkan belajar al qur'annya, tapi jika suatu saat nanti anak kita susah dalam menghapalnya atau kita juga susah menghapalnya nggak usah stress, santai saja. Ingat tugas kita hanya berusaha, nanti Allah yang menunjukkan jalannya kepada kita. dan satu lagi jangan paksa anak kita melakukan apa yang tidak kita lakukan. Beri saja contoh dengan tindakan. Insya Allah itu akan jauh lebih membekas di hatinya. Jadi sudahkah anda menghapal qur'an hari ini? ^_^
Â