Kekurangan dokter spesialis paru di Indonesia ternyata luar biasa. Saat ini hanya ada 1.107 orang dokter, dengan persebaran yang tidak merata. Sebagian besar ada di Jakarta dan di kota-kota besar lain.
Semakin jauh dari Jakarta, keberadaan dokter spesialis paru, yang paling terkait dengan COVID-19, semakin sedikit. Di Provinsi Maluku Utara, misalnya, hanya ada dua orang dokter spesialis paru, satu orang di RSUD Halmahera Selatan dan seorang lagi di RSUD Chasan Boesoirie Ternate.
Saat ini ada sekitar 6 ribu lebih pasien positif COVID-19 di seluruh Indonesia. Jadi seorang dokter spesialis paru harus menangani 5 pasien COVID-19 dalam waktu bersamaan. Namun itu angka rata-rata.
Di beberapa rumah sakit, rasio dokter spesialis paru dengan pasien COVID-19 bisa sangat timpang. Begitu juga dengan tenaga medis lain, seperti dokter spesialis anastesi, perawat, dan lain-lain. Kebutuhannya sangat besar.
Jumlah tenaga medis yang sudah sangat terbatas itu semakin berkurang karena banyak tenaga medis yang meninggal saat menjalankan tugas merawat pasien COVID-19.
***
Namun bangsa Indonesia tidak diam bermuram durja dengan kondisi kritis itu.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) segera melakukan tindakan. Pada 30 Maret 2020, saat jumlah korban COVID-19 belum sebanyak hari ini, PB-IDI mengajak seluruh dokter di Indonesia untuk ikut menangani pandemi COVID-19 melalui seruan ”Gerakan Dokter Semesta Melawan Covid-19”. Ini sebuah solusi yang patut diacungi jempol. Jarang sekali terjadi dokter mata merawat pasien penderita pneumonia.
Pemerintah, melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, sebelumnya telah menggalang tenaga sukarelawan dari masyarakat umum, termasuk mereka yang berlatar belakang medis. Pada 7 April 2020, sudah terdaftar 17.616 relawan di BNPB. Seperenamnya, 3.326 orang, adalah relawan medis. Selebihnya, sekitar 14 ribu orang, relawan non medis.
Upaya mengumpulkan tenaga medis untuk menangani COVID-19 juga dilakukan oleh instansi pemerintah lain.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengundang masyarakat untuk menjadi relawan tenaga medis dan non-medis dalam upaya memerangi COVID-19 pada 20 Maret 2020.
Sebanyak 2.000 orang sukarelawan medis dan 800 orang sukarelawan non-medis dibutuhkan dalam rekrutmen tersebut. Relawan dikerahkan untuk mendukung rumah sakit rujukan pasien COVID-19 yang mengalami kekurangan tenaga medis dan non-medis.