Anda tidak perlu merasa dendam, atau mengulang perlakuan yang sama terhadap orang lain. Jika dia buruk anda tidak perlu menjadi buruk juga, atau anda akan sama seperti pecahan kaca yang dibuang ke tempat sampah. "Ketika kita merasa dendam karena sakit hati, kita harus bertanya pada diri sendiri: apakah dendam itu akan mengubah apa pun? Apakah itu akan membawa kembali apa yang telah hilang? Saat kita memahami bahwa dendam hanya akan memperburuk situasi, kita dapat memilih untuk melepaskannya dan mencari kedamaian dalam hati" – Epictetus. Terimalah hal yang terjadi pada diri Anda dengan ketenangan dan keberanian, karena dalam penerimaan terdapat kekuatan untuk mengubah perspektif dan bertindak dengan bijaksana. Meskipun kita tidak dapat mengendalikan semua yang terjadi dalam hidup kita, kita selalu memiliki kendali atas sikap dan respons kita terhadapnya. Dengan menghadapi tantangan dengan kepala tegak dan hati yang tenang, kita memperkuat diri kita sendiri dan menunjukkan bahwa kita lebih besar dari cobaan yang kita hadapi. “Apakah suatu saat orang itu akan menyesal ketika pada suatu hari dia diperlakukan dengan buruk?” Tentu saja, apakah ada seseorang yang tidak merindukan tempat di mana dia diterima dengan baik, tidak pernah terluka, dan kesehatan mentalnya baik-baik saja, dibandingkan dengan tempat di mana dia saat ini diperlakukan dengan buruk dan kesehatan mentalnya menderita?
Kesedihan
kesedihan seringkali timbul dari ketidakpatuhan kita terhadap kenyataan dan keinginan kita yang tidak terpenuhi. Begitupun dengan kematian, “kenapa anda tidak pernah sedih saat sesuatu yang menimpa anda?” Saya tidak membiarkan diri saya terjerat dalam kesedihan karena saya percaya bahwa kesedihan tidak akan mengubah apa pun dalam situasi yang dihadapi. Saya memilih untuk menerima kenyataan dengan tenang dan memusatkan energi saya pada hal-hal yang dapat saya kendalikan, seperti sikap dan respons saya terhadap situasi tersebut. Dengan demikian, saya dapat mengatasi tantangan dengan lebih efektif dan menjaga kedamaian batin saya. Apa anda tahu dari ke-13 Anak Marcus Aurelius dan istrinya Faustina, beberapa dari mereka meninggal dalam masa kecil dan remaja, dan apakah Marcus tidak bersedih? Tentu saja kematian anak-anaknya merupakan pengalaman menyedihkan bagi Marcus. Tetapi Marcus tidak terjebak dalam kesedihan yang berkepanjangan atau membiarkan emosi tersebut menguasai dirinya. Dia menekankan pentingnya untuk memahami bahwa kematian adalah bagian alami dari kehidupan, dan kita tidak dapat menghindarinya. "Kematian adalah bagian alamiah dari kehidupan, dan kita tidak dapat menghindarinya. Jadi, mengapa meratapi sesuatu yang tak terelakkan? Kita harus menerima kenyataan ini dengan bijaksana dan menjalani hidup dengan ketenangan batin." - Marcus Aurelius
Kebebasan
Bebas adalah hidup yang sesuai keinginannya dan tidak di paksa, di halangi atau dipaksakan, yang dorongan hatinya tidak dapat di gagalkan yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya dan tidak pernah harus mengalami apa yang ingin ia hindari. pernah kah kamu di perintah oleh kekasihmu untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin kamu lakukan? Seperti memakai pakaian wanita atau merubah tampilanmu menjadi mewah memakai barang branded dan lain sebagaiannya yang dimana anda tidak ingin melakukan itu karena keterbatasan financial. Namun kekasihmu memintamu hanya untuk berkumpul dengan teman mereka yang dimana masing-masing membawa pasangannya, supaya anda terlihat seperti orang kaya? Jika kondisi mabuk cintamu bukan perbudakan, lalu apa? Kasihan sekali, diperbudak oleh seorang wanita, hak apa yang masih anda miliki untuk menyebut diri anda bebas? Pertimbangkan bagaimana kita menerapkan gagasan kepada hewan. Ada singa jinak yang dikurung, dipelihara, diberi makan, dan dibawa orang kemana pun mereka pergi. Namun siapa yang akan menyebut singa itu bebas? Semakin mudah hidupnya, semakin ia menjadi budak. Diogenes mengatakan bahwa salah satu cara menjamin kebebasan adalah dengan Bersiap mati. Ada kata-kata dari orang bebas yang telah memberikan banyak pemikiran pada subjek kebebasan dan, tentu saja, menemukan arti sebenarnya dari kata tersebut. Namun, jika anda terus mencarinya di tempat yang salah, jangan heran jika anda tidak pernah menemukannya. "Kebanyakan manusia adalah bukan penjara dari orang lain, tetapi penjara dari diri mereka sendiri." – Seneca
Kejahatan
kejahatan juga sering dikaitkan dengan ketidaktahuan atau ketidakmengertian manusia akan alam sejati kebaikan dan moralitas. Menurut Stoik, orang-orang cenderung melakukan tindakan yang salah karena mereka tidak memahami dengan benar apa yang benar dan salah, atau karena mereka terikat pada emosi dan dorongan yang tidak sesuai dengan logika atau kebajikan. kejahatan dalam pemikiran Stoikisme dapat diinterpretasikan sebagai perilaku yang melanggar nilai-nilai kebajikan, tidak sesuai dengan logika dan alam sejati, serta kurangnya tanggung jawab pribadi atas tindakan tersebut. Stoikisme mengajarkan pentingnya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan kebajikan untuk mencapai kehidupan yang baik dan bahagia, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan. “kalau misalnya anda memiliki sebuah cincin yang bisa membuatmu menghilang, apa yang akan anda lakukan? Apa anda akan mencuri? Atau bahkan membunuh? Ya, itu yang dilakukan oleh Giges. Setelah dia mendapatkan cincin itu, dia pergi ke dalam istana tanpa ada yang bisa melihatnya, dia menggoda ratu, menyuruhnya untuk menceraikan suaminya, dan dia yang dulunya adalah gembala yang rendah hati, membunuh penguasa dan mengklaim kerajaannya” the ring of Giges adalah cerita karangan Plato dalam bukunya “republic” dalam menjelaskan apakah orang yang rasional akan melakukan sesuatu seenaknya kalua tidak memiliki konsekuensi negatif. “apakah kuasa penuh, kuasa absolut bisa merusak seseorang? Maksudnya apakah orang yang memiliki kuasa membunuh, memperkosa, dan melakukan apapun yang bisa dia lakukan bisa merusak dirinya?” untuk semua orang itu pasti, kekuasaan absolut membuat orang bebas melakukan apapun, kekuasaan absolut pasti membuat semua orang korup. Tapi tidak dengan Marcus Aurelius. “dia bisa memiliki semua uang di dunia, dia bisa melakukan seks dengan siapa saja kapanpun dia mau di bawah kondisi apapun, dia bisa mabuk selama 19 tahun sampai dia mati, di banding Marcus Aurelius kita memiliki godaan yang kecil, kita tergoda mencuri hal kecil, kita tergoda menyurangi pajak penghasilan kita, tergoda untuk menyelingkuhi pasangan, Marcus Aurelius memiliki godaan seperti itu di perbesar seribu kali dan dia secara konsisten melakukan hal yang baik” dalam buku “the discourses on livy” Nicolo Machiavelli menulis, bahwa hanya ada lima kaisar baik di Romawi. Baik disini di definisikan seberapa baik mereka memegang kekuasaan, dan Marcus Aurelius adalah salah satunya. Jika seseorang melakukan tindakan yang jahat, seperti membunuh, mencuri, atau merugikan orang lain secara tidak adil, hal ini dianggap bertentangan dengan alam dan prinsip-prinsip kebajikan yang dianut oleh Stoikisme. Ini tidak hanya merugikan individu itu sendiri, tetapi juga merusak harmoni dan keseimbangan alam. Sebaliknya, hidup sesuai dengan alam dan prinsip-prinsip kebajikan Stoikisme berarti bertindak dengan keadilan, bijaksana, dan belas kasih terhadap diri sendiri dan orang lain. Ini mencakup mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan kita dan memastikan bahwa apa yang kita lakukan tidak menyebabkan kerugian atau penderitaan yang tidak perlu bagi orang lain. Meskipun prinsip-prinsip Stoikisme dapat memberikan panduan yang kuat, pengaruhnya pada perjalanan hidup Anda mungkin bervariasi sesuai dengan kondisi Anda, kekuatan internal Anda, dan cara Anda merespons lingkungan sekitar. Sebagaimana nakhoda harus menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk menavigasi ombak dan angin, demikian juga Anda dapat menggunakan prinsip-prinsip Stoikisme untuk membimbing keputusan dan tindakan Anda, meskipun perjalanan Anda mungkin penuh dengan tantangan dan perubahan yang tidak terduga. "Ketika seseorang kehilangan keseimbangan batinnya, dia akan melakukan hal-hal yang tidak pantas bagi seseorang yang terpelajar." – Epictetus
Kesimpulan
Stoikisme adalah filsafat hidup yang menekankan pengembangan karakter moral, penerimaan keterbatasan kontrol, tanggung jawab pribadi, dan ketahanan mental dalam menghadapi tantangan kehidupan. Dengan mengutamakan kebajikan dan moralitas sebagai prioritas tertinggi, Stoikisme mengajarkan pentingnya menerima keterbatasan manusia dan hidup sesuai dengan kehendak alam. Ini melibatkan penerimaan segala yang terjadi dengan sikap yang tenang dan penuh ketenangan, serta memprioritaskan tanggung jawab pribadi atas tindakan dan reaksi seseorang. Dengan demikian, Stoikisme menawarkan pandangan yang dapat membantu individu mencapai kedamaian batin dan kebahagiaan yang sejati, terlepas dari kondisi eksternal atau situasi yang dihadapi.
Daftar Pustaka