Jika berbicara tentang stoikisme, mungkin sebagian orang asing dengan Namanya, stoikisme atau stoicism adalah sebuah mazhab filosofi yang mengajarkan tentang pentingnya ketenangan, ketangguhan dan juga kestabilan emosi dalam menghadapi dunia yang jahat, tidak adil, dan tidak berpihak pada diri sendiri. Cyprus, 300 SM, Hidup seorang yang kaya raya, Zeno of Citium. Filosofi ini di perkenalkan pertama kali oleh Zeno of Citium setelah mengalami musibah tidak terduga. Dalam perjalanannya dari Fenisia ke Athena, kapalnya tenggelam Bersama muatannya. Kekayaannya yang sangat banyak tiba-tiba hilang dalam sekejap, karena suatu Tindakan tak terduga dari alam. Dilanjutkan oleh Epictetus, seorang budak yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya dalam penjara. Kemudian dilanjutkan oleh Seneca, seorang politikus roma yang pernah melewati bangkrut dan pengasingan. Dilanjutkan oleh Marcus Aurelius, seorang kaisar roma yang dalam 19 tahun menuntunnya memimpin perang-perang besar dan di saat yang sama harus menghadapi kematian anak-anaknya. Pengikut pengikut filosofi ini sangat banyak dan menyebar luas, mulai dari seorang budak sampai seorang kaisar, dan sangat terkenal sampai di zaman sekarang. Dan cocok untuk menghadapi segala permasalahan yang terjadi di zaman sekarang.
TOPOI
Topoi Stoikisme mencakup tema-tema utama dalam filsafat Stoik, termasuk logika, etika, fisika, dan apatheia. Logika Stoik fokus pada membedakan yang bisa dan tidak bisa dikendalikan. Etika Stoik menekankan kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan penaklukan diri. Fisika Stoik melibatkan pemahaman tentang alam semesta dan "logos". Apatheia Stoik adalah pengendalian emosi dan pemahaman bahwa reaksi emosional bisa menghambat kebahagiaan. Konsep-konsep ini membentuk dasar filsafat Stoik untuk mencapai kehidupan yang lebih bijaksana dan bahagia.
Stoikisme dalam aspek kehidupan
Stoikisme menekankan penerimaan atas hal tak terhindarkan, tindakan bijaksana, pengendalian emosi, dan kesederhanaan. Dengan menerima kenyataan, bertindak sesuai nilai-nilai bijaksana, dan mengendalikan emosi, kita dapat mencapai kebahagiaan yang lebih dalam. Stoikisme memperkuat ketahanan mental dan membantu menemukan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari.
Kemarahan
“mengapa anda tidak marah saat diri anda dihina, direndahkan?” atas dasar apa saya harus marah? Jika mereka menghina saya, itu hak mereka. “tetapi dia menghina anda, membicarakan keburukan anda, bahkan anda juga difitnah” Menghina dan memfitnah adalah hal yang di luar kendali saya. Saya tidak dapat mengontrol tindakan orang lain, tetapi saya dapat mengendalikan reaksi dan sikap saya terhadapnya. Saya akan tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh kata-kata tersebut. Sebaliknya, saya akan tetap fokus pada nilai-nilai yang penting bagi saya, seperti kedamaian batin dan kebijaksanaan dalam bertindak. Bukankah mereka menghina saya karena saya lebih baik dari mereka? Itu sebabnya mereka menghina saya karena mereka tidak suka dengan saya. "Jangan biarkan perilaku orang lain mengatur perasaanmu. Kemarahan adalah tanda kelemahan, bukan kekuatan." – Epictetus
Kebahagiaan
kebahagiaan yang sejati tidak tergantung pada kesenangan fisik atau materi. Stoikisme menekankan bahwa kebahagiaan yang lebih mendalam dapat ditemukan dalam kebijaksanaan, kebajikan, dan hubungan yang berarti dengan orang lain. “ketika disaat moment yang Bahagia atau setiap anda senang, kenapa anda memberikan reaksi yang biasa saja?” lalu, aku harus teriak atau memberi tahu semua orang bahwa aku bahagia?. Socrates pernah berkata “Makanan enak, baju indah dan segala kemewahannya, itulah yang kau sebut kebahagiaan? Namun aku percaya suatu keadaan di mana orang tidak mengharapkan apapun adalah kebahagiaan tertinggi” kebahagiaan yang sejati tidak bergantung pada barang-barang materi atau kesenangan sementara. Sebaliknya, kebahagiaan yang lebih dalam ditemukan dalam ketenangan batin dan penerimaan terhadap keadaan yang tak terhindarkan. Ketika seseorang tidak terikat pada harapan atau keinginan akan hal-hal eksternal, mereka dapat mencapai kebahagiaan yang lebih tahan lama dan lebih bermakna.
Percintaan
Ada seseorang mendatangiku, dia berkata “aku mencintai seseorang, aku memperlakukannya dengan baik, di saat dia butuh aku selalu meluangkan waktuku walau aku sedang sibuk, dan aku tidak pernah memperlakukannya dengan kasar, tapi mengapa dia meninggalkanku dan justru bersama orang lain?” ingatlah kisah tentang Plato yang bertanya tentang “apa itu cinta” kepada Soccrates. Kemudian Socrates menjawab “berjalanlah menyebrangi ladang gandum, petiklah salah satu gandum yang paling besar dan kuning, namun dengan syarat: kamu tidak boleh kembali ke belakang dan hanya dapat memetik sekali” lalu Plato melakukan apa yang di katakan Socrates, setelah sekian lama dia kembali dengan tidak membawa apapun. Lalu Socrates bertanya “kenapa kembali dengam tangan kosong?” Plato menjawab “ketika aku berjalan di ladang gandum, aku melihat beberapa gandum yang berwarna kuning dan besar, tetapi aku selalu berfikir mungkin ada yang lebih baik di depan. Jadi tidak ku ambil, tetapi ketika aku berjalan kedepan untuk melihat gandum yang lain, selalu merasa bahwa gandum yang kutemui tidak lebih baik dari yang sebelumnya kulihat, jadi pada akhirnya aku tidak memetik apapun” dia mungkin merasa bahwa pasangan yang mereka temui saat ini (anda) tidak cukup baik atau tidak sesuai dengan harapan mereka, sehingga mereka terus bergerak maju dalam pencarian yang tidak pernah berujung. Kontrollah emosi anda karena itu adalah murni di luar kendali anda, anda tidak bisa mengontrol perasaan seseorang untuk suka atau benci dengan anda, tapi anda bisa mengontrol reaksi emosi anda ketika orang itu pergi meninggalkan anda padahal anda sudah memperlakukannya dengan sebaik mungkin. "Hiduplah seperti pemanggul air yang dibuang. Bagaimanapun kotor dan rusaknya, masih dapat berguna. Hiduplah dengan tenang bahkan ketika ditinggalkan oleh orang yang dicintai karena orang lain dianggap lebih baik." – Marcus Aurelius.