Lebih unggul mana, antara street smart atau book smart?
Belakangan ini sering diperbincangkan terkait kepintaran seseorang. Kepintaran itu sendiri bisa dijabarkan dalam berbagai hal. Ada orang yang tergolong pintar di akademisi, ada pula yang  pintar dari hal lain selain akademisi. Ukuran kepintaran seseorang itu tidak hanya diukur dari segi akademisi saja.Â
Dimulai dari book smart terlebih dahulu. Apa itu book smart?Â
Book smart adalah julukan untuk seseorang yang tergolong pintar dalam akademisi. Ya semacam pintar dalam dunia keilmuan yang dia dapatkan di sekolah. Sementara street smart dimaknai "belajar sambil jalan". Dalam hal ini, belajar bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Ilmu tidak harus di dapat dari bangku sekolah, intinya bisa belajar dari tempat manapun. Membahas terkait kata "pintar", sebenarnya kepintaran seseorang tidak ditentukan dari patokan angka. Namun lebih ke pengaplikasiannya.Â
Bagaimana cara dia menerapkan dalam dunia nyata atas ilmu yang telah dia dapatkan. Itulah titik puncak dari pencapaian. Begitu pula dengan street smart, belajar dari jalan pun tidak hanya belajar saja. Namun juga bisa mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Lebih unggul mana diantara keduanya?Â
Jawabannya adalah dua-duanya sama-sama unggul apabila digunakan dalam kebaikan.  Lebih baik lagi, jika ada kolaborasi antara kedua hal tersebut. Sudah pintar akademisinya, ditambah lagi  street smartnya. Jelas lebih lengkap. Namun kembali lagi ke pembahasan awal, bahwa keduanya sama-sama bagus apabila digunakan dalam hal yang dinilai baik.Â
Kepintaran itu dimaksimalkan untuk kebaikan, bukan malah sebaliknya. Sebab, apabila kepintaran itu diamalkan dengan perilaku maka hasilnya pun baik. Kepintaran tidak sebatas pintar di otak saja, tetapi lebih ke pintar dalam praktiknya. Praktik bisa diaplikasikan dalam berbagai hal, misalnya : etika yang sopan, attitude yang baik, sikap dan perilaku memadai, dan lain sebagainya. Tidak mengapa jika merasa bahwa diri sendiri tidak begitu pintar di akademisi, yang terpenting adalah pintar dalam bermanusiawi. Ilmu atau pengalaman yang kita dapatkan itu harus bisa kita realisasikan dalam kehidupan, memanusiakan manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H