Mohon tunggu...
Hazirur Rohman
Hazirur Rohman Mohon Tunggu... -

Silahkan berkunjung ke http://www.azierohman.co.cc/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Bulutangkis Indonesia Telah Turun Kasta

25 April 2011   12:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:25 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang paling populer di negara kita, ya olahraga ini olahraga satu-satunya yang menyumbangkan medali emas di ajang olimpiade. Medali emas pertama yang kita dapatkan pada ajang olahraga sedunia ini pada waktu olimpiade Barcelona 1992 dimana ‘pengantin bulutangkis’ Susi Susanti dan Alan Budikusuma meraih medali emas di sektor Tunggal Putri dan Putra. Dan sejak olimpiade ini, bulutangkis secara konsisten menyumbangkan medali emas buat Indonesia seperti yang diraih Rexy Mainaky/Ricky Subagja di Olimpiade Atlanta 1996, Tony Gunawan/Chandra Wijaya di Olimpiade Sydney 2000, Taufik Hidayat di Olimpiade Athena 2004, dan Markis Kido/Hendra Setiawan di Olimpiade Beijing 2008. Olimpiade London 2012, ???

Semua pecinta bulutangkis dan rakyat Indonesia tentunya berharap tradisi emas ini akan terus berlanjut. Namun jika melihat prestasi atlit kita belakangan ini bukan tak mungkin kita harus mengubur harapan kita tersebut. Mengapa demikian?? Bulutangkis Indonesia dulu merupakan salah satu yang paling ditakuti, tapi sekarang, Indonesia hanya menjadi “penghias draw” di turnamen internasional. Pada tahun 2010, kita hanya meraih 2 gelar juara superseries dari 13 ajang superseries yang diselenggarakan dan dari 65 gelar yang diperebutkan. Ya hanya 3% , gelar juara waktu itu diraih oleh Sony Dwi Kuncoro di Singapore, dan Taufik Hidayat di Prancis. Bandingkan dengan kedigdayaan China yang meraih 30 gelar atau hampir setengah dari gelar superseries yang diperebutkan. Bahkan kita kalah dari raihan Malaysia dengan 8 gelar ( 7 gelar direbut oleh Lee Chong Wei), Denmark dengan 8 gelar, dan Korea dengan 6 gelar.

Pada tahun 2011, sampai pada bulan april ini “puasa” gelar juara terus berlanjut. Dan kita sebagai pecinta olahraga ini harus membiasakan diri untuk tidak menyaksikan pemain kita di partai final. Jika PBSI tak segera berbenah dengan sistem kepengurusannya bukan tak mungkin tradisi emas olimpiade akan terputus. Negara-negara lain yang dulu hanya dipandang sebagai pelengkap turnamen kini menjelma menjadi ancaman buat Indonesia. Lihat saja Thailand dengan pemain mudanya, terutama disektor putri, mereka mampu menjadi runner up Asian Games 2010 dengan mengalahkan Indonesia di Semifinal. Walaupun mereka harus mengakui keunggulan China di partai puncak, tapi pemain muda mereka sangat potensial seperti Ratchanok Intanon yang masih berusia 16 tahun ataupun Porntip B yang masih berusia 19 tahun, mereka masih bisa terus berpotensi untuk mengancam kekuatan China di masa mendatang Sedangkan kita masih mengandalkan Adriyanti Firdasari karena belum adanya pemain muda yang bisa menggantikan, sedangkan prestasi Firda sendiri, lolos perempat final sudah menjadi sebuah keajaiban.

Disektor lain pun tak kalah tragisnya, sepeninggal Nova Widiyanto di sektor ganda campuran karena faktor usia. Membuat ganda campuran kehilangan tajinya, sekarang kita hanya berharap pada Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Dan prestasi mereka di Superseries belum terlalu bagus, bahkan di All England kemaren harus mengakui keunggulan pemain Jerman yang notabene seharusnya bisa mereka kalahkan. Disektor Ganda Putra, seperti kita ketahui, sektor ini adalah sektor yang yang paling diandalkan. Tapi belakangan prestasi Markis Kido/Hendra setiawan selalu menurun seiring dengan cideranya yang dialami Hendra dan belum ada pelapis yang bisa menggantikan mereka. Sektor ganda putri hampir sama dengan tunggal putri adalah sektor terlemah yang kita miliki, terakhir kita meraih gelar juara superseries dari sektor ini pada tahun 2008 dari pasangan Vita Marissa dan Liliana Natsir. Sektor Tunggal putra kita masih mengandalkan Taufik Hidayat, di usianya yang tak lagi muda, taufik kerap dikalahkan oleh pemain lain walapun saat ini Taufik Hidayat masih menjadi yang terbaik yang kita miliki. Sony Dwi Kuncoro yang masih dibekap cidera, penampilan Hayom Rumbaka yang tak kunjung membaik, dan kita perlu pembuktian dari seorang Simon Santoso.

Ya, prestasi bulutangkis Indonesia telah turun kasta, Indonesia tidak lagi menakutkan. Bahkan kerap dikalahkan pemain-pemain Korea, Denmark, Taipei, bahkan Thailand. Apalagi jika berhadapan dengan China.

Dalam waktu dekat, Sudirman Cup akan diselenggarakan, mampukah pemain kita membuktikan jika bulutangkis Indonesia masih ada. Persiapan Olimpiade London masih setahun lagi, PBSI jika tidak mau tradisi emas terhenti, harus ekstra keras memperbaiki sistem yang ada, pola latihan, dan tidak adanya intervensi dari pihak-pihak lain. Pemain-pemain muda perlu pengalaman untuk bertanding di ajang Internasional tidak hanya “diperam” sampai busuk, dan akhirnya kalah dari pemain muda negara lain.

PRAY FOR BULUTANGKIS INDONESIA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun