Mohon tunggu...
Chaoseen Pearl
Chaoseen Pearl Mohon Tunggu... -

I'd rather be hated for who I am than loved for who I am not (Kurt Cobain)

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Inspirasi Terakhir di Istana Langit

17 Desember 2013   14:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:49 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai malam
Ini kali terakhir aku menyapamu
Ini kali terakhir aku mendongeng untukmu
Jangan bersedih
Biarkan awan menggantung dan kabut terpaku
Ini sudah tepat
Baiklah kita mulai

Kerajaan malam sudah terbuka


Aku tersesat dan hilang arah
Aku hanya mengikuti kakiku yang lelah
Entah kemana mereka menyeretku
Hingga sampailah aku di pinggir pintu hutan
Aku melihat jalan setapak yang sepertinya kukenal
Kakiku perih dengan darah yang masih mengucur
Terus saja kuikuti jalan setapak ini
Hingga sampailah aku pada sebuah taman yang sangat indah
Dimana bunga2 berwarna dan berkilau dengan indahnya
Aku pernah disini
Aku yakin itu
Aku ingat warnanya, aku ingat kilaunya, dan aku ingat pendar pohon cahaya

Apa aku sudah pulang?
Kupercepat langkahku
Gerbang halilintarnya terbuka lebar, menyambutku dengan pelukan...
Aku tersenyum kecil, gerbang ini lebih ramah dari yang kuingat...
Kutapaki jalan masuknya perlahan-lahan..
Sangat perlahan, menikmati pepohonan yang menunduk dan melambai rindu
Burung gagakpun berkicau merdu
Ini dia pintunya...
Kususuri bingkainya yang berkilau dengan jari-jariku...
Hangat rasanya...
Tak perlu susah payah membukanya
Pintu ini langsung membuka dengan lembut
Pintu istana langit


Aku masuk, menapaki karpet lembut yang memanjakan kakiku hingga darahnya mengering dan berangsur-angsur pulih
Setiap luka yang menganga, mulai menutup
Istana ini jauh lebih indah dan lebih hangat dari terakhir kali aku di sini
Dan itu dia ksatria malamku

Tersenyum lembut padaku
Aku melihat wajahnya yg rupawan
Ini benar2 keajaiban
Dia tidak pernah menunjukkan wajahnya sebelumnya
Hanya berbicara di balik punggungnya yang kaku
Dia mengulurkan tangannya yang besar
Kemudian memelukku erat
Sangat erat
Hingga membuat jantungku berhenti
Disentuhnya wajahku dengan lembut

Jari-jarinya hangat

Tidak sedingin ingatanku

"Selamat datang kembali putri aurora" sapanya
Dia memutarku menghadap cermin
Aku mengenakan gaun hitam yang besar
Mutiara hitam menghiasi tiaraku
Kontras sekali dengan kulit pucatku
Luka-luka di tubuhku tidak berbekas
Kakiku? Mereka sudah mengenakan sepasang sepatu hitam yang indah

Cantik... Yah aku cantik

Dia menyihirku menjadi putri yang cantik
Tidak secompang camping ketika aku menerobos pintu hutan
Dia menggenggam tanganku dan mengajakku berkeliling
Menceritakan banyak hal
Tentang perjalanannya kemari
Tentang cat dan tata ruang yang dia pilih untuk menyambutku
Tentang keajaiban yang memanggilku kembali
Dan tentang rindu yang menyiksanya

Aku tersenyum rapuh
Seharusnya aku bahagia disini
Tapi sepertinya ada yang salah
Bukankah ini yang kucari?
Bukankah ini yang kurindukan?
Dia melayaniku dengan baik dan penuh kasih
Menjamuku dengan ribuan buah-buahan ranum yang menyejukkan tenggorokanku
Dan tiba-tiba saja senyumnya pudar

Kemudian dia menatapku tajam
"Apa yang mengubahmu, putri?"
Aku menatapnya kaku, hening…

Dia mendesah pelan dan tersenyum
Dia mengerti bahwa aku tidak lagi sama
Dia menghampiriku, menggenggam tanganku
Dan menemaniku mencapai pintu istana
"Tidak apa2 putri, kembalilah" ucapnya tulus
Dia memelukku erat dan tetap tersenyum

Kemudian melepaskan pelukannya perlahan dan membiarkanku melangkah menjauhinya
Dia terus menatapku lekat-lekat
Pohon melambai dan gagak bernyanyi sudah tidak ada lagi
Gerbang halilintar tertutup rapat di belakangku
Taman mimpi menghitam
Dan sekali lagi aku menoleh ke istana yang kembali muram
Dia masih berdiri di sana dan tersenyum padaku

Hujan hangat mengalir lembut membasahi hatiku

"Maafkan aku" bisikku lirih

Selamat tinggal istana langit, taman mimpi
Terimakasih atas jamuannya
Pelangi hitam sudah menjemputku untuk kembali ke bumi
Tutup saja pintunya rapat-rapat dan biarkan berkarat
Jangan ucapkan namaku di dalam angin
Tulis saja di daun-daun yang gugur
Dan biarkan rindu membusuk dan menyuburkan kehidupan yang lain
Semua akan baik-baik saja seperti yang diramalkan bintang-bintang yang kita ukir dengan jiwa kita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun