Aga menangis. Ia menjerit-jerit di pintu sebelah sana. Memanggil-manggil Ma'nya yang hilang. Tertegun. Termangu. Suara orang-orang berteriak melengking. Suara orang-orang lari kesana kemari. Suara pentungan. Suara letusan menggelegar. Suara gempita dengan pekik nama yang aneh. Suara Ma'-Rah. "Berani seperti mereka, Aga?" "Tidak." "Kenapa tidak?" "Biar selamat." "Selamat itu tak cukup dengan menjawab tidak." "Tapi selamat itu sudah cukup dengan kata tidak-tersesat." Tiba-tiba lengan Aga ada yang menarik. Agak kasar. Aga meronta, tapi tak berdaya. "Ayo!" "Ke mana?" "Pulang." "Ke mana?" "Ke asal." Diam merunduk. Ragu-ragu. "Maafkan. Aku tak bisa sekarang. Beri aku kesempatan." "Kesempatan untuk apa?" "Mencari Ma' ku yang hilang." "Akulah Ma'mu. Ma'-Rah." "Bukan." "Kenapa bukan?" "Ma' ku tidak pernah menonjolkan namanya." Dan ia terhenyak. [caption id="attachment_259905" align="aligncenter" width="341" caption="Tuhan, agama-Mu apa? (http://tangerang.olx.co.id)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H