Mohon tunggu...
Haz Algebra
Haz Algebra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang hamba dari semua insan besar, juga hamba dari para pecundang. Menulis untuk meninggalkan JEJAK! [http://hazbook.blogspot.com/]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Sedih di Hari Minggu @Kompasiana

26 September 2010   17:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:57 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wanita ini, memungkinkanku memikirkan wanita lain selain ibuku. Betapapun, ia memberikan perasaan yang mirip, ia sering membuat perasaanku bergetar. Dan aku mulai mencintainya sebab ia wanita yang lancang menyusup ke dalam jantungku. Terus terang saja, aku tak begitu mengenalnya, cuma temanku yang juga wanita mengatakan bahwa dia temannya (bukankah segala hal berawal dari ketidaktahuan?). Begitulah, dan aku selalu mencari alasan kenapa aku terburu-buru mencintainya. Entahlah, aku teringat kata seorang dokter kandungan padaku, "Cinta itu ibarat ibu yang akan melahirkan, kita boleh menerka jadwal persalinannya, tapi tak tahu pasti kapan tangisan pertamanya akan datang, karena itu adalah privasi waktu". Masuk akal juga. Aku tak begitu tahu tentang dia. Mungkin ada lelaki lain yang mencintainya atau hanya sekedar iseng. Aku tak tahu. Kami beberapa kali melakukan personal sharing & connecting. Yah, hanya sekedar basa-basi ngobrol melalui judul-judul postingan yang kami buat. Saling menaroh jejak dilapak masing-masing dengan segala karakter yang bersembunyi di balik avatar. Tapi entah mengapa, aku begitu mencintainya. Hingga suatu hari, mungkin hari keramat, aku melakukan sesuatu hal di luar kebiasaanku. Dengan segala atribut topeng-topengan dan karakter yang menyertainya, aku menyatakan cinta padanya. Hari itu terjadi begitu saja. Aku menganggap itu seperti kencan serius pertamaku dengannya dan aku menikmatinya. Entah dirinya merasakan hal serupa atau tidak, tetapi dia memberikan respon balik. Respon yang membuatku merasa nyaman di depan layar kompi.  Rasa ini terjadi begitu saja, tanpa pernah kuketahui penyebabnya. Chemistry yang kurasa pun semakin menggila. Kebersamaan yang berdurasi beberapa menit itu membuatku merasa telah mengenal dia jauh dari sebelum aku mengenalnya. Tak ada kontak fisik sedikit pun hari itu. Jangankan memegang tangannya, berbicara dengan resonansi suara pun aku belum melakukannya. Tapi, setidaknya aku sudah meletakkan batu pertama untuk bangunan cintaku. Hingga malam agak larut, kami memutuskan untuk istrahat. Sama ketika memulai perbincangan, kami juga istrahat tak bersamaan. Beberapa hari kemudian, aku mulai posting sebuah tulisan tak bermakna sama sekali. Aneh, biasanya dia adalah orang yang cepat menyergap dan melahap tulisan yang ku buat. Tapi hari itu, dia hanya berlalu begitu saja sambil meninggalkan harapan yang bertuliskan : "Ini Ratting Untukmu". Aku jadi bingung, ada apa sebenarnya? Ternyata dia meninggalkan sebuah pesan di Japri. Dan untuk pertama kalinya, inilah komunikasi kami yang terpanjang di japri. (NN) Aku sangat kacau akhir-akhir ini. Aku tak punya hak untuk meragukan kejujuranmu. Yang bisa kulakukan hanyalah mengaku bahwa aku gila sementara dan bisa mencari cara untuk melupakan ini semua. (Me) Hei, kau mengejutkan. Mengapa suasana hatimu tiba-tiba berubah? Apakah kau tak mau menulis lagi? (NN) Jika betul aku sudah tahu apa yang bisa aku tulis, barulah seketika itu juga aku akan kembali menulis. Saat ini aku sedang mengumpulkan serpihan-serpihan schizophrenia yang menjangkitiku sejak beberapa hari terakhir ini. Setelah berhasil menyusun serpihan-serpihan itu, baru aku akan mengabarimu. (Me) Ada apa sebenarnya? Selama ini aku selalu beranggapan tak ada yang perlu aku khawatirkan tentang hal ini. Tapi sepertinya kamu ingin melepas beban dunia dipunggungmu. (NN) Pagi tadi aku bangun dan sadar bahwa kehidupanku sudah berubah. Aku putuskan untuk santai. Dan menerima kenyataan bahwa aku tak bisa mengendalikan semuanya. (Me) Hei tunggu, apakah itu berarti kita tidak akan sharing & connecting lagi? (NN) Tampaknya begitu. (Me) Menyedihkan ya, kita tak punya apa-apa lagi untuk dikatakan. (NN) Mungkin memang seharusnya tak pernah ada yang harus dikatakan. (Me) Tapi, sudah banyak sekali yang telah kita bicarakan. (NN) Kita bicara sambil membisu. Semuanya kata-kata kosong. (Me) Jika kau berkata begitu. Itu bisa jadi benar. (NN) Haruskah kita benar-benar berhenti? (Me) Lho, kau yang memulainya duluan. (NN) Ya sudah. Selamat malam. (Me) Tunggu! Apakah kita bisa 'bertemu' kembali? (NN) Tidak. (Me) Kenapa tidak? (NN) Sebab itu tak mungkin. (Me) Bukankah segalanya mungkin terjadi? (NN) Tidak dalam hal ini. Di sini sejak awal tidak ada kemungkinan. (Me) Suatu saat orang sering mengalami berbagai kemungkinan yang pada awalnya terlihat tak mungkin. Dan seringkali itu bukan kemungkinan paling buruk. (NN) Maafkan aku, kemungkinan kita 'bertemu' tidak ada lagi. Kita lihat saja nanti. Selamat malam. (Me) Selamat malam. Sangat sulit melihat dirimu dari sudut pandang orang lain.

***

[caption id="attachment_270384" align="aligncenter" width="400" caption="ilustrasi (http://www.halaqah-online.com/)"][/caption]

Cerita ini hanya fiktif belaka. Didedikasikan untuk seorang teman yang sedang beristirahat dari dirinya sendiri. Miss U :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun