Dunia saati ini dihadapkan dengan ujian besar yang melanda seluruh negara, yaitu pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 berhasil memukul hampir seluruh sendi kehidupan, termasuk perekonomian. Banyak unit usaha yang harus menanggung kerugian yang besar, bahkan sampai harus menutup kegiatan bisnis yang dilakukan akibat tidak mampu lagi menjalankan kegiatan operasionalnya ditengah pandemi.Â
Tidak sedikit pula yang pada akhirnya harus rela kehilangan pekerjaannya ditengah PHK yang dilakukan perusahaan tempat mereka bekerja. Langkah ini diambil sebagai respon atas ketidakmampuan perusahaan untuk tetap mempertahankan pekerja ditengah pandemi. Sementara itu, permintaan konsumen terus mengalami penurunan untuk sejumlah komoditas tertentu.
Meskipun telah menunjukkan tanda-tanda membaik, perkembangan perekonomian di berbagai negara masih belum sepenuhnya pulih. Berbagai usaha sudah dilakukan oleh setiap negara dalam rangka memulihkan perekonomian global, termasuk Indonesia. Namun, perbaikan ini masih terhambat karena tingginya angka kasus COVID-19 secara global.Â
Hal ini mendorong perekonomian di beberapa negara masih terkontraksi. Sebut saja, misalnya Amerika Serikat yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV tahun 2020 sebesar -2,5 persen dan Uni Eropa yang mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar -4,8 persen. Meskipun demikian, beberapa negara mitra dagang Indonesia sudah berhasil menunjukkan penguatan fundamental perekonomian, seperti Tiongkok yang melaporkan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2020 sebesar 6,5 persen dan Vietnam sebesar 4,5 persen.
Kontraksi perekonomian sebagai dampak dari pandemi global COVID-19 juga turut dirasakan oleh Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen pada tahun 2020. Fenomena ini merupakan kali pertama sejak krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Jika dibandingkan dengan triwulan III, perekonomian Indonesia pada triwulan IV Â tahun 2020 juga mengalami kontraksi sebesar 0,42 persen. Sementara itu, pada triwulan yang sama jika dibandingkan tahun 2019, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi sebesar 2,19 persen.
Perekonomian yang cenderung melambat hampir dirasakan seluruh sektor. BPS melaporkan bahwa sektor industri yang menjadi penyumbang utama perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun juga tak luput merasakan dampak resesi global akibat COVID-19. Tercatat pada tahun 2020, industri pengolahan mengalami kontraksi sebesar 2,93 persen dibandingkan tahun sebelumnya.Â
Padahal, sektor industri menyumbang sebesar 20,61 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2020. Sektor perdagangan yang menjadi penyumbang perekonomian terbesar kedua setelah industri juga turut mengalami kontraksi sebagai akibat dari pandemi COVID-19. Tercatat pada tahun 2020, sektor perdagangan mengalami kontraksi sebesar 3,72 persen.
Pertanian di Tengah Pademi
Meskipun secara umum mengalami pelemahan ditengah pandemi global, pada kenyataannya masih ada sektor-sektor yang berperan dalam mendorong tumbuhnya perekonomian nasional, salah satunya adalah pertanian. BPS melaporkan pada tahun 2020, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih mampu tetap eksis ditengah pandemi dengan tumbuh sebesar 2,59 persen. Meskipun ditengah goncangan pandemi, sektor pertanian menjadi salah satu pendorong perekonomian dengan memberi kontribusi 12,58 persen terhadap PDB.
Hal ini menjadi catatan penting bagi melihat perekonomian menjadi kontributor utama penggerak perekonomian nasional ditengah pandemi. BPS mencatat, kontributor utama tumbuhnya sektor pertanian ditunjang oleh tanaman pangan yang mampu tumbuh 10,47 persen. Fenomena ini didukung karena terjadinya peningkatan luas panen dan produksi padi, jagung, serta ubi kayu. Sementara itu, peternakan mengalami kemunduran sebesar 1,86 persen sebagai akibat menurunnya permintaan industri pemotongan hewan akibat pandemi COVID-19.