Secara pribadi saya sendiri mengalaminya. Sampai saya pada akhirnya menjadi awardee beasiswa NTB sekarang ini, sedikit tidak telah melewati beberapa usaha. Aktif di dunia maya dengan cara yang sudah saya sebutkan diatas adalah usaha terkecil yang saya lakukan. Selebihnya, saya mesti jatuh bangun mempersiapkan segala tetek bengek administrasinya, yang rupanya cukup menguras kantong. Belum lagi jika sudah lulus administrasi, untuk mengikuti wawancara saya mesti merogoh kantong lebih dalam lagi. Hasilnya? Alhamdulillah saya gagal beberapa kali.
Setelah kegagalan demi kegagalan itu menghampiri, saya hampir saja berputus asa sampai pada akhirnya saya melihat informasi beasiswa NTB. Pengorbanan pertama yang mesti saya berikan adalah resign dari pekerjaan demi fokus mempersiapkan diri. Singkat cerita saya kemudian menjadi awardee beasiswa tersebut.
Tetapi apakah selesai sampai disana? Tidak! Justru cerita pengorbanan anda baru saja dimulai ketika anda baru menjadi awardee, sebelumnya hanya halaman kata pengantar saja (saya yakin para awardee beasiswa lainnya menganggukkan kepala dengan kata-kata saya yang ini).
Jika dibanding dengan cerita para awadee beasiswa yang lain mungkin pengorbanan yang saya lakukan hanya seujung kuku saja. Tentu tidak tepat jika saya mesti ceritakan sendiri. Lagian itu juga anda bisa searching kok! Males lagi? kalau begitu sebaiknya anda ikut kompetisi "males-malesan" saja bukan menjadi scholarship hunter!
Untuk itu saya ingatkan sekali lagi untuk para scholarship hunter, "Jer basuki mawa bea!" luangkan waktu anda, tekunlah, berusahalah terus, mandirilah,dan  pantang mundur. Saya doakan semoga anda mendapatakan beasiswa yang anda impikan selama ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H