Mohon tunggu...
H4yy4N ibnu Wardi
H4yy4N ibnu Wardi Mohon Tunggu... -

Think Big Start Small gak kakean cangkem

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mbak Jum

26 September 2012   07:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:39 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu pagi (25-8-2012) aku sms kawan lama nun jauh di seberang sana, Medan Marelan. Kurang lebih seperti ini “Tak enak awak jadi pengangguran, laundry full dipegang istri. Pelanggan pun hampir tiada yg antar jemput. Mau bikin mainan baru biar tdk nganggur”.

Selang beberapa jam kemudian dibalas “Mainan barunya dijalanin sendiri atau pakai orang lain?”

Aku ga jawab.

Hari itu pertama kali laundry buka setelah libur lebaran. Tak begitu banyak kerjaan, mungkin tak ada satu jam sudah bisa selesai semua.

Menjelang maghrib, mobil berhenti di depan outlet. Bu Wiwik keluar membawa dua buntel cucian. Beliau pelanggan setia kami, walhamdulillaah …

Hari itu mbak jum (partner kerja laundry) mestinya masuk. Tapi entah kenapa sejak pagi kok tak ada kabar beritanya. Mungkin sekalian besok, begitu pikirku.

Selepas maghrib, ketika bersama harits dan rofiq di ruang tamu, pintu diketok. Ternyata mbak jum bersama suami dan anaknya datang berkunjung. Mumpung masih dalam suasana lebaran. Mbak jum dan Faiz (anaknya) masuk, aku dan suaminya di ruang tamu.

Ngobrol ngalor ngidul, tentang banyak hal. Kerjaan, sepeda motor, libur lebaran, sekolah Faiz, dll. Tak aku singgung sekali pun tentang kehamilan mbak jum yg sudah memasuki bulan ke-5. Selepas isya’, mbak jum sekeluarga pamit pulang.

Di kamar istri sambil nangis berkata “Aba rofiq, mbak jum pamit ga kerja lagi. Katanya sudah ga kuat fisiknya. Kehamilan anak kedua ini sungguh menguras tenaganya, juga gampang sakit. Mbak jum dilarang sama ibu dan ibu mertuanya, sudah ga boleh kerja lagi. Kasihan bayinya.”

Bak petir di siang bolong. Pikiranku langsung tertuju 2 buntel cucian Bu Wiwik. Segitu banyak ! Belum lagi dari pelanggan2 lainnya. Apalagi besok hari Minggu, pasti tambah ramai.

Masya Alloh … desisku pelan.

Langsung terbayang dalam pikiranku, akan betapa beratnya perjuangan istri. Ngantar sekolah rofiq, ngurus harits dan bayi thoriq di rumah. Belum lagi piring dan gelas kotor. Belum lagi lantai rumah yg perlu disapu dan dipel. Belum lagi urusan masak. Belum lagi kalau thoriq rewel ga bisa ditaruh, minta gendong terus. Belum lagi, belum lagi … Seketika aku merasakan betapa beratnya kerjaan di rumah !

“Ehm, gmna kalau kita cari pegawai lagi ? Di sekitar sini insya Alloh banyak kok yang mau ?” tanyaku pelan.

“Gak usah lah, toh Mbak Jum nanti kalau sudah melahirkan pengin balik kerja di sini lagi. Itu artinya 6-7 bulan lagi insya Alloh sudah bisa kerja lagi”.

“Tapi nanti sampeyan akan sangat capek menghandle sendiri semua urusan laundry ini… Aku kuatirnya perhatian ke anak2 kurang, terus Rofiq nanti protes seperti awal2 kita dulu buka laundry.”

“Insya Alloh gak … biar aku nanti yg bicara sama Rofiq dan Harits. Biar mereka juga belajar, begini ini cari uang. Aku gak pintar ngaji layaknya sampeyan Aba Rofiq, aku ga bisa ajarin mereka agama yg ampe detail dan mendalam … yang aku bisa kasih contoh pada anak2 ya seperti ini… kesungguhan dalam bekerja keras menjemput rizqi yg halal.”

“Gimana kalau nanti kerjaan overload ?”

“Ya kita bilang apa adanya aja ke customer. Kalau selama ini kita bisa selesaikan cuci setrika dalam waktu 2 hari, sekarang minta tenggang sampai 3 hari. Kalau mereka tidak berkenan menunggu, ya sudah .. itu bukan rejeki kita. Juga nanti kalau overload, kita bisa bangun lebih awal sekitar jam 2-3 dinihari. Karena kalau thoriq sudah bangun, biasanya aku ga bisa pegang kerjaan apa2. Dia mesti minta gendong”

Malam itu aku sengaja tak tidur sekamar dengan istri dan anak2ku. Sendiri di kamar depan. Pikiran menerawang … akan jadi hari2 yg berat utk 6-7 bulan ke depan. Terngiang pula ucapan istriku “yang aku bisa kasih contoh pada anak2 ya seperti ini… kesungguhan dalam bekerja keras menjemput rizqi yg halal”. Wonder woman …

Kini sebulan sudah berlalu tanpa kehadiran Mbak Jum … walhamdulillah semua masih bisa berjalan lancer. Di awal2 dulu kami masih kedodoran, kini sudah mulai terbiasa. Begini lah kami “berunjuk rasa” pada Alloh menjemput rizqi yg halal dan thoyyib. Begini lah pula (mungkin) cara Alloh mendidik kami agar terbiasa bangun sebelum subuh. Karena mau tidak mau, kami dipaksa bangun sebelum subuh bila kerjaan overload. Dan yg patut aku syukuri, dengan bangun sebelum subuh, menjadi lebih mudah membangunkan Rofiq utk berjamaah subuh ke masjid. Walhamdulillah, kini si Harits pun juga ikut subuhan ke masjid. Semua ini adalah nikmat-Nya yang tak bisa tergantikan dengan uang.

Keceriaan bersama Rofiq – Harits sepulang dari subuhan di masjid, tak akan pernah bisa dihargai dengan rupiah. Itu lah saat paling membahagiakan bagi diriku …

Terima kasih Yaa Alloh … segala puji hanya utk-Mu Robb sekalian alam.

11 Dzulqo’dah 1433 H/ 26092012

Hayyan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun