Mohon tunggu...
Hayu Ning Dewi
Hayu Ning Dewi Mohon Tunggu... -

majoring nutritional science. tanoto scholar. love reading, writing, and cooking. interest in healthy, food, environment, and research.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mengapa Harus 3BAH??

1 September 2012   04:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:03 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis terhadap data Susenas tahun 2008 menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan penduduk Indonesia hingga tahun 2008 masih timpang karena tingginya konsumsi beras serta rendahnya konsumsi pangan hewani, umbi-umbian, sayuran, dan buah. Selain itu, Indonesia juga dihadapkan pada beban ganda masalah gizi, yaitu di satu sisi kekurangan gizi  dan kelebihan gizi di sisi lainnya, serta beragam kasus mengenai  ketidakamanan pangan. Menyikapi ketimpangan pola konsumsi masyarakat Indonesia, sebenarnya penentuan kriteria makanan dan pola makan telah mengalami perjalanan panjang yang menyempurnakan. Setelah ditahun 1970 pedoman gizi berdasar pada“Basic four” dari USA atau slogan empat sehat lima sempurna di Indonesia kemudian diperbarui menjadi piramida “Balanced Diet” atau gizi seimbang. Perubahan ini menciptakan kriteria-kriteria makanan yang dapat menjamin kesehatan manusia. Beragam, Bergizi, Berimbang, Aman , dan Higienis atau 3 BAH adalah pilihan tepat untuk menjamin bahwa makanan dapat menjaga kesehatan tubuh manusia. Mengingat fungsi vital makanan bagi tubuh yaitu sebagai sumber energi, zat pembangun, dan pengatur (triguna makanan) kemudian akan muncul pertanyaan: mengapa harus 3B-AH? Mengapa harus beragam? Setiap manusia dimana saja membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi, karena tidak ada satupun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, kecuali ASI (air susu ibu) untuk bayi sampai umur 6 bulan. Makin beragam pola hidangan makanan, makin mudah terpenuhi kebutuhan akan zat gizi. Konsep makan yang beragam mematahkan slogan yang telah melekat kuat pada sebagian besar masyarakat Indonesia, yaitu empat sehat lima sempurna yang sangat memuja susu sebagai sumber protein utama. Protein sebagai zat pembangun tubuh tidak hanya bisa didapatkan dari susu namun juga berbagai bahan pangan hewani maupun nabati seperti daging, ikan, tempe, tahu, dan kacang-kacangan. Begitupun juga dengan sumber karbohidrat, vitamin, dan mineral. Mengapa harus bergizi dan berimbang? Sesuai dengan triguna makanan, yaitu sebagai sumber karbohidrat (energi), sumber protein (zat pembangun), dan sumber vitamin dan mineral (zat pengatur) maka harus diperhatikan gizi dan keseimbangan konsumsinya. Pola makanan yang bergizi dan berimbang mengatur secara proporsional keragaman golongan makanan, baik dalam jenis maupun jumlah sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan akan zat gizi ini dapat bergantung pada jenis kelamin, umur, dan berat badan. Dengan menerapkan pola makan yang bergizi seimbang maka kesehatan dapat lebih terjaga dan terhindar dari kekurangan atau kelebihan gizi. Di Indonesia, prinsip gizi seimbang kemudian divisualisasikan memnjadi Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) yang memuat 4 tingkatan makanan beserta porsinya dalam sehari. Tingkat pertama berisi bahan makanan sumber energi/makanan pokok, seperti padi-padian, umbi-umbian serta tepung-tepungan yang sebaiknya dikonsumsi 3-8 porsi. Tingkat kedua berisi sumber zat pengatur yaitu sayur sebaiknya dikonsumsi         3 – 5 porsi dan buah sebaiknya dikonsumsi  2 – 3  porsi. Tingkat ke tiga berisi sumber zat pembangun        ( lauk- pauk ) yang dipisahkan antara sumber protein hewani dan nabati masing-masing sebaiknya dikonsumsi   2 -3 porsi. Tingkat empat / dipuncak berisi lemak, minyak dan gula sebaiknya digunakan seperlunya. Mengapa harus aman dan higienis? Disadari atau tidak, makanan yang kita konsumsi juga merupakan tempat tinggal yang nyaman untuk bakteri patogen dan agen perusak lain yang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. Selain itu, penambahan zat-zat kimia yang berbahaya dan diberikan secara berlebihan juga dapat mengancam kesehatan manusia. Oleh karena itu, penting kiranya memilih makanan yang aman dan higienis serta menghidangkannya secara higienis pula.

3BAH sejatinya adalah solusi mengatasi beban ganda masalah gizi yang mulai menjangkiti Indonesia, selain itu sebagai jalan melakukan diversifikasi pangan yang tengah dirintis pemerintah. Jadi, mau makan? Ya harus 3BAH!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun