Mohon tunggu...
Rayasyah Fajar
Rayasyah Fajar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Hubungan Internasional

mendengar, mendengar, mendengar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tiga Pelajaran dari Panel Investasi InspiraFest 2023

13 Agustus 2023   18:40 Diperbarui: 13 Agustus 2023   20:16 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Inspirafest 2023 merupakan acara tahunan yang diselenggarakan di Sutera Hall Mall Alam Sutera oleh Merry Riana Group dan MD Co serta kolaborasi bersama NOBU Bank. Acara yang untuk pertama kalinya diselenggarakan selama dua hari ini dipenuhi dengan pembicara-pembicara yang mempunyai keahlian dan keliahaian pada bidang ekonomi. Sebagai contoh, acara ini membawakan Mochtar Riady dari Lippo Group, Henry Kaestner dari Sovereign's Capital, David Tantama dari NOBU Bank, dan puluhan ahli ekonomi lainnya. Walaupun sempat dijadwalkan bahwa Sandiaga Uno akan datang, tetapi sayangnya yang bersangkutan berhalangan untuk hadir di acara.

Penulis sempat mengikuti InspiraFest 2023 di hari yang kedua, tepatnya pada tanggal 12 Agustus 2023. Hari kedua InspiraFest 2023 diisi dengan enam sub-acara dengan tema yang berbeda. Namun, penulis merasa bahwa dari sekian banyak tema yang ada, tema investasi merupakan sub-acara dengan pesan yang paling mencerahkan. Oleh karena itu, pada artikel ini penulis akan hanya membahas hal-hal penting dari panel investasi yang diisi oleh Henry Kaestner dari Sovereign Capital sebagai pembicara utama yang sepatutnya layak diketahui oleh khalayak umum.

Hal pertama yang disinggung oleh Henry Kaestner adalah mengenai  pendanaan yang sebenarnya masuk akal mengingat ia merupakan bagian dari Sovereign's Capital. Kaestner menceritakan bagaimana perusahaan komunikasi asal Amerika Serikat di mana Kaestner berada di dalamnya sempat mengalami kesulitan untuk mendapatkan pendanaan dari perusahaan-perusahaan lain untuk melakukan proses scale up. Kaestner mengatakan bahwa lebih dari 70 pihak menolak permintaan pendanaan perusahaan tersebut. 

Akhirnya, Bandwidth mulai melakukan pembenahan diri dengan menciptakan cash flow yang teratur dan benar. Singkat cerita, Bandwidth kemudian berkembang dan tidak membutuhkan pendanaan sama sekali. Pesan yang ingin disampaikan oleh Kaestner pada hal ini adalah para pelaku usaha harus berpikir secara matang terlebih dahulu tentang apa yang sejatinya benar-benar mereka butuhkan untuk berkembang. Apa yang mereka pikir butuhkan bisa saja sebenarnya tidak diperlukan sama sekali.

Hal selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari kisah perusahaan Bandwidth adalah pertanyaan Riana dan bagaimana Kaestner menjawabnya. Merry Riana sempat bertanya kepada Kaestner mengenai perusahaan seperti apa yang investment-worthy atau layak untuk diberi dana. Ia menjawab bahwa perusahaan yang baik adalah perusahaan yang ketika sang pemiliknya ditanya "untuk apa anda melakukan bisnis ini?", sang pemilik dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban lugas yang tidak sekadar mengenai keuntungan belaka. 

Hal ini dikarenakan bahwa Kaestner percaya kepada kualitas seorang pemimpin. Kaestner juga menunjukkan sifat kepeduliannya terhadap latar belakang aktivitas bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha. Singkatnya, perusahaan yang layak diberikan pendanaan bukan melulu tentang laporan keuangan yang bagus dan prospek masa depan yang menjanjikan. Lebih dari itu, orang di balik perusahaan tersebut serta apa yang memotivasi dia untuk berusaha memiliki signifikansi yang jauh lebih tinggi.

Pelajaran yang terakhir ini sebenarnya berhubungan dengan paragraf sebelumnya karena masih membicarakan mengenai kualitas seorang pemimpin dalam perusahaan. Kaestner berpendapat bahwa terdapat the shadow of a leader dalam bisnis yang memperlihatkan karakter seorang pemimpin di dunia sehari-hari maupun dunia bisnis. The shadow of a leader mempunyai arti bahwa bagaimana kita berperilaku dan berinteraksi bersama orang lain dalam kegiataan sehari-hari mencerminkan bagaimana kita melalukan usaha dalam berbisnis. Pengusaha yang menyayangi keluarganya dengan kelembutan sepenuh hati juga akan memberikan perilaku yang sama kepada para pegawainya, yaitu dengan kasih sayang. Oleh karena itu, bisnis bukan melulu perihal ide dan masalah, tetapi individu juga harus diberikan perhatian khusus.

Kaestner juga memberikan contoh konkret lainnya. Menurutnya, pelaku usaha yang memiliki iman dan kepercayaan yang kuat akan mencerminkan standar moralitas dan etika kerja yang positif. Hal ini akan berdampak positif terhadap konsumen juga. Alasannya adalah karena cara kita memperlakukan pegawai kita mempunyai hubungan yang kuat dengan bagaimana para pegawai kita memperlakukan konsumen kita. Kaestner menggunakan Chick-Fil-A sebagai contoh. Para pegawai makan cepat saji tersebut selalu mengatakan "It's my pleasure!" setiap memberikan produk mereka kepada konsumen mereka. 

Permasalahannya, melatih para pegawai untuk mengucapkan hal tersebut dengan senyum yang tulus bukan hal yang mudah untuk dilakukan mengingat beban kerja mereka yang tinggi. Maka, hal yang dilakukan oleh manajer Chick-Fil-A adalah memperlakukan para bawahan dia dengan baik sehingga mereka dapat melakukan hal yang sama kepada para konsumen. Pesan yang dapat diambil dari kasus ini adalah kebaikan dapat menyebar dengan mudah dalam hierarki bisnis dan hal tersebut akan berdampak positif terhadap bisnis  yang dijalani.

Tiga pelajaran tersebut tentunya merupakan pelajaran-pelajaran berharga yang dapat ditransformasikan menjadi modal kita untuk terus melakukan usaha dengan lebih benar dan lebih baik lagi. Kaestner sendiri kerap mengedepankan pentingnya individu karena Sovereign's Capital melakukan investasi yang didasarkan atas asas faith-driven.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun