Mohon tunggu...
Rayasyah Fajar
Rayasyah Fajar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Hubungan Internasional

mendengar, mendengar, mendengar.

Selanjutnya

Tutup

Film

Self-Made Sisyphus dalam Batman: Mask of the Phantasm (1993)

5 Agustus 2023   19:42 Diperbarui: 5 Agustus 2023   19:51 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Siapa yang menyangka bahwa Detective Comics pada tahun 1993 mempunyai keberanian untuk menciptakan sebuah film animasi pahlawan super berdurasi panjang yang menampilkan Batman untuk pertama kalinya? Mengingat periode awal hingga pertengahan 90-an merupakan periode di mana Batman untuk yang pertama kalinya mendapatkan serial kartunnya sendiri melalui Batman: The Animated Series (1992-1995), kebanyakan orang terkejut mendapatkan film animasi yang berdurasi 76 menit alih-alih episode biasa yang berdurasi kurang lebih 20 menit saja. Frasa yang pertama bukan berarti yang terbaik tampaknya tidak berlaku untuk Batman: Mask of the Phantasm (MotP) selaku animasi Batman pertama. Setidaknya terdapat empat majalah internasional yang memberikan pujian yang memang pantas didapatkan dan diraih oleh film tersebut. Majalah TIME, misalnya, berpendapat bahwa  MotP merupakan film pahlawan super terbaik ketiga sepanjang masa. Di sisi lain, majalah Rolling Stone menempatkannya pada posisi ke-19 dari total 50 film dalam kategori yang sama dengan majalah TIME. Tidak hanya sampai di situ, majalah Paste dan Empire sepakat untuk menempatkan MotP pada posisi pertama untuk film Batman terbaik sepanjang masa.

Apakah Batman: Mask of the Phantasm merupakan film berkualitas tinggi sehingga mendapatkan pujian yang banyak dari berbagai media yang kredibel? Penulis berani mengatakan bahwa film tersebut memang merupakan film animasi Batman terbaik yang pernah diciptakan sehingga layak untuk mendapatkan berbagai pujian. Alasannya hanya satu, yaitu karena film ini mempunyai narasi yang mendalam untuk sebuah animasi pahlawan super. Sebelumnya, penulis memperingatkan bahwa akan terdapat banyak spoiler dalam tulisan ini. Pembaca sebaiknya menimbang dengan bijak terlebih dahulu untuk melanjutkan membaca atau tidak.

Batman: Mask of the Phantasm berhasil menguliti karakter Bruce Wayne secara brutal. Sebagai film animasi Batman pertama, MotP secara mengejutkan mempunyai nuansa gelap dan depresif yang ditaburi dengan kombinasi antara absurdisme serta pesimisme dengan sedikit balutan aksi alih-alih sekedar tipikal film kartun penuh pukulan dan ledakan yang tidak masuk akal. Hal ini sejujurnya membuat penulis terkesan akan tone yang terdapat dalam film ini mengingat ia mendapatkan rating Bimbingan Orang Tua yang hanya satu tingkat di atas Semua Usia. MotP merupakan film animasi Batman pertama dengan jenis character study movie di mana keseluruhan narasi mempunyai ketergantungan terhadap Bruce Wayne sebagai karakter utamanya. Film ini memperkenalkan Wayne, baik sebagai seorang Batman maupun sebagai manusia biasa kepada para penonton dengan durasi yang dapat dikatakan cukup singkat untuk sebuah film. Cara berpikir Wayne, apa yang memotivasi dia untuk melakukan sesuatu, dan bagaimana pandangan dia terhadap dunia sepenuhnya terkemas dengan baik. Tragedi dan trauma yang menyelimuti Wayne terpapar dengan jelas sehingga penonton dibuat mengerti dan bahkan berempati atas perilaku Wayne.

Lalu, siapa dia yang dikuliti dalam Batman: Mask of the Phantasm (1993)? 

Bagaimana bila penulis mengatakan bahwa 76 menit dari Batman: Mask of the Phantasm tidak kurang dan tidak lebih mengisyaratkan bahwa Wayne merupakan Sisyphus yang alih-alih dikutuk, malah mengutuk dirinya sendiri? Iya, Sisyphus. Tokoh yang mendapatkan hukuman dari Zeus untuk terus mendorong batu dengan ukuran yang besar hanya untuk kemudian jatuh dan harus didorong kembali. Apakah terdapat persamaan antara hukuman Zeus terhadap Sisyphus dengan janji Wayne kepada orang tuanya untuk memberantas kriminal di Gotham sehingga apa yang ia alami tidak akan dialami oleh orang lain? Iya, keduanya merupakan hal yang sia-sia untuk dilakukan karena tidak akan pernah usai. Ketika Sisyphus dihukum untuk terus mendorong batu ke atas hanya untuk bertahan hidup dengan jerih payah yang sia-sia tanpa memiliki kemampuan untuk mencapai titik akhir, Wayne diharuskan oleh tragedi personalnya untuk terus memberantas kejahatan tanpa akhir, tanpa istirahat dan tentunya tanpa berbahagia hanya untuk tetap bertahan hidup atau setidaknya itu yang ia lakukan untuk mengatasi rasa kehilangan orang tuanya. Keduanya, layaknya seluruh manusia yang pernah merasakan kehidupan, terperangkap dalam absurditas.

Berbeda dengan Sisyphus, tidak ada yang memaksa Wayne untuk mendorong batu yang seharusnya bukan menjadi kewajibannya. Ia bisa saja menjadi miliuner yang mampu memiliki segalanya, tidak ada batu maupun hukuman apapun. Tidak hanya itu, bahkan ironisnya tidak ada satu orang pun yang memberikan dia hukuman kecuali dirinya sendiri. Pada kondisi ini, tragedi dan trauma yang ia dapat membentuknya sekaligus memberikan hukuman yang keras pada dirinya, thus born self-made sisyphus, Batman.

Ketika pada umumnya orang berpendapat bahwa Sisyphus diberikan hukuman yang tragis karena harus melakukan sesuatu yang berat, menyakitkan, dan sia-sia berulang kali, Albert Camus, sang absurdis terkenal, berpendapat sebaliknya. Ia mengatakan bahwa hukuman tersebut hanya dapat dikatakan tragis selama Sisyphus sadar. Hal ini merupakan apa yang MotP perlihatkan. Sisyphus selalu berada dalam keadaan sadar sedangkan Wayne tidak. Wayne menciptakan tokoh Batman tidak hanya untuk memberantas kejahatan sebagai upaya memenuhi janjinya kepada orang tuanya. Lebih dari apa yang terdapat dalam permukaan, Batman merupakan personifikasi dari usaha yang dilakukan Wayne untuk tidak sadar. Sejalan dengan pertanyaan Camus, penulis berpendapat bahwa tidak ada yang tragis dalam menjadi Sisyphus ketika setiap langkah yang ditempuh untuk mendorong batu yang besar ke atas selalu dibarengi dengan harapan untuk berhasil. Selama Wayne tidak sadar, maka selama itu pula Wayne dapat berbahagia. Pada akhirnya, perjuangan dan harapan menghapus kejahatan di Gotham sudah cukup bagi Wayne.

"One must imagine Sisyphus happy."

Terdapat satu adegan penting dalam film ini di mana Wayne menghampiri kuburan orang tuanya dan mengatakan bahwa ia merasa bersalah karena setelah sekian lamanya ditinggal oleh mereka, Wayne merasa bahagia kembali untuk yang pertama kalinya kembali, seakan-akan ia melupakan orang tuanya. "I need it to be different, now. I didn't see this coming. I didn't count on being happy." Untuk yang pertama kalinya pula, Wayne sadar selayaknya Sisyphus sadar dan ia tidak menyukai hal tersebut sedikit pun. Pada kondisi ini Wayne sebenarnya memiliki wewenang atas dirinya sendiri untuk berhenti menghukum dirinya sendiri. Wayne sudah berhasil mendorong batu tersebut ke puncak, tetapi ia dihantui oleh rasa bersalah karena secara tiba-tiba batu tersebut tidak kembali turun seperti biasanya. Pada akhirnya ia sengaja menjatuhkan kembali batu tersebut, menjadi Batman dan mengurangi kejahatan yang ada di Gotham tanpa akhir, mengulangi siklus yang sejatinya dapat ia hentikan.

Pada akhirnya, untuk apa membayangkan Sisyphus bahagia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun