Mohon tunggu...
Haykal Azharil f
Haykal Azharil f Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mercantilism Pelajaran dari Masa Lalu untuk Masa Depan

7 Maret 2024   15:02 Diperbarui: 7 Maret 2024   15:10 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era globalisasi ini, perdagangan internasional menjadi urat nadi perekonomian dunia. Di balik arus komoditas dan transaksi, terdapat sejarah panjang sistem perdagangan yang kompleks, salah satunya merkantilisme. Sistem ekonomi politik internasional ini pernah mendominasi era pra-industri, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dan pelajaran berharga bagi masa depan.

Menyelami Jejak Merkantilisme

Merkantilisme berkembang di Eropa pada abad ke-16 hingga ke-18, dipicu oleh bangkitnya negara-negara dan semangat kolonialisme. Merkantilisme memiliki beberapa prinsip dasar yang mendasari tentang kekayaan dan kekuatan negara. Salah satunya adalah keyakinan bahwa kekayaan suatu negara diukur berdasarkan jumlah emas dan perak yang dimilikinya. Emas dan perak dianggap sebagai sumber kekuatan ekonomi dan politik, dan negara-negara berlomba-lomba untuk mengumpulkan sebanyak mungkin logam mulia ini.

Untuk mencapai akumulasi emas dan perak, negara-negara merkantilis menerapkan kebijakan ekonomi yang mendukung ekspor dan menghambat impor. Mereka berusaha memaksimalkan ekspor barang dan jasa untuk mendapatkan emas dan perak dari negara lain, sambil membatasi impor agar uang tidak keluar dari negara mereka.

Ide Dasar Dalam Merkantilisme

  • Membentuk koloni: Negara-negara merkantilis berusaha untuk membentuk koloni di wilayah yang lebih jauh sebagai sumber daya tambahan. Koloni ini akan menjadi sumber bahan mentah dan sumber daya alam yang dapat dieksploitasi untuk keuntungan negara induk (Mother Country).
  • Mengontrol/regulasi perdagangan: Merkantilisme melibatkan pengendalian dan regulasi perdagangan. Negara induk akan mencoba mengatur perdagangan dengan koloni dan negara lain untuk memaksimalkan keuntungan mereka sendiri. Mereka mungkin menerapkan kebijakan tarif proteksionis atau pengaturan monopoli perdagangan tertentu untuk melindungi industri dalam negeri dan memastikan pengendalian atas aliran barang dan keuntungan.
  • Ekspor bahan mentah dan sumber daya dari koloni ke Negara Induk: Koloni dianggap sebagai sumber daya untuk negara induk. Bahan mentah dan sumber daya alam yang dapat ditemukan di koloni akan diekspor ke Negara Induk untuk diproses lebih lanjut dan dimanfaatkan.
  • Ekspor produk jadi dari Negara Induk terhadap koloni: Selain mengimpor bahan mentah, Mother Country juga akan mengirimkan produk jadi ke koloni. Hal ini mencakup barang-barang manufaktur yang diproduksi oleh industri dalam negeri negara induk. Dengan demikian, Ibu Negara dapat memanfaatkan koloni sebagai pasar untuk barang-barang yang mereka hasilkan.
  • Neraca perdagangan yang menguntungkan bagi Negara induk : Salah satu tujuan utama merkantilisme adalah mencapai neraca perdagangan yang menguntungkan bagi Mother Country. Artinya, nilai ekspor Ibu Negara harus melebihi nilai impornya. Hal ini dianggap penting untuk mengumpulkan kekayaan dan memperkuat posisi ekonomi Ibu Negara.

Dampak Positif dan Negatif Merkantilisme

Meskipun menuai kritik, merkantilisme memiliki beberapa dampak positif, di antaranya:

  • Pasar yang terjamin: Merkantilisme memberikan negara induk (Mother Country) pasar yang terjamin di koloni. Hal ini memastikan adanya permintaan yang stabil untuk produk-produk yang dihasilkan oleh Ibu Negara.
  • Perlindungan dari persaingan: Melalui kebijakan proteksi tarif dan pengaturan monopoli perdagangan tertentu, merkantilisme memberikan perlindungan bagi industri dalam negeri Ibu Negara dari persaingan asing yang ketat.
  • Bermanfaat terutama saat koloni masih muda untuk membatasi risiko: Merkantilisme dapat memberikan manfaat khususnya pada awal terbentuknya koloni. Dengan mengendalikan perdagangan dan sumber daya, Ibu Negara dapat membatasi risiko dan memastikan perkembangan yang terkendali di koloni.
  • Peningkatan harga bagi penyelundup: Kebijakan merkantilis, seperti tarif tinggi, dapat meningkatkan harga barang impor di koloni. Hal ini menciptakan peluang bagi penyelundup untuk mengimpor barang-barang dengan harga lebih rendah dan menjualnya dengan harga lebih tinggi di pasar ilegal.
  • Pertumbuhan Industri: Kebijakan proteksionisme dan intervensi pemerintah mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan negara.
  • Pengembangan Infrastruktur: Pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan dan jalan raya untuk mendukung perdagangan internasional.
  • Kekuatan Maritim: Fokus pada perdagangan maritim mendorong pengembangan armada laut dan teknologi maritim.

Namun, merkantilisme juga memiliki dampak negatif, seperti

  • Terbatasnya peluang untuk berdagang: Merkantilisme mengakibatkan terbatasnya peluang bagi negara-negara untuk melakukan perdagangan bebas. Kebijakan proteksionis dan pengendalian perdagangan dapat membatasi akses ke pasar luar dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
  • Pembatasan perkembangan industri: Merkantilisme dapat membatasi perkembangan industri dalam negeri. Kebijakan perlindungan industri tertentu di Negara Ibu dapat menghambat inovasi dan persaingan yang sehat.
  • Masalah yang semakin besar menjelang akhir periode kolonial: Pada akhir periode kolonial, merkantilisme semakin menghadapi masalah. Koloni-koloni menjadi lebih kaya dan ekonomi kolonial menjadi lebih beragam, yang mengakibatkan ketidaksesuaian antara kebijakan merkantilis dengan kebutuhan dan potensi ekonomi koloni.
  • Pandangan ekonomi sebagai "Zero Sum Game": Merkantilisme memandang ekonomi sebagai "Zero Sum Game" di mana kekayaan Ibu Negara dianggap bertambah dengan mengambil kekayaan dari koloni. Hal ini berarti bahwa ketika Ibu Negara mendapatkan keuntungan, koloni akan mengalami penurunan kekayaan.
  • Defisit perdagangan koloni: Kebijakan merkantilis sering mengakibatkan defisit perdagangan bagi koloni. Koloni diharuskan mengimpor lebih banyak barang dari Ibu Negara daripada yang mereka ekspor, yang mengurangi kekayaan mereka dan menyebabkan ketergantungan ekonomi terhadap Ibu Negara.
  • Koloni kekurangan mata uang: Merkantilisme sering kali menghasilkan koloni yang kekurangan spesies uang (uang emas dan perak). Kebijakan yang mendorong ekspor bahan mentah dari koloni ke Negara Ibu mengurangi ketersediaan mata uang di koloni tersebut.

Dalam ekonomi politik internasional Merkantilisme telah menjadi salah satu faktor penting dalam membentuk sistem ekonomi politik internasional. Sistem ini telah meninggalkan warisan yang kompleks, pengaruhnya masih dapat dilihat dalam berbagai kebijakan perdagangan dan ekonomi di masa kini.

Merkantilisme Menawarkan Pelajaran Berharga Bagi Masa Depan, di antaranya:

  • Pentingnya perdagangan internasional: Perdagangan internasional memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan. Merkantilisme menggarisbawahi pentingnya perdagangan internasional dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran. Pelajaran ini tetap relevan hingga saat ini, di mana perdagangan internasional menjadi salah satu pilar utama dalam sistem ekonomi global.
  • Peran negara: Pemerintah memiliki peran penting dalam mengatur perdagangan dan ekonomi untuk melindungi kepentingan nasional. Merkantilisme menekankan peran penting pemerintah dalam mengatur perdagangan dan ekonomi untuk melindungi kepentingan nasional. Pelajaran ini menunjukkan bahwa negara memiliki peran aktif dalam menciptakan kebijakan yang menguntungkan bagi industri dalam negeri dan memastikan keamanan ekonomi.
  • Kebijakan yang adil dan berkelanjutan: Kebijakan perdagangan dan ekonomi harus adil dan berkelanjutan, dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak dan menjaga kelestarian lingkungan. Merkantilisme juga menunjukkan pentingnya kebijakan perdagangan dan ekonomi yang adil dan berkelanjutan. Hal ini mencakup mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam perdagangan, termasuk negara-negara dengan bidang ekonomi yang lebih lemah, serta menjaga kelestarian lingkungan dalam kegiatan ekonomi.

Dari Merkantilisme kita belajar bahwa pentingnya untuk mencapai keseimbangan antara kepentingan nasional dan universal. Negara-negara perlu bekerja sama dalam menciptakan sistem perdagangan yang adil dan berkelanjutan, mengurangi hambatan perdagangan yang tidak perlu, dan memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat. Selain itu, perlindungan lingkungan harus menjadi bagian integral dari kebijakan ekonomi, dengan mempromosikan praktik yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun