Kesal mengerjakan tugas jurnalistik yang membuat hati gundah, sayapun mencoba beralih mengerjakan tugas dari mata kuliah lain, namun ternyata, memang hidup saya tidak bisa jauh dari jurnalisme, saya menemukan seonggok buku yang tergeletak, buku yang membuat saya teringat kegalauan saya akan jurnalisme.
Sebuah buku karya empunya kompasiana, papih Pepih Nugraha yang berjudul Ibu Pertiwi, hati saya menjerit, haruskah saya selalu teringat denganmu wahai jurnalism, ku pandang sedikit sosok buku yang menyapaku dengan lambaian halaman yang terbuka, semakin ku pandang semakin angin menerpa setiap halaman untuk membuka lembaran baru, menggiurkan, kuberanikan diri untuk mendekati dan mengambil buku tak bertuan di kontrakan temanku itu, “bahan nih” pikirku.
Usut punya usut majikan buku datang dan merampas buku yang berjudul Ibu Pertiwi itu dari tanganku, mungkin kejadian tadi memang hanya sebuah tamparan di wajah oleh tuhan untuk membuatku tetap menulis, halah bodo amat lah mata kuliah lain menanti.
Ternyata temanku sang majikan buku kembali dan membawa berjudul A9ama saya adalah Jurnalisme, “kalau mau baca, jangan yang ini, belum sampai otakmu, baca yang ini saja” seperti sapi di cocok hidungnya aku melenguh tetapi mengikuti perintah tuanku
Di dalamnya terdapat 9 elemen jurnalisme dan masing masing penjabarannya, ya, suka tidak suka, tuhan memang sudah menuntun jalan saya untuk tersesat di jalan yang lurus.
Belajar jurnalistik, bertemu kompasiana, bertemu pak Alif Kunandar tercinta, bertemu buku buku yang dulu tidak terfikirkan oleh seorang yang bercita-cita menjadi dokter hewan, dan tidak lupa tugas jurnalistik yang menantang.
Seperti belajar berenang ya kita harus di air.
Saya masih ingat saat pertama mendapatkan tugas dari pak Alif Kunandar, “Jurnalistik ini harus di pelajari dari segi teori dan praktik, kalau teori, saya akan sampaikan di dalam kelas, kalau praktik, silahkan kita berproses di luar”
Syarat tulisan yang beliau berikan adalah, “minimal 500 kata, dilarang menulis fiksi, dan hindari typo” dan yang sangat menantang dari tugas ini adalah sistem pembagian poin, 10-50 untuk artikel biasa atau standar, pasti 50 untuk highlight, dan positif 100 untuk headline, wah sudah seperti di hogwarts saja ya hehehehe.
Artikel yang kami tulis juga di buat sedemikian rupa supaya tidak mengandung unsur SARA, penulisan berita 1 hari paling banyak di rekomendasikan adalah 4 berita, dan minimal 1 berita, tidak boleh ada pencemaran nama baik, bahasa di bebaskan selama sopan, dan terakhir, nilai 0 jika plagiasi
Belajar jurnalistik dari beliau sama dengan belajar untuk selamanya, karena setelah kita belajar jurnalistik, kita akan mencintai jurnalistik, seperti yang saya paparkan tadi pula, banyak “kode” yang tiba tiba mengingatkan kita untuk menulis, dari mulai teman rese atau bahkan jalan jalan biasa yang bisa menjadi bahan tulisan.