Damai Palestinaku
Di bawah langit biru Palestina nan indah
Terdengar rintihan hati yang terluka.
Tanah ini menjadi saksi perjuangan abadi
Negeri ini merindukan kedamaian yang tiada henti
Hampir setiap hari ku denger berita dukamu
Dari kiblat umat islam yang pertama
Perlawanan anak-anak Gaza nan berani
Menjawab laras baja dengan timpukan batu
Membuat hati pedih, mengalir air mata bak film tak berseri.
Hening duka penuh nestapa
suara teriakan dan tangisan yang tak henti hentinya
Rasa sakit hanya tinggal rintihan belaka
Hidup bergelimang derita yang tak kunjung usai Perjuangan yang penuh tantangan dan rekayasa
Dari musuh yang akan binasa
Ku lihat mereka dalam luka tak terperi
Ku lihat mereka kehilangan ayah bunda, sanak famili
Ku lihat mereka kehausan dan kelaparan yang tak terkendali
Ku lihat Mereka mencari keselamatan dari dentum bom dan bara api
Harus maju dan maju terus tanpa lelah
Tuk meraih harapan kemenangan
Ingin merdeka hancurkan lawan biadab
Demi bebaskan tanah dan kehormatan
dari penjajah
Saat tatapan mata tertuju di sana
Saat wajah wajah berdebu penuh duka
Saat air mata penuh harapan
Saat rasa takut menjadi keberanian
Saat itulah syahadah menjadi sebuah harapan
Terlihat ratapan hening menyeka ujung mata anak anak sebayaku
Ku dengar suara tangisan pun membalita ringkih
Ku ingin memeluk mereka yang berdebu
Wajah kusamnya penuh derai air mata
Menoreh nama disetiap lengan anak anak Gaza
Agar dikenal saat tiba kesyahidannya.
Keganasan israel yang tak berprikemanusiaan
Kekejamannya yang tak punya hati
Kebiadabannya yang tak manusiawi
Masih layakkah mereka disebut manusia???
Kawan...
Perjuanganmu pelajaran bagi kami
Betapa kami malu dan hina
saat membandingkan diri ini
Disana kalian berjuang tuk mencari kehidupan
Disini kami menyia-nyiakan waktu begitu saja
Disana kalian berebut makanan dan minuman
Disini kami dengan mudah membuang buangnya.
Di saat engkau berjuang di medan perang
bersimbah darah dan air mata melawan penjajah zionis yang zalim
Kami malah sibuk main game perang-perangan di gadget
Dibalik puing reruntuhan kalian tetap semangat mengaji
Disini kami penuh paksaan tuk membaca firman Tuhan.
Di saat engkau menginginkan belajar di sekolah
Sementara kami disini bermalas-malasan.
Di saat engkau merindukan dekapan hangatnya pelukan Ayah bunda
Disini Kami malah  tak mendengarkan nasehatnya
Sungguh kami malu dan malu