Mohon tunggu...
Hayati Masri
Hayati Masri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aktivis IOFC Indonesia mahasiswi KAHFI Motivator School

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kasih Dua Keyakinan

14 April 2014   05:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:43 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

aku kini hidup dalam ke gundahan yang tak menentu, ketika semakin dekat dengan nya, dia yang dulu pernah menjalin cita semasa ABG meski awal nya hanya cinta monyet. namun semakin lama jalinan kasih yang terjalin rasa itu semakin dalam. berawal dari pasca kelulusan dari sekolah tingka SMP beranjak ke SMA kegalauan semakin menggunung, aku melanjut untuk masuk ke sekolah pesantren yang notabennya belajar memperdalam ilmu agama islam tentunya, sementara dia kekasih pujaan hati yang ku damba memilih untuk melanjut kan sekolah kependetaan di luar negara sana. perpisahan itu masih teringat begitu kuat di memoriku, berdua kita menangis tersedu untuk harus belajar melupakan dan menghilangkan cinta yang kini telah menjiwa, selang waktu berganti tahun demi tahun pun kujalani sendiri begitu juga dia. pendidikan selesai dan kami mulai meniti karir dan pada saat ini  kembali ke pangkuan ranah kelahiran, raga kita semakin dekat dan komunikasi pun mulai terjalin kembali dengan baik, meski belum membuat keputusan untuk bila bertemu. aku dan dia yang masih menyimpan cinta yang begitu kuatnya kini terus terpisah atas keyakinan yang berbeda, rasanya hatiku pilu jika mengingat ini. jika aku boleh protes kepada sang khalik, mengapa di dunia inni diciptakan begitu banyak keyakinan jika adda si adam dan hawa. mengapa kami harus terpisah atas perbedaan ini. hati ku semakin nelangsa dibuat nya, karena besar keinginan ku untuk menemui dia dan memeluk melepas kerinduan. hanya saja aku sangat yakin bahwa kami berdua tak akan pernah bersatu atas perbedaan yang ada ini. seiring komunikasi yang kini semakin lancar akupun semakin merindukannya, mendamba dan memuja meski logika ku mengatakn bahwa aku dan dia tidak mungkin bersatu. kelelahan jiwa ku menegangkan urat saraf ku dan membuat aku meronta. adilkah ini bagi kami dua manusia yang tersiksa karena dua keyakinan meski kasih begitu dalam. entah lah berdosa kah aku protes kepada tuhan yang ku yakini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun