Sektor pendidikan di Kabupaten Pandeglang, termasuk di lingkungan SMK Negeri 15, masih dirundung sejumlah kendala. Data Badan Pusat Statistik dan analisis lainnya menunjukkan bahwa Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Pandeglang masih tergolong rendah. APS untuk kelompok usia 16–18 tahun pada tahun 2018 sebesar 55,01%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata provinsi Banten sebesar 68,35% (Kompas 2022).
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak melanjutkan pendidikan. SMK Negeri 15 Pandeglang juga terdampak oleh buruknya kondisi infrastruktur dalam hal sarana dan prasarana pendidikan. Di sekitar Kabupaten Pandeglang, terdapat banyak ruang kelas yang rusak pada berbagai jenjang pendidikan. Sejumlah ruang kelas setingkat SMA/SMK misalnya, dilaporkan tidak dapat digunakan. Kenyamanan siswa selama proses belajar mengajar terganggu oleh minimnya fasilitas ini, begitu pula dengan kualitas pendidikan.
Masalah lainnya adalah kualitas pengajaran di SMK Negeri 15 Pandeglang. Studi mengungkapkan bahwa sejumlah besar lulusan SMK di Indonesia, terutama yang berasal dari wilayah ini, tidak memiliki kemampuan komunikasi dalam bahasa Inggris yang diperlukan untuk dapat bersaing di pasar tenaga kerja (BNSP 2013). Hal ini disebabkan oleh strategi pembelajaran yang tidak memenuhi kebutuhan siswa dan kurang berhasil. Selain itu, faktor yang menghambat kemampuan siswa untuk berkembang adalah kurangnya guru bahasa Inggris yang berkualitas (Dwinalida & Setiaji, 2022).
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Pandeglang, baik masyarakat maupun pemerintah harus memberikan perhatian khusus. Kerja sama antara keduanya sangat penting untuk meningkatkan lingkungan belajar dan mendorong pertumbuhan siswa. Â Selain itu, sangat penting untuk memprioritaskan pelaksanaan program peningkatan kapasitas guru dan penyediaan fasilitas pendidikan yang sesuai.
SMK Negeri 15 Pandeglang berada dalam konteks pendidikan yang menantang dengan berbagai isu   seperti, termasuk jumlah siswa yang sedikit, fasilitas yang tidak memadai, dan pengajaran yang tidak memadai. Masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan harus bekerja sama untuk memperbaiki situasi ini dan meningkatkan standar pengajaran bagi siswa setempat.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan untuk mengatasi masalah rendahnya kreativitas dan inovasi siswa di SMK Negeri 15 Pandeglang. Metode pembelajaran tradisional yang lebih berfokus pada ceramah menyebabkan siswa kurang aktif dan tidak terlibat secara maksimal dalam proses belajar. Oleh karena itu, penerapan metode pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning - PjBL) dianggap sebagai solusi yang efektif untuk meningkatkan keterlibatan siswa.
Sehingga, tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk mengatasi permasalahan kurangnya daya cipta dan imajinasi siswa di SMK Negeri 15 Pandeglang. Siswa yang belajar dengan metode tradisional yang lebih menitikberatkan pada ceramah dibandingkan kegiatan lainnya menjadi kurang terlibat dan tidak memperoleh hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu, penggunaan teknik pembelajaran berbasis proyek (juga dikenal sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek, atau PjBL) dianggap sebagai cara yang berhasil untuk meningkatkan partisipasi siswa.
Tujuan dari kegiatan ini:
1).Meningkatkan kreativitas siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran berbasis proyek.