Ku tahu,
tentang mengapa ditancapkan luka
hakekat manusia memang mati rasa
Ku tahu,
mengapa tetap saja ada perih dan sakit
hakekat jiwa bukan tak bisa bangkit
Menggenggam rasa harusnya biasa
kini menggenggam api bahkan disengaja
sendu dari tuhan untuk bumi
yang rindu dibentang maut tanpa fatwa
mematikan hidup yang tak ingin mati
membenci panorama yang tertawa
tersanggat pada tanah yang menerima darah
tanpa amarah
ditatap remeh angin yang tak habis pikir
membawa helai daunan yang menjelma:
"mengapa tak bisa menjaga bahagia?"
Sendu dari tuhan untuk kini
karena ia tak mengerti sendunya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H