Mohon tunggu...
Hawun Jata
Hawun Jata Mohon Tunggu... -

-embun-\r\n\r\nseorang perempuan di borneo. masih mengejar senja yang jatuh di sungai.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

(Seorang) Pengamat

11 Februari 2011   11:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:42 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku seorang pengamat. dari sudut kubikel belakang meja kerja kayu yang keras, kucermati gerakan orang-orang yang melintas. wajah-wajah yang berbedak dengan krim anti jerawat, maskara tebal dari sebatang pensil, bibir bergincu merah dan eye shadow yang kerlipnya naik sampai ke alis. percakapan-percakapan seperti tentang online shopping terbaru, status di BBM yang sengaja diupayakan sedemikian rupa supaya membuka pintu kepada kontroversi dan juga pacar-pacar internet yang tidak pernah jelas jumlahnya.

pagi dan secangkir kopi adalah perempuan-perempuan itu, yang sibuk meluruskan atau menggelombangkan rambutnya dengan dua bilah papan elektrik. pada cermin di dinding, mereka seolah mengembalikan dongeng ibu tiri si putri salju yang jahat, dengan senyum dan kedipan mata yang menandaskan eksistensi mereka. satu kali kibasan rambut dan satu kalimat dengan nada manja, mereka menghamburkan puja puji atas diri dan mengamini setiap pengaguman.

jangan tanyakan kemana harga cabe yang sedang melompat akan mendarat, atau hybrid journalism dan siapa itu Husein Mubarak. internet itu adalah selebar dunia tentang facebook, twitter dan YM. mari tanamkan tunas kata-kata dan siram mereka dengan kesombongan sepenuhnya yang dimiliki seorang penulis, maka lembaran-lembaran halaman layar monitor putih akan mencatat paragraf-paragraf yang berkeluh kesah tentang cinta yang malang atau kecantikan yang disiriki.

aku seorang pengamat. dari pagi hingga sore hariku yang tertimbun kertas-kertas, kuamati mulut-mulut yang terus membuka. mengucap lebih banyak kata, lebih banyak kalimat, untuk pesan yang seharusnya selesai dalam satu baris. mulut-mulut yang meruncing bersamaan dengan desah tentang mood yang jelek karena pms dan orang-orang yang tidak mengerti.

aku mengamati. ketika lengan-lengan itu bersidekap sementara meminta kita mengaliri cinta.

aku mengamati. ketika telinga kita diharuskan selalu ada sementara pembicaraan darinya silakan saja diputus oleh telepon yang dibanting.

aku mengamati. ketika cinta mengajari kebohongan sementara selalu ia diminta menjadi sang bijaksana.

aku mengamati. ketika keputusan hanya untuk sendiri.

dan aku mencatat. setiap loncatan senang karena pujian dan setiap sanggahan atas kritikan. setiap kesah dan gerutuan. setiap rahasia. setiap kesalahan yang disembunyikan. setiap catatan yang ditiadakan.

aku mencatat. sepertimu mencatatku.

~

sudut kubikel, 11 Feb 2011

~ Hawun ~

si penggerutu

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun