Mohon tunggu...
Hawaria Adam
Hawaria Adam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo

Menulis adalah seni mencermati secara teliti, merefleksi tanpa ilusi, dan mencipta penuh cita.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Nilai Toleransi dan Keberagaman pada Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantara

30 Desember 2024   21:58 Diperbarui: 30 Desember 2024   21:58 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Pembelajaran di Tk Negeri Pembina Kihajar Dewantara

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Gorontalo melaksanakan pembelajaran berbasis tematik di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantara sebagai bagian dari tugas mata kuliah Metodologi Pengembangan Afektif Anak Usia Dini yang diampu oleh Bapak Nunung Suryana Jamin, SE., M.Si. Program ini dirancang untuk melatih mahasiswa dalam mengaplikasikan teori ke dalam praktik nyata, terutama dalam membangun aspek afektif anak usia dini, seperti toleransi, empati, dan penghargaan terhadap keberagaman

Sebagai output dari mata kuliah ini, mahasiswa tidak hanya memahami teori tentang pengembangan afektif anak, tetapi juga mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang efektif dengan mengangkat tema “Toleransi” dan subtema “Menghargai Perbedaan.” Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada anak usia dini bahwa keberagaman adalah kekayaan bangsa yang harus dihormati dan dijaga.  

Mata kuliah ini menekankan pentingnya pengembangan aspek afektif, yang meliputi nilai-nilai moral, sosial, dan emosional pada anak usia dini. Menurut Bapak Nunung Suryana Jamin, SE., M.Si., pembentukan sikap toleransi sejak usia dini adalah kunci untuk menciptakan generasi yang mampu hidup harmonis di tengah perbedaan. Melalui metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, mahasiswa diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai ini secara efektif kepada anak-anak.  

Sebagai bagian dari tugas akhir mata kuliah, mahasiswa merancang kegiatan yang tidak hanya mengajarkan toleransi, tetapi juga melibatkan aspek kreatif dan kolaboratif. Dalam pelaksanaan pembelajaran, mahasiswa menggabungkan teori pengembangan afektif dengan metode interaktif, seperti diskusi kelompok, bermain peran, dan membuat karya seni. Kegiatan ini dirancang untuk melibatkan anak secara aktif, sehingga nilai-nilai toleransi dapat diinternalisasi secara alami.  

Selama pembelajaran, mahasiswa mengajarkan anak-anak untuk mengenal tempat-tempat ibadah, pakaian adat, dan budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Aktivitas seperti mewarnai gambar, mencocokkan nama tempat ibadah, dan membuat kolase dari kertas lipat digunakan untuk memperkuat pemahaman anak tentang keberagaman. Mahasiswa juga mengadakan sesi bermain peran yang mensimulasikan situasi toleransi dalam kehidupan sehari-hari, seperti membantu teman yang berbeda agama atau menyapa teman dengan ucapan hari raya.  

Mahasiswa menggunakan berbagai media sederhana namun menarik untuk membantu anak-anak memahami materi. Media seperti puzzle, kartu ucapan, dan gambar ilustrasi digunakan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Media ini tidak hanya mendukung pembelajaran, tetapi juga membantu anak mengembangkan keterampilan motorik halus dan kognitif mereka.  

Sebagai bagian dari evaluasi, mahasiswa mengamati sejauh mana anak-anak mampu menginternalisasi nilai-nilai yang diajarkan. Indikator keberhasilan mencakup kemampuan anak untuk menyebutkan nama tempat ibadah, menunjukkan sikap toleransi terhadap teman, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok. Observasi ini menjadi bahan refleksi bagi mahasiswa untuk memperbaiki pendekatan pembelajaran mereka di masa depan. Selain itu, kolaborasi dengan pihak sekolah membantu memastikan kegiatan berjalan sesuai dengan kebutuhan anak dan mendukung tujuan pembelajaran.  

Bagi mahasiswa, kegiatan ini memberikan pengalaman berharga dalam mengajar dan menerapkan teori ke dalam praktik nyata. Kami belajar bagaimana merancang pembelajaran yang efektif dan kreatif, serta menghadapi tantangan dalam mengelola kelas. Sementara itu, bagi anak-anak, pembelajaran ini menjadi sarana untuk memahami nilai-nilai toleransi dan keberagaman secara menyenangkan, yang diharapkan dapat membentuk sikap inklusif dalam kehidupan mereka.  

Sebagai output dari mata kuliah Metodologi Pengembangan Afektif Anak Usia Dini, program ini menjadi bukti bahwa pendidikan toleransi sejak dini sangat penting untuk membangun generasi yang lebih baik. Dengan dukungan dosen, sekolah, dan kolaborasi antar mahasiswa, kegiatan ini tidak hanya melatih kemampuan mengajar mahasiswa, tetapi juga memberikan dampak positif bagi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa serta menjadi langkah awal yang konkret dalam menjaga persatuan dan keberagaman Indonesia di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun