Khalifah Harun Al Rasyid (wafat tahun 809 Masehi) melanjutkan apa yang telah dimulai oleh kakeknya Al Manshur dalam perlindungan gerakan ilmu pengetahuan, bahkan dia mengungguli kakeknya dalam ragam dan aneka bentuk gerakan ilmu pengetahuan tersebut.
Al Rasyid mendedikasikan dirinya untuk ilmu pengetahuan. Dia sendiri "seorang penyair dan perawi". Tidak ada dalam sejarah seorang khalifah yang merantau untuk menuntut ilmu kecuali Al Rasyid. Dia dan kedua puteranya, Al Amin dan Al Ma'mun, merantau untuk mendengarkan Al Mutha' kepada Imam Syafi'i.
Al Rasyid membawa banyak dari buku-buku warisan Yunani dan menaruhnya di perpustakaan khusus yang dikenal dengan Khazanatulhikmah dan menugaskan tim penerjemah untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab.
Dia menunjuk Johanes Masweh sebagai sekretaris tim penerjemah dan memberikannya wewenang untuk merekrut sejumlah penerjemah yang cakap. Sejak saat itulah penerjemahan menjadi kebijakan umum kekhalifahan Abbasiah.
Khalifah Harun Al Rasyid menggelar pertemuan-pertemuan ilmu pengetahuan di istananya yang meliputi sejumlah ilmuwan besar di masanya seperti Al Ashma'i, Al Kasa'i, Sibaweh, Al Waqidi, Abu Ubaidah, Abu Al 'Atahiah, Abu Yusuf Yaqub, Da'bal, Ibrahim Al Moshuli, puteranya Ishak, dan yang lainnya.
Dalam tiap pertemuan berlangsung perdebatan ilmiah di bawah perlindungan sang khalifah dan dengan partisipasinya.
Penemuan pabrik kertas pertama di Baghdad pada era Khalifah Al Rasyid memainkan peran penting dalam ilmu, ilmuwan, dan permulaan era baru dalam sejarah budaya Islam.
Para ilmuwan mendapatkan penghormatan dan penghargaan yang tinggi dari Al Rasyid. Sumber-sumber menyebutkan bahwa Al Rasyid tidak pernah putus mengunjungi Al Kasa'i tatkala dia sakit.
Para ilmuwan mendapatkan harta kekayaan yang banyak dari Al Rasyid. Bahkan sebagian dari ilmuwan dan dokter memperoleh dana dari Baitulmal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H