Mohon tunggu...
Hawalluddian Haboetarian
Hawalluddian Haboetarian Mohon Tunggu... Penerjemah - Pengamat Timur Tengah dan Dunia Islam

Hidup indah, damai dan tenteram

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ilmu dan Ilmuwab di zaman Khulafa Abbasiah

19 November 2020   09:07 Diperbarui: 19 November 2020   09:12 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peran yang sekarang dimainkan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah dalam perlindungan gerakan ilmu pengetahuan di dunia Islam bukanlah fenomena baru dalam sejarah Islam.

Kebangkitan ilmu pengetahuan yang disaksikan oleh kekhalifahan Abbasiah, merupakan lembaran era emas yang paling mengagumkan bagi peradaban Islam, sebagai hasil dari berbagai faktor terutama perlindungan yang diberikan oleh para khulafa yang peduli dengan ilmu pengetahuan, baik secara materi maupun non materi.

Para khulafa Abbasiah semuanya cinta kepada ilmu dan ilmuwan. Mereka mendukung gerakan ilmu pengetahuan dan ilmuwan, dan menyediakan segala sarana yang membawa kepada keberhasilan dan kesejahteraan.

Mereka sendiri merupakan pelaku-pelaku dalam gerakan tersebut dengan kemampuan ilmu pengetahuan yang mereka miliki dan menjadikan sebagian dari mereka dikategorikan sebagai ilmuwan.

Para sejarawan sepakat bahwa Khalifah Abbasiah II yaitu Abu Ja'far Al Manshur (wafat 775 Masehi) merupakan pelindung utama ilmu pengetahuan di era Bani Abbasiah.
Sang khalifah sendiri sebagaimana disebutkan oleh berbagai sumber adalah "seorang yang memainkan peranan besar dalam perlindungan ilmu pengetahuan". Dia "cakap dalam fikih, maju dalam filsafat, dan ilmu falak". Lebih dari itu dia merupakan "seorang yang paling pandai berbicara dan bertutur kata", dan dia "dikenal sebagai seorang yang selalu menuntut ilmu".  

Demikian pula Al Manshur adalah khalifah Abbasiah pertama yang menaruh perhatian pada gerakan penerjemahan. Banyak buku-buku yang diterjemahkan untuknya dari bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab.

Dokter pribadinya Georges Bakhtisou yang beragama Kristen Nastarian misalnya menerjemahkan sejumlah buku dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab terutama buku-buku yang berkaitan dengan kedokteran.
Patrick Patrick menerjemahkan untuknya beberapa buku Yunani kuno seperti buku-buku Hipocrates dan Jalinus.

Demikian pula Muhammad Ibrahim Al Qazari menerjemahkan untuknya buku Sand Hindia dari bahasa India ke dalam bahasa Arab. Buku tersebut merupakan buku ilmu falak yang paling kesohor pada waktu itu dan kemudian menjadi contoh penulisan ilmiah di bidang ilmu falak.

Abu Ja'far Al Manshur adalah orang yang peduli kepada ilmuwan.  Sumber-sumber menyebutkan betapa besar sikap rendah hati dan kasih sayang yang diperlihatkan olehnya kepada para ilmuwan.

Dokter pribadinya Georges Bakhtisou misalnya mendapatkan penghormatan dan penghargaan selama bertahun-tahun tinggal di Baghdad. Bahkan tatkala dia menderita sakit maka sang khalifah tidak segan untuk mengunjunginya dan melihat kondisi kesehatannya setiap hari. Tatkala dia hendak pulang ke kampung halamannya di Jundisabor maka sang khalifah mengirim kepadanya beberapa dari pengawalnya untuk menemaninya dalam perjalanannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun