Mengenal Kebudayaan Sejarah Sunda: Naskah Babad Galuh Imbanagara

 

Pada gambarr diatas, dapat dilihat bahwa terdapat buku dengan tulisan sambung bercetak miring seperti tulisan khas Aksara Latin dan menggunakan Bahasa Sunda. Naskah tersebut disebut Naskah Babad Galuh Imbanagara. Naskah "Babad Galuh Imbanagara" merupakan suatu karya sastra sejarah yang ditulis pada pertengahan abad ke-19 oleh Wiraadikoesoema. Naskah ini berisi catatan sejarah mengenai keadaan Kabupaten Galuh (sekarang Ciamis) pada masa pemerintahan Bupati Galuh Raden Adipati Aria Kusumadiningrat.

Naskah ini menceritakan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Kabupaten Galuh. Mulai dari keadaan Galuh sebelum pindah ke Bojonggaluh, cerita tentang tokoh-tokoh penting seperti Ratu Galuh, Raja Bondan, Ciung Wanara, Bupati Imbanagara, Adipati Panaekan, hingga peristiwa penting seperti Bedah Ciancang. Selain itu, naskah juga mengisahkan peran Raden Adipati Aria Kusumadiningrat (Kanjeng Prabu atau Kanjeng Dalem) dalam mengelola pemerintahan dan membangun berbagai fasilitas untuk masyarakatnya.

Naskah ini ditulis dalam bahasa Sunda dengan huruf Latin. Penggunaan bahasa dan huruf tertentu memberikan ciri khas pada naskah dan mencerminkan konteks kebudayaan pada masa itu. Teks ini memiliki struktur yang terorganisir, terbagi kedalam delapan jilid yang menceritakan serangkaian peristiwa tertentu. Struktur ini memungkinkan pembaca untuk mengikuti alur cerita secara sistematis.

Penelitian  naskah ini dilakukan dengan berbagai pendekatan, antara lain filologi, sastra, pemberdayaan, dan hubungan antarmanusia. Filologi digunakan untuk mengekstrak informasi berharga dari teks-teks kuno yang dapat diterapkan dalam konteks pemerintahan modern. Metode sastra digunakan untuk menganalisis struktur teks dan hubungan antar bagian. Pada saat yang sama, pendekatan pemberdayaan dan hubungan antarmanusia difokuskan pada bagian akhir teks.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pemberdayaan yang dilaksanakan Bupati Galuh saat itu masih layak diterapkan dalam pemerintahan modern. Meski terdapat perbandingan dengan program pemberdayaan yang dilakukan  pemerintah kabupaten saat ini, namun esensi dari upaya tersebut tetap sama yaitu membangun masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kemandirian dan kebahagiaan mereka. Naskah ini memiliki nilai sejarah, budaya, dan pendidikan yang tinggi, dan kajiannya memberikan wawasan  tentang keadaan masyarakat dan pemerintahan di masa lalu.

Terdapat beberapa fungsi komunikasi yang dapat diidentifikasi dari Naskah Babad Galuh Imbanagara, yaitu:

• Pemberdayaan dan Inspirasi: Melalui kajian tentang pemberdayaan yang dilakukan oleh Bupati Raden Adipati Aria Kusumadiningrat, naskah ini dapat berfungsi sebagai sumber inspirasi untuk pemimpin dan pemerintah saat ini dalam mengembangkan program pemberdayaan masyarakat. Penggunaan metode pemberdayaan dalam naskah bisa dijadikan contoh atau model untuk merancang kebijakan pemberdayaan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
• Pembelajaran dan Pemahaman Budaya: Teks ini menyajikan nilai-nilai, tradisi, dan kebijakan pemerintah yang dapat memberikan wawasan tentang bagaimana masyarakat Galuh hidup dan berinteraksi di masa lalu.
• Perkembangan moral dan etika: Teks ini mungkin juga memuat ajaran moral dan etika yang dapat menjadi pedoman bagi masyarakat pada zaman ini. Nilai-nilai tersebut dapat mencakup kepemimpinan etis, tanggung jawab sosial, dan  kebajikan yang dianggap penting dalam konteks sosial abad ke-19.

Berkat beragam fungsinya tersebut, Naskah Babad Galuh Imbinagara tidak hanya menjadi dokumen sejarah tetapi juga merupakan dokumen budaya yang berharga, dengan dampak yang sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia.

 
Daftar Pustaka

https://pustaka.unpad.ac.id/archives/84827