Mohon tunggu...
Hawa Hawa
Hawa Hawa Mohon Tunggu... wiraswasta -

nothing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Sad Romance] Di Pantai Itu Mereka

9 November 2011   00:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:54 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Malam, tepi pantai

Semilir angin laut menghempas bibir pantai, pasir bergerak perlahan tersapu lembut air laut, sepasang kekasih ada disana, duduk berdua ditemani kelip-kelip cahaya bintang nun jauh diatas langit.

Ada masing-masing gelisah pada hati sepasang kekasih itu, bagi mereka ini adalah malam terakhir mereka menikmati kebersamaan. Tangan mereka terus bergandengan seakan tak  ingin berpisah. Tadi sore sebelum janjian bertemu di pantai masing-masing sudah tahu apa yang akan terjadi untuk mereka berdua, untuk perjalanan kisah cinta yang mengharu biru.

“Maafkan aku”, ucap sang lelaki lirih

“Untuk apa?”, kekasih lelaki itu bertanya

“Kamu pasti sudah tahu maksudku mengajakmu kesini, disini pertama kali kita bertemu tapi disini juga perpisahan kita sayang, aku tahu kamu sedih dan tidak siap menerima semua ini, tapi ini realita, cinta kita tak dapat diteruskan lagi”

Kekasih lelaki itu menunduk, kakinya bergerak terus memainkan pasir pantai, matanya berkaca-kaca menahan tangis. Ucapan lelaki itu begitu perih dan menyakitkan, bagaimana mungkin lelaki itu meninggalkannya setelah ia memberikan semua hati dan cintanya, rasanya ini tidak adil dan sungguh-sungguh tidak adil.

“Aku benci ini, ini sungguh tidak adil!”

“Ssssstttttt”, lelaki itu meletakkan telunjuknya dibibir kekasihnya.

“Jangan salahkah Tuhan sayang, salahkan saja aku!, bagaimanapun akulah penyebab semua ini”

“Tidak, ini bukan cuma kesalahanmu, jangan menyalahkan diri sendiri atas semua ini, bagaimanapun aku juga salah”

“Cinta suci kita dibangun diatas realita dan kepedihan, dimana dunia akan sulit menerimanya sayang, terlalu banyak rintangan bila ini diteruskan”

Kekasih lelaki itu diam, matanya mendongak kelangit, pelan-pelan butiran cristal lembut mengalir diujung matanya yang bening.

“Kalau nanti dilahirkan kembali, aku hanya ingin kita jadi sepasang merpati!”

Kekasih lelaki itu menangis, air matanya terus mengalir tak terbendung. “Ini tidak adil, tidak adil!”, bibirnya terus mengumpat seakan ingin menyalahkan apapun yang ada disekitarnya.

Lelaki itu memeluk kekasihnya, pelukan terakhir kali.

“Maafkan aku sayang, aku yakin kamu pasti kuat, aku tahu ini pedih, tapi cinta kita harus dikubur selama-lamanya, percayalah padaku, kamu pasti kuat!”

Kekasih lelaki itu mengangguk perlahan.

“Pergilah, aku masih ingin disini, percayalah, aku akan baik-baik saja, tinggalkan aku sekarang, pergilah!”

Lelaki itu pun meninggalkan kekasihnya di tepi pantai penuh kenangan itu, langkahnya gontai perlahan. Dalam langkahnya untuk terakhir kali, dia menoleh perlahan pada kekasihnya.

“Maafkan aku, Herry, aku tahu ini berat sayang, maafkan aku”

Lelaki itu kemudian berlalu meninggalkan kekasihnya. Kekasih lelaki itu masih duduk di batu tepi pantai penuh kenangan itu. Ucapan lirih nan sendu keluar dari bibir manisnya.

“Aku mencintaimu Wepe, aku akan selalu mencintaimu sampai kapanpun, kau adalah cinta pertama dan terakhirku, walau aku tahu ini salah, tapi akan tetap mencintamu”

Malam bergerak perlahan menemani Hery yang masih duduk termangu sambil menatap kepergian Wepe dari sisinya,  di tepi pantai itu.

“I Love You Forever, Wepe”

“Ah, Cinta kadang seperti Jailangkung, Datang Tak Dijemput, Pulang Tak Diantar”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun