Mohon tunggu...
ManG JIMs
ManG JIMs Mohon Tunggu... Lainnya - orang desa

Change world with love

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Cisalak, Mungkinkah Jadi Laboratorium Geologi?

30 Januari 2022   23:26 Diperbarui: 30 Januari 2022   23:35 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menuju Dusun Cisalak Desa Cipedes Kecamatan CIniru Kabupaten Kuningan kita dihadapkan pada perbukitan yang mengelilinginya. Jalanan ke sana, berkelok tajam dan naik turun cukup menggetarkan dengan kemiringan tidak kurang dari 45 derjat. Cukup menengangkan jika baru pertama kali ke wilayah itu.

Dari pusat kota Kabupaten Kuningan, menuju ke arah timur melalui pasar baru sampai ke Desa Garawangi. Cukup dengan waktu tempuh 20 menit kalau sedikit padat transfortasinya. Sampai di Garawangi, baru belok ke arah kanan dan langsung dihadapkan pada kelokan jalan menurun tajam melalui jembatan dan langsung menanjak berbelok tajam.

Bagi pesuka tantangan tentu sangat menyenangkan dengan kondisi jalan seperti itu. Dari Garawangi ke Dusun Cisalak bisa ditempuh satu jam lima belas menit. Jaraknya kurang lebih sekitar 25 Km. lamanya jarak tempuh bukan karena jauhnya. Namun kondisi jalan yang tidak bisa memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi, harus hati-hati.

Kalau kita melihat dari lokasi Pasar Ciniru, ke arah belakang atau Kuningan dan sekelilingnya wilayah ini seperti baskom. Bukit yang mengelilinginya, sejajar dengan daratan di wilayah Kuningan. Artinya Ciniru itu berada di bawah. 

Perbukitan ini masuk ke hutan Perhutani. Jadi tanamannya tak jauh dari pohon pinus. Ketika masuk wilayah Cipedes, sudah dihadapkan tebing bebatuan curam dan dibelah sungai. Uniknya bebatuan itu serpa batu lapis. Ada yang berwarna coklat seperti tanah lempung, ada pula warna hitam serupa batu gamping.

Dari sini, memunculkan istilah ada batu suiseki. Batu yang ditempa alam, membentuk rupa rupa wujud. Bisa berupa miniatur bangunan, mainan dan tidak jarang dengan bentuk unik yang dianggap warga setempat memiliki daya nilai seni.

Terkenalnya batu suiseki, membuat masyarakat di luar Ciniru berdatangan dan mengambil dari sungai. Sehingga membuat kerusakan das sungai. Hal ini membuat aparat kecamatan setempat membuat pelarangan mengambil batu suiseki, sampai sekarang.

Andaikan kita menelusuri sungai, tentu akan berhadapan dengan batu berlapis. Meski terdapat juga batu jenis andesit. Melihat tekstur perbukitan yang terkelupas, tak ada pepohonannya. Terlihat jelas bahwa bukit itu berupa bebatuan. Bukan perbukitan yang berisi tanah padat membentuk gundukan. Namun batu yang menjulang.

Bebatuan yang menjulang itu lebih jelas dilihat langsung di Dusun Cisalak, tepatnya di sungai Cisetra. Bebatuan lapis, ada nozel yakni batu baru yang tumbuh dalam batu. Terdapat pula artepak cacing purba dan masih melekat di batu. Semakin jauh berjalan sampai pada hulu Sungai Cisetra. Maka bebatuan itu semakin terlihat jelas.

Jika kita menghadap ke barat, samping kiri terlihat batu lapis menjulang tingga. Bisa dipanjat karena kemiringannya 60 derajat. Tidak terlalu sulit meski tidak menggunakan alat refling. Semakin ke atas, sampai puncak batu semakin terlihat bahwa batu lapis itu melengkung membentuk kars.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun