Langit senja yang dihaturkan bersama lantunan adzan, do'a berbuka yang diucapkan ketika gulita mulai merayap semburat jingga di ufuk barat, serta kecapan mulut dan alat makan yang beradu sudah menjadi harmoni familiar di bulan ini.
Bulan suci Ramadhan, merupakan bulan penuh kebahagiaan yang dinantikan tiap insan. Setiap detik ibadah terlaksana, setiap momennya yang tercatat adalah hal berharga yang lebih berharga dari apapun. Canda tawa suka duka dalam bulan ini nampak lebih berarti dibandingkan bulan apapun.
Namun, apakah kalian merasa bahwa suasana riah itu makin memudar? Ramadhan kali ini beda dari biasanya, meski ucapan penyambut selalu ada, namun hal itu tak semeriah dulu.
Tak ada lagi sahutan anak kampung membangunkan sahur dengan  riang, tak ada lagi suasana ibadah yang terasa sangat pekat penuh kereligiusan, tak ada lagi sensasi asik dan seru hendak berlama-lama di bulan suci kali ini.
Tak bisa diketikkan dalam kata-kata, namun percayalah bahwa kini semua berbeda. Entah apa yang terjadi, entah apa yang berubah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H