Mohon tunggu...
Haura Muafa
Haura Muafa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Amateur Writer

Rule number #1, Never be number #2.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fiksi Mini: Kesedihan yang Lezat

9 Februari 2024   14:30 Diperbarui: 9 Februari 2024   14:32 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di dalam kesunyian rumah sakit, pasangan suami-istri itu menunggu dengan gelisah. Mereka sangat menanti-nanti kelahiran anak mereka, namun takdir berkata lain. Proses kelahiran yang seharusnya menampakkan kebahagiaan, malah menjadi mimpi buruk bagi suami istri tersebut.

Setelah menunggu agak lama di ruang persalinan, seorang dokter akhirnya muncul. Dengan mimik sedih, ia berkata

"Maaf, kami telah melakukan segala yang kami bisa," ucapnya dengan suara lembut, namun nada pecahnya membuktikan bahwa ia sangat menyesal.

Tangis sang istri pecah, ia tersedu di dalam dekapan suaminya. Tangan suaminya menggenggam jemari istrinya erat, mencium keningnya dan mencoba menghiburnya.

"Mengapa ini harus terjadi?" Sang istri bertanya dengan hati yang sudah hancur, air matanya sudah tak bisa dibendung. Sang suami menghela nafas, menepuk pundak istrinya dengan lembut, "Tidak apa, sayang.. Semua ini adalah rencana tuhan"

Meski sang suami mencoba menghiburnya dengan berbagai cara, tetap saja kesedihan ini tak bisa tahan. Ia memeluk istrinya dengan erat, ketika istrinya digiring oleh suster keruang rawat inap dengan isak yang masih terdengar.

"Makanlah dahulu, biarkan kesedihanmu hilang sejenak," bujuk sang suami sembari mengulurkan piring berisi daging yang disediakan pihak rumah sakit. Ia khawatir, jika kesedihan ini berpengaruh pada kesehatan istrinya. Sang istri mengangguk, membuka mulutnya dan ia mulai disuapi dengan cara yang lembut.

"Ini... sangat enak," celetuk sang istri, ketika daging cincang itu mulai memasuki mulutnya dan meleleh dilidahnya. Ia mengunyahnya dengan lahap, dan seakan energinya kembali lagi. Suaminya turut senang, ia menyuapi istrinya kembali dan berterimakasih pada suster yang masih ada di sana.

"Terimakasih suster, makanan rumah sakit sangat enak dan bisa mengembalikan suasana hati istri saya" ucap sang suami penuh terimakasih.

Suster mengangguk, lalu menjawab dengan ramah, "Sama-sama, tuan. Sudah termasuk pekerjaan kami"

"Bagaimana nona?" tanya suster, sembari mendekat kearah kasur dan mengambil gunting. Dengan lihai, ia merapikan vas yang ada di sana sambil melanjutkan pertanyaannya, "Rasa daging dari buah hati anda?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun