Ayah? Kenapa? Ini aneh. Tapi aku merasa, ia memang serupa dengan ayah. Parasnya, tinggi tubuhnya, aroma dan senyumannya menyamai ayah. Â Jujur saja, aku sangat nyaman ketika ia berada di dekatku, seakan mendapat sosok seorang ayah.
Aku merasa, orang itu akan membawa setitik cahaya dalam hidupku. Rambut pirangnya, senyum manisnya, terlalu sulit untuk kulupakan. Aku seakan melihat ketulusan hatinya saat ia menolongku, dan menyunggingkan senyumnya untuk diriku. Seakan ibu kandungku.
Ibu kandung? Aku sudah memilikinya. Tapi, sifatnya bak ibu dari bawang merah. Aku bahkan tidak merasakan sosok seorang ibu saat ada dirumah itu. Ya, rumah itu.
Rumah yang bagai neraka bagiku, semua penderitaanku terkumpul disana dan ingin kutinggalkan dan kulupakan.
Ini mungkin aneh untuk pertemuan pertama kali dengan orang asing, tapi aku ingin dia bersamaku.
Aku ingin dia berada disisiku.
Aku ingin dia berada dipihakku.
Aku terus berangan tentang hal yang mustahil. Tapi, siapa lagi kalau bukan dia? Dia satu-satunya insan yang mau menyuguhkan senyuman padaku. Aku tahu ini alasan yang aneh, tapi aku merasa ia ada dipihakku.
Aku tidak ingin sendirian lagi,
Aku tidak ingin tersiksa lagi,
Aku tidak ingin merasakan siksaan untuk kedua kalinya,