"BACAN". Siapapun penghobi batu mulia pasti sangat kenal dengan nama batu yang satu ini. Batu mulia berwarna hijau-biru dengan karakteristik unik yaitu konon bisa “hidup” karena bisa berubah warna dan kejernihan. Batu permata yang dalam bidang keilmuan “perbatuan” dikenal dengan nama Chrysocolla in Chalcedony atau untuk orang “luar” menyebutnya dengan Gem Silica ini sangat menarik minat penghobi batu mulai dari dalam maupun luar negri.
Sesuai dengan namanya Batu Bacan berasal dari pulau bacan yang berada di Kepulauan Maluku tepatnya di sebelah barat daya pulau Halmahera. Sebuah pulau kecil yang jarang terdengar namanya tetapi popularitasnya ikut terangkatkarena boomingnya batu bacan tersebut.
Di pasaran harga batu bacan sangat beragam mulai dari harga ratusan ribu sampai dengan puluhan juta rupiah. semua harga tergantung dari prinsip utama dalam dunia perbatuan yaitu 4C (Cut, color, clarity, and carat) dan tentunya berpulang siapa penjual dan pembelinya juga menentukan harga dari batu tersebut. Dari beberapa jenis batu lokal, mungkin batu Bacan inilah yang mempunyai nilai jual paling tinggi ketimbang batu local lainya di Indonesia. Dan memang terlepas dari segi nasionalisme kualitas Gem Silica made in Indonesialah yang paling indah di bandingkan gem silica made in Negara lain seperti Philipines, Peru, dan daerah seputaran amerika latin yang juga sama-sama menghasilkan bebatuan berjenis bacan.
Trademarkbatu bacan yang paling sering terdengar adalah Bacan Doko yang berwarna greenish-blue dan Bacan Palamea yang berwarna bluish-green tetapi sebenarnya di sekitaran kepulauan Halmahera sendiri bukan hanya menghasilkan batu jenis bacan atau Chrysocolla in Chalcedony saja, tetapi ada juga jenis Chrome Chalcedony (Mtorolite), Batu Carnelian dengan ciri khas warna merah atau yang biasa dikenal dengan nama Bacan Obi dan juga Batu Giok (Jade).
Bagi di kalangan penghobi mungkin belum afdol apabila belum memiliki batu Bacan. Dan karena itulah demi mendapatkan warna serta kejernihan yang ideal beberapa diantara penghobi tersebut melakukan beberapa treatment (perawatan) untuk batu bacan mereka. Diantara jenis perawatan tersebut mulai dari yang standart seperti dilakukan pemanasan (heated) dari dipanaskan sinar matahari, bola lampu, kompor bahkan ada yang sampai di masukan rice cooker :D. Juga ada pula perawatan yang agak “nyeleneh” yaitu mulai dari yang alami yaitu di rendam minyak zaitun, minyak kemiri, air kelapa sampai dengan melakukan perawatan dengan zat kimia tertentu seperti H2so4 (Sulfuric Acid). kesemuanya itu demi menghasilkan batu bacan yang berwarna jernih, kristal dan bebas dari warna dan serat yang mengganggu keindahan batu bacan tersebut.
Bagi beberapa orang tindakan perawatan batu tersebut mungkin dianggap tidak ilmiah, kurang kerjaan bahkan tindakan konyol. Tetapi di situlah letak sisi menarik dari sebuah hobi mengkoleksi bebatuan termasuk batu bacan. yaitu bagaimana membuat sesuatu batu bacan biasa menjadi lebih menarik (walaupun harus mengorbankan beberapa koleksi batu karena eksperimen ngawur). :D
Tapi yang namanya hobi asalkan tidak melanggar moral hukum dan HAM dan tentunya juga kondisi asap dapur ya di jalani saya. Siapa tahu selain bisa menghilangkan stress juga bisa menambah teman, relasi bahkan siapa tahu bisa merubah bacan menjadi berlian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H