Secangkir sudah tandas, namun pikiran masih gamang, haruskah bicara ini disudahi,
Kau melirik, kopiku masih beruap, baru sedetik tadi seruput pertamaku hinggap
Kau putuskan menunggu
Padahal sesekali cangkir kosong milikku kusentuh, sekadar isyarat bahwa pembicaraan harus segera dipangkas
Sore itu tanpa senja
hujan memadamkan segala yang bara
Kita rela menanti hingga reda, hingga tetesnya habis tak tersisa
Ada yang selalu kita larung bersama waktu
Ia tak pernah menjelma sesuatu
Ada pula yang tak pernah putus dari doa
Ia terus menerus digantung pada kuasaNya
Mungkin kita sok beradab
Menjaga segala yang terlanjur akrab
Memeluk rasa begitu erat
Sepercik khawatir mulai terserap
Mungkinkah percaya bisa menjelma harap
"September, Sesudah Hujan"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H