Para orang tua mendadak harus jadi guru, harus jadi tempat bertanya anak-anak ketika materi pelajaran tak terpahami. Tak sedikit yang mengeluh dan sempat menggerutu.
Mas Menteri sendiri, sebetulnya tak menekankan ketuntasan kurikulum dalam proses belajar. Hanya saja, beberapa pihak cenderung kaku menafsirkan kebijakan beliau.
Dalam proses belajar daring, para siswa juga wajib memakai seragam sekolah lengkap, berswafoto sambil memegang lembaran tugas atau mengirim hafalan materi belajar lewat video.
Beberapa siswa sering terlihat gerah dan tidak nyaman. Mereka merindukan suasana sekolah yang dulu. Seminggu pertama masa pandemi, para siswa merasa girang tetap dirumah, mereka bahagia bisa bangun siang, makan, nonton film dan bermalas-malasan sampai bosan.
Tapi, begitu pandemi memasuki bulan ketiga dan masa sekolah seharusnya sudah tiba, mereka mulai bosan. Satu persatu pertanyaan muncul "kapan masuk sekolah?". Tak ada yang bisa menjawab. Sementara angka positif Covid-19 terus naik dan pemerintah sudah menetapkan masa new normal, bahkan di beberapa tempat protokol kesehatan mulai diabaikan.
Bisa jadi, di suatu hari sekolah tak lagi butuh gedung dan siapapun bisa jadi guru. Teknologi akan menjadi "kelas" sekaligus "harapan" agar manusia tetap dianggap berpendidikan tanpa harus dibatasi ruang dan waktu.
Mereka yang tak sanggup menyesuaikan dengan kondisi itu, harus bersiap menerima pengabaian, pengucilan, keterasingan bahkan dianggap tidak ada dalam siklus perkembangan hidup manusia.
Selamat memasuki masa normal baru
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI