Mohon tunggu...
Hatim Gazali
Hatim Gazali Mohon Tunggu... -

Lecturer at Sampoerna School of Education (SSE), free writer and researcher. Alumnus of Center for Religious and Cross Cultural Studies

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Apa Itu Menulis

16 September 2011   07:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:55 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Aku hanya suka apa yang ditulis dengan darah“Menulis adalah permainan dalam bahasa

Nietzsche

Seringkali saya mendapatkan pertanyaan dari teman “bagaimana cara menulis artikel?, Bagaimana agar tulisan kita bisa dimuat di media massa? Bagaimana cara memulai tulisan?” serta beragam pertanyaan lainnya. Tak cuma itu, sebagian yang lain dengan mudah mengajukan permintaan “ajarin saya menulis dong”? Pertanyaan dan permintaan itu sudah kerap saya terima baik dari teman-teman terdekat, mahasiswa atau bahkan orang-orang yang lebih senior dari saya. Terhadap pertanyaan dan permintaan itu saya menjadi bertanya-tanya: bukankah sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi setiap orang sudah diajari tentang menulis? Jika ia mahasiswa, bukankah disetiap perkuliahan terdapat tugas membuat makalah? Atau yang lebih sederhana, bukankah setiap hari ia bisa menulis SMS, status facebook / tweeter, atau bahkan surat cinta dan catatan harian? Apa arti pelajaran Bahasa Indonesia yang didapatkan sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi jika tak mampu membuat anak didiknya bisa menulis? Apa kegiatan menulis makalah, SMS, status facebook / tweeter ataupun surat cinta tidak dikategorikan menulis sehingga muncul pertanyaan dan permintaan tersebut. Tapi mengapa masih muncul pertanyaan dan permintaan tersebut—tentunya tidak hanya kepada saya tapi juga kepada orang lain. Hal ini terkait dengan cara mendefinisikan apa itu “menulis”. Setiap orang bisa memiliki definisi yang berbeda mengenai kata menulis itu? Secara formal, menulis bisa dimaknai sebagai mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat (Akhadiah, dkk, 2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) mendefinisikan menulis adalah “melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan”.  Sapardi menyatakan, menulis adalah menulis apa saja, pokoknya tidak mengutip dan menerjemahkan (Soemanto, 2005: 8). Sementara Sunardi Rinakit (2008) menjelaskan, menulis adalah suatu pekerjaan yang melelahkan, karena si penulis  tidak tahu barometer pengaruh tulisan tersebut. Dan masih banyak definisi lainnya. Lalu, apakah definisi di atas yang anda maksudkan dengan menulis? Atau, apakah definisi di atas bisa membantu anda untuk memudahkan menulis? Jika definisi di atas tak membantu anda untuk bisa menulis atau justru menjadi penghambatnya, jangan sungkan untuk menyingkirkan definisi itu dari kepala anda. Lalu, buatlah definisi-definisi praktis tentang menulis sehingga memudahkan dan memotivasi anda dalam menulis. Secara praktis-operasional, definisi menulis juga bisa beragam. Menulis bisa didefinisikan sebagai bentuk ekspresi diri untuk menyatakan pandangan-pandangan pribadinya; profesi / pekerjaan yang harus dilakukan setiap hari sebagaimana wartawan; kewajiban untuk mendapatkan gelar akademik melalui penulisan skripsi, tesis atau disertasi; cara untuk mendapatkan duit; alat untuk meningkatkan karier, media untuk mengkampayekan diri atau program, dan lain sebagainya. Definisi praktis-operasional ini terkait dengan motif anda menulis. Terlepas dari itu semua, menulis pada prinsipnya hanyalah permainan bahasa dengan merangkai kata-kata menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf, dan kumpulan-kumpulan paragraf itulah yang disebut dengan tulisan. Untuk lebih praktis, saya lebih suka menempatkan kegiatan menulis sebagai bentuk ekspresi diri melalui media tulisan agar pikiran / gagasan / pengalaman bisa sampai ke khalayak dengan beragam maksud dan tujuan. Karena itulah, menulis catatan di facebook yang di share ke banyak orang merupakan aktivitas menulis, walaupun tanpa disertai kutipan-kutipan ataupun referensi-referensi. Sebaliknya, aktivitas merekam segala pikiran /pengalaman / suasana hati baik dalam bentuk tulisan, gambar, angka-angka dan sebagainya tanpa dimaksudkan untuk diketahui orang lain tidak saya kategorikan sebagai aktivitas menulis. Bersambung…………..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun