Mohon tunggu...
hata madia kusumah
hata madia kusumah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa S1 Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ompongnya Gerakan Mahasiswa IPB

13 Februari 2011   02:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:39 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Oleh:
Hata Madia Kusumah* dan Alfian Helmi**
Gerakan mahasiswa adalah kunci utama yang membangun bangsa Indonesia. Gerakan mahasiswa pernah berjaya pada tahun 1970-an dan puncaknya pada tahun 1998 ketika mahasiswa berhasil menumbangkan rezim ORBA dan Soeharto. Akan tetapi, setelah itu gerakan mahasiswa semakin melemah termasuk juga di IPB sebagai salah satu institusi yang mempunyai posisi strategis dalam pergerakan mahasiswa. Ada tiga faktor yang dapat menyebabkan lemahnya gerakan mahasiswa IPB yaitu (1) Tidak adanya isu yang menjadi musuh bersama (common-enemy), (2) Penjegalan secara struktural melalui sistem yang diciptakan oleh penguasa, dan (3) Tidak adanya konsolidasi yang kuat di internal mahasiswa itu sendiri. Kita tentu bertanya, Apakah benar ketiga faktor tersebut benar-benar terjadi dan membuat gerakan mahasiswa IPB menjadi lemah?
Dari ketiga faktor tersebut faktor common-enemy dan penjegalan struktural oleh penguasa adalah hal yang alamiah terjadi dalam perjalanan pergerakan mahasiswa. Kita harus sadar bahwa hingga saat ini sebenarnya masih banyak musuh bersama gerakan mahasiwa seperti korupsi (Gayus cs, Century, dkk), kemiskinan, kerusakan lingkungan, ketidakadilan, mafia hukum, dan banyak lagi persoalan bangsa baik skala nasional maupun lokal yang belum terselesaikan. Selain itu, faktor penjegalan secara struktural oleh penguasa pun adalah faktor eksternal yang tidak bisa kita kendalikan. Sehingga kita tidak bisa menyalahkan kedua faktor tersebut atas melemahnya gerakan mahasiswa di Institut Pertanian Bogor yang kita banggakan.
Faktor yang terakhir dan merupakan faktor yang bisa kita kendalikan adalahmasalah internal di dalam gerakan mahasiswa itu sendiri. Gerakan mahasiswa saat ini cenderung terkotak-kotak, tidak sinergis dan lebih mengutamakan egosentris. Cenderung menganggap kelompoknya yang paling benar, dan bahkan tak jarang yang mematikan aspirasi mahasiswa dan kelompok lainya, baik secara sadar ataupun tidak.
Jika kita berbicara pergerakan maka pusat perhatian kita otomatis tertuju BEM KM IPB. Lalu mengapa BEM KM kita menjadi macan yang tak bertaring alias macan ompong. Bahkan di kandangnya sendiri BEM KM saat ini tidak lagi merepresentasikan kepentingan mahasiswa dan rakyat Indonesia. BEM yang diharapkan mampu menjadibalance of power rektorat dan para penguasa di negeri ini, justeru terjebak pada kegiatan-kegiatan simbolis dimana didalamnya tak jarang masuk kepentingan parpol tertentu.
Dalam kondisi seperti ini, hal mendasar yang dibutuhkan adalah kepemimpinan mahasiswa yang mampu merangkul semua kepentingan mahasiswa. Akan tetapi sistem yang ada saat ini tidak mendukung terciptanya kondisi demikian. Salah satu hal yang menjadi penyebabnya adalah proses pergantian kepemimpinan (baca: PEMIRA) yang sudah dimonopoli kalangan tertentu. Lihat saja siapa calonnya? bagaimana aturan-aturannya dibuat? siapa yang membuat aturan tersebut? dan bagaimana transparansi pendanaan dari proses pemilihan tersebut? Kesemuanya ini kemudian bermuara pada rendahnya tingkat partisipasi mahasiswa baik dalam PEMIRA. Hal ini kemudian semakin memandulkan gerakan kita. Gerakan mahasiswa disatu sisi menghadapi tekanan dari luar secara struktural, dan disisi lain mahasiswa juga disibukan dengan urusan internalnya sendiri.
PEMIRA sebagai sarana regenerasi kepemimpinan gerakan mahasiswa seharusnya menjadi wadah pembelajaran bagi kita mengenai etika-etika dan pemahaman bagaimana berpolitik dan berdemokrasi dengan baik. Bukan hanya menjadi sarana untuk menjustifikasi kekuasaan yang sudah dimilki dan mempertahankan status quo seperti yang dilakukan selama ini. Jika hal ini tidak dapat tercapai, lalu apa bedanya kita dengan para pejabat dan politisi yang ada saat ini. Kita tidak lebih menjadi pengkritik yang melakukan hal serupa dengan orang dikritik.
Untuk mengobati semua borok ini, gerakan mahasiswa harus bisa menghadapi tantangan common-enemy dan upaya penjegalan dari penguasa. Akan tetapi, hal yang terpenting adalah mahasiswa harus melepaskan diri dari kepentingan-kepentingan yang sifatnya melemahkan gerakan. Selain itu, perlu juga perbaikan sistem dalam proses regenerasi kepemimpinan gerakan mahasiswa IPB (PEMIRA-red). Hal ini dimaksudkan sebagai upaya normalisasi peta kekuatan kampus untuk mereformasi sistem kelembagaan mahasiswa di Institut Pertanian Bogor.
*Mahasiswa S1 Agribisnis FEM IPB (085710182455 atau http://www.facebook.com/#!/hamkagb44)
**Mahasiswa S1 SKPM FEMA IPB (085716180360 atau alfian.1810@gmail..com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun