Tidak perlu saya jabarkan perasaan saya waktu itu dan sampai sekarang jika peristiwa tersebut kembali terkenang. Berlanjut pada hari jumat beberapa waktu kemudian, biasanya saya sholat jumat di masjid besar yang berjarak hampir 1,5 Km dari rumah tinggal, tapi saat itu saya memilih mengerjakannya di masjid dekat rumah yang tidak lebih 20 meter jaraknya.
Dalam khotbah jumat, Sang khotib dalam ceramahnya sedikit menyinggung gempa jogja yang baru saja melanda dan mengatakan : padahal pada waktu itu sudah ada yang diingatkan, diulang kembali oleh beliau, padahal pada waktu itu sudah ada yang diingatkan. Sayapun terdiam. Sore satu hari sebelumnya, beliau menambahkan, salah satu stasiun swasta menyiarkan prosesi beberapa pemuka agama dan paranormal di pantai selatan yang dilakukan dengan harapan merapi tidak sampai memuntahkan lahar.
Semua telah menjadi puzzle yang telah terangkai, kenapa saat itu, tolong ke jogja netralkan semua merupakan pesan yang saya terima.
Akhirnya, lewat posting ini saya meminta-maaf yang tidak terhingga atas hal itu semua, kepada masyarakat jogja pada khususnya.
Irhamni ya Rabbi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H