Mohon tunggu...
Hasyyati melanie
Hasyyati melanie Mohon Tunggu... Penulis - Hasyya

Gadis kelahiran kota hujan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Tentang Sahabat | Perpisahan

7 Mei 2019   11:25 Diperbarui: 7 Mei 2019   11:26 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu kelulusan adalah waktu di mana kebahagiaan dan kesedihan bercampur. Waktu yang ditunggu-tunggu, namun tak diinginkan. Waktu di mana kita harus melepaskan semua, termaksud persahabatan.

Banyak yang mengatakan
"Walau kita pisah, tapi jangan lupa saling kabar-kabaran, ya."
"Pokoknya kita harus selalu sama-sama."
"Jangan lupain persahabat kita."
Dan yang pasti masih banyak lagi.

Semua memang masih tetap sama, tetapi lihatlah seberapa lama semua seperti itu. Tak akan lama. Justru dari sanalah semua dapat kita rasakan, tentang sekuat apa tali  persahabatan yang selama ini kita jalin, walau terpisah jarak dan waktu.

Tentang Sahabat
Karya: Hasyyati Melanie

Kalian ingat? Dulu kita bukanlah siapa-siapa, aku ya aku, kamu ya kamu, hingga kata 'kita' terucap. Waktu demi waktu yang dulu seakan tak bermakna, kini mulai memiliki rasa, satu asa saling bersama.

Takdir-Nya menyatukan kita, insan yang berbeda, membawa bahagia gantikan luka, bertukar air mata dengan canda tawa, hingga diri lupa akan derita.

Kini, tuhan menggariskan takdir yang berbeda, mengembalikan luka yang menghantarkan duka, akibat satu kata yang sebenarnya tak berdosa.

Perpisahan. Siapa yang menginginkan hal itu? Tak ada bukan, terlebih segalanya telah lama terjalin. Namun, apa daya. Menolak takdir bukanlah kemampuanku, karena semua itu adalah suratan-Nya.

Tak apa, pisah bukanlah akhir dari segalanya. Ini adalah titik di mana kita tau, sekuat apakah ikatan yang selama ini kita jalin.

Sahabat, semoga kelak kita bertemu, dengan sukses dan kebanggaan masing-masing.

Tetaplah dalam jiwa, meski tak tersentuh raga dan tak tertangkap netra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun