Untuk merencanakan suatu wilayah selalu melihat beberapa aspek sebelum dilaksanakan proses perencanaan, diantaranya yaitu aspek fisik, aspek sosial dan aspek ekonomi. Dari aspek-aspek tersebut, terdapat salah satu teori yaitu teori lokasi dan analisis ekonomi (Spatial Economic Analysis) yang digunakan sebagai landasan pokok Ilmu Ekonomi Wilayah dan Kota.
Teori lokasi merupakan teori yang mengkaji tata ruang dalam kegiatan ekonomi, alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungan atau pengaruhnya bagi keberadaan berbagai macam kegiatan baik ekonomi maupun sosial. (Tarigan, 2006:77)
Indonesia memiliki banyak sekali industri yang menjalankan industrin garment dan tekstil. Indsutri TPA (tekstil, produk tekstil dan alas kaki) menyumbang sekitar 7 persen dari nilai tambah bruto (NTB) manufaktur Indonesia pada tahun 2016, menurut perkiraan sementara, setara dengan sekitar 1,4 persen dari total PDB. Ini menunjukkan sedikit penurunan, dengan kedua ukuran tersebut, masing-masing dari 7,5 persen dan 1,6 persen pada tahun 2012. Ini sesuai dengan penurunan jangka panjang dalam output TPA dibandingkan dengan manufaktur, di mana pangsa TPA telah menurun dari sekitar 3 persen NTB manufaktur pada tahun 2005. Hal ini sebagian disebabkan oleh kontraksi besar di industri ini pada tahun 2007 dan 2008, yang memerlukan waktu hingga tahun 2011 untuk pulih ke tingkat pra-kontraksi. Dalam tahun-tahun terakhir, yaitu 2015 dan 2016.
Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Banyumas bersama dengan investor membangun pabrik garment yang terletak di Kecamatan Kalibagor, lebih tepatnya di Eks. Pabrik Gula Kalibagor.
Teori Lokasi Pendekatan Pasar Losch menyatakan bahwa penjual sangat berpengaruh terhadao jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Semakin jauh dari pasar, konsumen semakin enggan untuk membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Dengan demikian, lokasi produksi harus berada di pinggir kota, artinya usaha itu walaupun berada di luar kota tetap merupakan bagian dari kegiatan kota dalam arti kata memanfaatkan range atau wilayah pengaruh dari kota tersebut (Tarigan, 2005, (B) :101).
Pembangunan Pabrik Garment yang merupakan investasi dari PT Sansan Saudratex Jaya, merupakan program yang dibuat oleh pemerintah Kabupaten Banyumas. Pembangunan ini merupakan tahap uji coba yang dilaksanakan guna meningkatkan pendapatan daerah serta membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya terutama bagi masyarakat yang tinggal di Kabupaten Banyumas.
Berlokasi di pusat kecamatan Kalibagor, bangunan Pabrik Garment ini dibagun di lahan dan bangunan berkas Pabrik Gula Kalibag0r. Dengan tidak merusak bentuk asli bangunan serta merenovasi beberapa bagian yang dianggap perlu untuk ditambahkan. Karena mahalnya harga lahan maka dipilihlah lokasi eks pabrik gula kalibagor ini karena posisinya yang strategis dan juga merupakan lahan terbengkalai yang sudah hampir 2 dekade tidak beroperasi. Untuk saat ini Pabrik Garment Kalibagor memiliki sekitar 1.500 pekerja, dengan rata-rata karyawannya ada lulusan SMK. Dengan jumlah karyawan yang sangat banyak tentu hasil produksinya pun tidak kalah banyak. Dalam sehari hasil produk yang dihasilkan bisa mencapai angka 10.000 pcs, dengan rata-rata hasil produksi perjam sebanyak 750 pcs.
Menurut Bupati Acham Husein, Pabrik Garment Kalibagor ini bisa dikatakan sukses dan selanjutnya akan dibangun kembali industri garmen dan ada sekitar 20 pengusaha garmen yang siap menanamkan modalnya pada industri tersebut.Â
Untuk bahan baku garmen, mereka mengambil bahan baku dari pusat kawasan industri garmen yang terletak di Jawa Barat. Walaupun bahan baku bukan berasal dari dalam provinsi, namun letak Kabupaten Banyumas yang dekat dengan Provinsi Jawa Barat tidak menjadi masalah dalam urusan biaya.
Menurut Teori Lokasi Pendekatan Pasar Losch, pembangunan Pabrik Garment di Kalibagor sudah tepat karena menimbang dari jarak tempat produksi dan kebutuhan konsumen tidak akan mengalami kerugian. Dengan membangun tempat produksi menjadi dekat dengan pasar menjadikan konsumen tidak enggan untuk membeli produk karena ringan biaya transportasi dari tempat produksi menuju pasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H