Pola-pola baru yang tidak terlalu biasa di dalam PG dilakukan sebagai solusi mencairkan kebuntuan. Misalnya dengan membuat acara kampanye dan debat antara caketum yang berlangsung hari ini di Hotel Pullman Surabaya untuk Zona II. Para Caketum diundang untuk menyampaikan visi dan gagasan jika mereka memimpin PG, selanjutnya ditanggapi oleh para hadirin, yaitu pengurus daerah tingkat I dan tingkat II.
Saya sebagai kader partai, meyempatkan diri untuk hadir pada acara tersebut. Menyimak sejak awal sebagai orang yang benar-benar ingin mencerna setiap gagasan dari para calon, membaca impresi yang muncul ketika berinteraksi, dan terutama melihat pola gerak yang sangat menggambarkan isi kepala orang-orang di sekitar sang calon.
Ternyata harapan saya untuk melihat kebangkitan PG, tidak terlalu dikabulkan oleh Tuhan. Dari delapan caketum yang tampil sejak semalam, tidak banyak gagasan yang betul-betul orisinal atau setidaknya muncul dari hati dan pikiran yang mendalam. Selain Airlangga Hartarto, saya melihat para caketum itu masih beretorika seperti layaknya mereka sedang berbuih cakap dalam kampanye di hadapan para konstituen yang datang ke lapangan hanya karena diimingi nasi bungkus dan uang dua puluh ribu rupiah.
Bahkan saya masih melihat caketum yang diarak oleh para gadis seksi bayaran yang dipakaikan seragam partai lengkap dengan rok mini. Atau ada juga caketum yang dikawal oleh bodyguardamatir modal fitnes dan tampang seram. Bahkan ada juga yang mengerahkan tim ‘Romli’ (Rombongan Liar) berusia belasan yang tidak tahu apa itiu Partai Golkar.
Semakin lama di sini saya semakin muak dan sedih, karena harus menyaksikan partai yang telah memberikan arti kehidupan bagi saya akhirnya harus masuk ke fase “kepunahan dinosaurus”. Seperti dinosaurus yang sangat besar dan kuat, tidak ada yang memangsa namun akhirnya harus punah karena tidak sanggup beradaptasi pada perubahan alam dan iklim. Jika yang terjadi pada PG hari ini masih berlanjut, maka fase kepunahan itu semakin pasti menjelang.
Airlangga menyampaikan paparannya dengan sangat baik. Gagasan yang disampaikan sangat jelas. Tentu saja dia bisa begitu karena semua orang tahu bahwa dia adalah kader kesayangan Akbar Tanjung dan Agung Laksono, juga kawan yang selalu diminta pertimbangan oleh Aburizal Bakrie. Aktivitas di PG dilakukan sudah sangat lama, bukan karena dia anak Pak Hartarto, tetapi karena dia bisa membuktikan bahwa dia berprestasi dan turut membangun PG dari masa ke masa.
Artikulasi dan intonasinya bagus. Tidak terlihat kilatan ambisi buta saat dia di depan audiensi. Tampil tenang dan percaya diri, meskipun kegelisahan nampak samar dari gestur-gesturnya, terutama saat bicara tentang perpecahan yang sempat terjadi.
Dan yang paling penting, dari semua Calon Ketua Umum, hanya Airlangga Hartarto yang membahas mengenai pentingnya desentralisasi wewenang kepada DPD I dan DPD II agar proses pengambilan keputusan bisa semakin cepat dan tepat, selain gagasan membangun sekolah kader yang profesional sehingga dapat membangun partai dengan baik dan benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H