Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar rencananya akan di gelar pertengahan Bulan Mei. Semua calon ketua umum seperti Setya Novanto, Airlangga Hartarto, Ade Komarudin, Priyo Budi Santoso, dan Azis Syamsuddin mengaku memiliki strategi untuk menjadi orang nomor satu partai berlambang Pohon Beringin tersebut.
[caption caption="sumber foto : kompas.com"][/caption]
Sebagai salah satu kader muda Golkar di Jakarta, tentunya saya berharap siapapun yang menang dalam perburuan gelar ketua adalah seorang yang terbaik dari yang terbaik dan mampu membawa Golkar kembali berjaya. Selain itu, saya berharap tidak ada lagi perpecahan di internal partai seperti yang terjadi dari waktu ke waktu yang akhirnya melahirkan orang seperti Prabowo Subianto, Wiranto, dan Surya Paloh yang lebih memilih membuat partai baru dibanding bahu membahu membangun Golkar.
Ditambah lagi perseteruan antara Aburizal Bakrie (Ical) dan Agung Laksono yang membuat dualisme di dalam Partai Golkar. Imbas yang paling kita semua rasakan adalah dimana calon kepala daerah saat memenuhi administrasi Pilkada serentak yang membutuhkan tanda tangan ketua umum. Sementara saat itu, baik Ical maupun Agung mengklaim dirinya adalah ketua umum yang sah karena dipilih berdasarkan munas yang sah dan sesuai AD ART partai.
Oke, yang saya ungkapkan tadi adalah masa lalu, saya sepakat bahwa kita harus menatap masa depan partai ini agar lebih baik lagi. Mungkin bukan cuma saya saja yang berharap ketua umum yang baru mampu merangkul semua kader, baik di DPP maupun DPD I dan DPD II Golkar dengan menyatukan satu visi-misi untuk kepentingan partai tapi tidak melupakan kepentingan daerah.
Selain itu, saya setuju perkataan Wakil Presiden yang juga tokoh senior Golkar yaitu Jusuf Kalla (JK) yang menegaskan partai ini harus punya pemimpin yang bebas dari jeratan hukum dan memiliki rekam jejak yang bagus, baik di mata masyarakat maupun di kalangan internal partai. Selain itu, JK juga menegaskan bahwa ketua umum yang baru tidak boleh memiliki perseteruan dengan kader lain. Jika kita “clue” yang diberikan JK terkait ketua umum baru, nampaknya mengarah pada sosok Airlangga Hartarto.
JK menginginkan ketua umum yang bersih, maka hanya Airlangga yang tidak pernah tersandung kasus hukum apapun. Ditambah lagi, Airlangga tidak pernah menyerang calon ketua umum lain dan tidak pernah berseteru dengan siapapun, apalagi sesama koleganya di partai. JK juga ingin ketua yang baru bisa merangkul semua kader Golkar dan hal itu sejalan dengan visi-misi Airlangga yang berkali-kali menegaskan akan merangkul semua kader daerah dan melakukan desentralisasi.
Sebagai kader muda Golkar, tentunya saya ingin ketua yang baru bisa memberdayakan generasi kami dan mengarahkan kami menjadi kader handal yang siap meneruskan estafet kepengurusan di kemudaian hari. Namun hal itu pun sudah terjawab dalam program Airlangga yang ingin membangun pendidikan politik untuk kader muda Golkar baik di pusat maupun di daerah. Saya pun tersanjung ketika Airlangga mengungkapkan pentingnya kader muda Golkar bagi kesuksesan Golkar dalam 15-20 tahun mendatang. Oleh karena itu, dia menganggap kader muda adalah aset berharga yang harus diberdayakan agar regenerasi partai berjalan dengan baik.
Meskipun JK nampaknya mendukung Airlangga, seperti yang saya ungkapkan di atas, saya hanya ingin ketua umum yang terbaik dari yang terbaik. Siapapun yang terpilih nanti, semoga Golkar bisa solid dan memenangi Pemilu 2019..
Jayalah Golkar !!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H