Mohon tunggu...
Hasyim MAH
Hasyim MAH Mohon Tunggu... wiraswasta -

Berusaha mengusung wacana nasionalisme, pluralisme dan kepedulian pada alam ini dengan disertai pemikiran yang bijak dan arif... Begitu maunya...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Reformasi Baru Terjadi di Tingkat Nasional (2/3)

8 April 2010   01:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:55 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelumnya lebih baik baca dulu Seri 1.

[caption id="" align="alignleft" width="150" caption="foto dari smilingforever.multiply.com "][/caption]

Penulis ingin memberi contoh dari teori di atas dengan kejadian di Mojokerto dan Jawa Timur yang merupakan tempat tinggal penulis. Dari beberapa kali pilkada yang sudah diselenggarakan, terbukti bahwa kekuatan incumbent (status quo) selalu memenangkan pilkada di kabupaten Mojokerto, kota Mojokerto dan provinsi Jawa Timur.

Pilkada Kab. Mojokerto 2005

Calon incumbent saat itu adalah Achmady yang jika kita lihat caranya mempertahankan kekuasaan, maka dia "sangat Soeharto". Tiga partai terkuat saat itu (hasil pemilu 2004) yaitu PDIP, PKB dan Golkar, semua dipeluk erat oleh Achmady. Semua dinyamankan dan diajak bersama-sama minkmati indahnya uang rakyat. Walhasil, ketiga partai ini mendukung penuh Achmady dan mendapatkan kemenangan mutlak 87,31%. Angka ini pun langsung mendapatkan rekor MURI meski akhirnya tergusur oleh hasil pilkada kab. Jembrana (88,56%) pada tahun yang sama.

Hasil yang hampir 90% ini memperlihatkan bagaimana Achmady berhasil "membina" semua partai besar untuk mendukung. Dan pada kondisi seperti ini, apakah kita masih bisa berharap para anggota dewan bisa mengontrol pemerintah?

Pilkada Provinsi Jawa Timur 2008

Pada pilgub Jatim tahun 2008 ini, memang secara resmi tidak ada calon incumbent. Namun seperti yang telah disebut di atas, mempertahankan kekuasaan bisa dilanjutkan ke kerabat atau kroni dari kepala daerah lama. Hal ini jelas untuk mempertahankan status quo dan "kesejahteraan" para pejabat di pemda Jatim.

Imam Utomo adalah gubernur lama yang sudah 2 kali periode. Di ujung masa jabatan, biasanya wakilnya yang akan digadang untuk menggantikannya. Tapi sayang wagub saat itu, Soenarjo, tidak sejalan dengan Imam. Secara politik, Imam lebih dekat dengan sekdaprov saat itu yaitu Soekarwo. Dengan kondisi ini, bisa dibilang Soekarwo adalah "incumbent secara sistem".

Persiapan Soekarwo untuk menggantikan Imam sudah terlihat sejak tahun 2006 atau 2 tahun sebelum pilkada. Saat itu, Soekarwo sudah membangun "brand" dengan sebutan Pakde Karwo. Membangun brand ini meliputi pembuatan logo dan ilustrasi yang tampaknya benar-benar melibatkan ahli marketing. Soal penyebarannya, jangan tanya, setiap pelosok di seluruh Jatim sudah terpampang wajah Soekarwo saat itu.

Persiapan yang panjang ini tentu melibatkan hampir semua komponen pemda di Jatim. Semua benar-benar dikondisikan untuk memenangkan Soekarwo. Bahkan ketika Soenarjo yang menggandeng Ali Maschan Musa dan didukung secara resmi oleh Golkar, tidak dianggap sebagai halangan yang berarti bagi Soekarwo. Di balik tim sukses resmi, Soekarwo yang menggandeng Saifullah Yusuf ini membuat tim sukses bayangan yang terdiri dari lintas partai, termasuk petinggi Golkar.

Tak heran kalau suara Golkar untuk Soenarjo, lenyap di hari pemilihan. Dan tak heran juga ketika dalam Musda Golkar kemarin, tokoh-tokoh Golkar yang berkhianat di tahun 2008 malah menjadi pimpinan Golkar di tingkat provinsi saat ini. Ini berkat "pengondisian" yang luar biasa yang dilakukan oleh Karsa (sebutan untuk Soekarwo-Saifullah) untuk memastikan pemerintahannya "stabil".

Justru tantangan yang tidak diperhitungkan yang akhirnya sempat merepotkan Karsa. Cagub yang diusung partai-partai kecil yaitu Khofifah Indar Parawansa tanpa diduga memaksa Karsa masuk ke putaran kedua. Tampaknya Karsa terlalu terlena dan sudah yakin menang 1 putaran sehingga tidak menganggap kekuatan Khofifah. Di putaran kedua ini Karsa melakukan segala cara untuk menebus kesalahan, tentunya termasuk cara-cara kotor.

Hasilnya Karsa pun menang. Status quo pun aman. Khofifah yang sempat menggugat karena banyaknya kecurangan pun akhirnya tak berdaya. Meski kecurangan benar-benar ada, kita juga harus sadari bahwa sistem hukum juga bisa direkayasa. Dan calon "incumbent secara sistem" itu kembali berkuasa.

Pilkada Kota Mojokerto 2008

Untuk di kota Mojokerto, kondisinya agak lain dengan kabupaten. Tiga partai besar yaitu PDIP, PKB dan Golkar, ketiganya mempunyai calon sendiri-sendiri. Namun, sebagai pengusung calon incumbent, PDIP sejak awal sudah tampak bakal tak terbendung karena menggunakan segala potensi incumbent untuk berkampanye setiap saat.

Walhasil calon incumbent yaitu Abdul Gani Soehartono yang saat itu menggandeng Mas'ud Yunus, bisa memenangkan pilkada kota Mojokerto dengan angkal mutlak yaitu 68,36%. Angka ini tentu tidak sehebat Achmady di kabupaten Mojokerto, tapi cukup menggambarkan bagaimana kuatnya seorang calon incumbent.

Pilkada Kab. Mojokerto 2010

Mungkin karena rekor MURI itu, Achmady kemudian merasa ke-pede-an. Dia mencalonkan diri menjadi cagub Jatim pada tahun 2008. Hasilnya, dia kalah telak di putaran pertama. Dan tahun 2008 menjadi tahun sial bagi Achmady karena saat itu ada aturan yang mengharuskan dia mundur dari kursi bupati jika mencalonkan diri jadi cagub. Setelah Achmady sudah mundur, aturan ini direvisi, tapi Achmady sudah terlanjur mundur dari bupati dan kalah di pilgub.

Posisi bupati Mojokerto kemudian digantikan oleh wakil Achmady yaitu Suwandi yang kemudian mendapat wakil bupati dari PDIP yaitu Iswanto. Pasangan ini akan menghadapi pilkada lagi di bulan Juni mendatang. Dan sesuai dengan teori status quo di atas, Suwandi dan Iswanto (yang sudah merasakan sama-sama enak) akan maju bersama dalam pilkada. Soal partai pendukung, 2 partai besar sudah di tangan karena keduanya adalah ketua partai di kab. Mojokerto. Suwandi adalah ketua Golkar dan Iswanto adalah ketua PDIP.

Pada pemilu 2009, 3 partai besar di kab. Mojokerto tidak sama dengan tahun 2004. Jika di tahun 2004 adalah PDIP, PKB dan Golkar, maka di tahun 2009 tiga partai besarnya adalah Demokrat, PDIP dan Golkar. Dan menurut Anda, cabup mana yang akan mendapat suara Demokrat dalam pilbup Mojokerto tahun ini? Betul sekali tebakan Anda, tak lain dan tak bukan, pasangan Suwandi-Iswanto! Persoalan apakah pasangan ini nanti akan menang atau tidak, tentu kita harus tunggu hasilnya di bulan Juni nanti. Tapi jika kita lihat teori di atas, Suwandi-Iswanto sudah di atas angin dan akan menang dengan mudah.

Pada pilkada yang dipilih langsung oleh rakyat, memang hasilnya terkadang tidak sejalan dengan jumlah anggota dewan yang ada. Namun untuk daerah di mana tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah, mesin politik partai masih berfungsi dengan baik. Hal ini disebabkan tingkat kefanatikan masyarakat yang masih tinggi terhadap partai. Dan ini berlaku di daerah seperti Mojokerto.

Mengenai tunggang-menunggang pada program pemerintah, tidak ada perdebatan. Setiap ada kesempatan pasang foto, Suwandi-Iswanto selalu pasang tampang. Anjuran mengenai narkoba, pendidikan, pertanian, dsb, semua ada foto pasangan tersebut. Belum lagi ketika mereka menggunakan aparat pemda seperti camat, lurah, ketua RW sampai ketua RT semua dibuatkan acara untuk meningkatkan elektabilitas mereka.

Misalnya saja ada acara pembagian pakaian batik kepada seluruh ketua RT dan RW dari bupati. Acara yang digelar di setiap desa ini jelas bagian dari penyalahgunaan wewenang. Tidak ada angin tidak ada hujan kok tiba-tiba bagi-bagi batik? Yang dilihat orang kan bupati bagi-bagi batik, padahal itu jelas pakai uang negara, kan?

Mojokerto, 7 April 2010

Hasyim MAH

hasyimmah.wordpress.com

 

Silakan lanjut ke Seri 3.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun