Saya adalah rakyat biasa yang suka melihat berita di televisi. Saya merasa peduli dengan negara ini yang didasari oleh rasa cinta yang sangat dalam kepada ibu pertiwi. Dan baru di pilpres inilah saya menyatakan netral. Dan karena sikap yang netral inilah, saya sekarang muak sama MetroTV dan TVOne karena 2 channel itulah yang selama ini saya tonton ketika saya di depan TV.
Sejak Jokowi didukung Partai Nasdem dan Prabowo didukung Partai Golkar, maka pemberitaan dari MetroTV dan TVOne jadi luar biasa ngawurnya. Tak ada lagi berita yang lebih penting daripada kehebatan capres yang didukung atau kejelekan dari capres musuhnya.
Harusnya Ada yang Menggugat
Kita sebagai warga negara, nggak bisa pungkiri bahwa kita perlu channel berita macam MetroTV dan TVOne. Dan mereka harusnya tak boleh punya kepentingan yang mengorbankan obyektivitasnya. Dan harus kita akui bahwa kondisi saat ini sangat parah.
Jika televisi berita sudah tidak obyektif seperti ini, maka kita sebagai konsumen sangat dirugikan. Dan sudah seharusnya ada pihak yang berani menggugat kedua televisi ini karena sudah mengorbankan pemirsanya untuk mengikuti jalan pikiran mereka.
Marilah kita lihat berita mereka saat ini. Betapa menyedihkan ketika isinya hanya memuji capres mereka sekaligus menjelekkan capres yang lain.
Hal ini diperparah karena nggak banyak yang peduli karena banyak orang yang selama ini kritis juga terjebak pada kubu yang mendukung salah satu capres. Jadi orang yang kritis ini akhirnya menikmati keberpihakan televisi jagoannya ini.
Efek Jangka Panjang
Yang paling menakutkan dari keberpihakan televisi ini pada capres tertentu, adalah efek jangka panjangnya. Ada 2 ketakutan besar yang mungkin saja terjadi jika ini kita diamkan.
Pertama: Setelah pilpres 2014 ini sudah menghasilkan presiden terpilih, apakah keberpihakan ini akan berlanjut sampai 5 tahun mendatang? Kalau memang iya, betapa matinya kemerdekaan jurnalisme kita.
Misalnya Prabowo terpilih menjadi presiden, maka dalam waktu 5 tahun ke depan, TVOne akan terus memberitakan berita palsu tentang keberhasilan pemerintah, sedangkan MetroTV akan terus mencari-cari dan mungkin mengada-ada kesalahan pemerintah.
Ini tentu berlaku sebaliknya jika nanti ternyata Jokowi yang menang. Masyarakat penonton televisi akan menjadi korban selama 5 tahun ke depan.
Kedua: Pilpres 2014 ini diikuti 2 pasangan calon capres-cawapres yang kebetulan didukung oleh 2 partai yang masing-masih memiliki televisi berita. Nah, untungnya kedua partai ini mendukung pasangan yang berbeda. Bayangkan jika suatu saat ada pilpres di mana Partai Nasdem dan Partai Golkar mendukung capres yang sama. Maka kita akan semakin mutlak dibodohkan oleh kedua televisi ini.
[caption id="attachment_346182" align="alignleft" width="300" caption="MetroTV"][/caption]
[caption id="attachment_346183" align="alignleft" width="300" caption="TVOne"]
Akankah rasa muak terhadap MetroTV dan TVOne ini akan berlanjut? Apakah ini akan kita diamkan?
Sekali lagi saya tegaskan bahwa saya netral dalam pilpres ini. Dan mohon diingat bahwa netral bukan berarti golput. Saya punya pilihan, namun saya tidak menyampaikan ke siapapun mana capres yang saya pilih.
Mojokerto, 4 Juli 2014
Hasyim MAH
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H