Mohon tunggu...
Hasan Basri
Hasan Basri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa aktif Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Angkatan 2021

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Literasi Digital sebagai Gaya Belajar ala Milenial

2 Januari 2022   01:54 Diperbarui: 2 Januari 2022   01:57 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Generasi Milenial adalah sekumpulan orang yang lahir pada kisaran awal tahun 1980 samoai awal abad 21-an. Ini berarti generasi milenial pada tahun ini berumur kisaran 18-40 tahun. Pelajar milenial menghabiskan 6,5 jam setiap hari untuk membaca media cetak, elektronik, digital broadcast, dan berita. Orang-orang muda di masa milenial sekarang ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda ada yang menggunakan gawai mereka untuk keperluan bersenang-senang seperti main game, Instagram, twitter, facebook, dan lain-lain. Ada juga pihak kedua yang menggunakan dan memaksimalkan gawai untuk belajar hal-hal baru dan menyelesaikan pekerjaan kita apabila memang perkerjaan kita bergerak dibidang teknologi.

Generasi milenial adalah generasi yang banyak menggunakan teknologi komunikasi instan dan juga generasi yang tumbuh pada era internet booming. Generasi milenial mempunyai kualitas yang unggul daripada generasi sebelumnya rata-rata mereka mempunyai keinginan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi karena mereka sadar bahwa pendidikan merupakan prioritas utama. Pendidikan merupakan investasi paling utama di zaman sekarang ini lewat pendidikan pula kita bisa menjadi seseorang yang bisa bermanfaat dan mengamalkan ilmunya kepada masyarakat. Selanjutnya generasi milenial mengalami perubahan dalam karakter dengan semakin berkembangnya teknologi dan informasi menjadi generasi Z. Menurut Grail Research (2011), generasi Z adalah generasi pertama yang sebenar-benarnya generasi internet.

Di zaman sekarang ini kita tidak luput dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat sehingga kita sebagai manusia harus bisa memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Sebagai mahasiswa yang bijak kita diharuskan untuk cakap memakai teknologi guna menyongsong revolusi industri 4.0. Yang mana pada saat itu kita akan dihadapkan pada kehidupan dimana manusia berdampingan erat dengan teknologi, mulai dari dunia industri, pendidikan, rumah tangga, dan lain-lain. Kita juga harus bijak dalam menggunakannya jangan sampai kemajuan teknologi menjadi boomerang yang akan menghancurkan pemakainya. Belajar di zaman yang serba canggih seperti saat ini harus dikemas sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didiknya.

Upaya yang diperlukan seorang mahasiswa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan mengkaji semua aspek agar apa yang akan kita pelajari nanti bisa optimal. Inovasi pembelajaran yang perlu kita kembangkan adalah inovasi yang berfokus pada pemenuhan fasilitas untuk menunjang proses belajar di lingkungan kampus. Inovasi pembelajaran yang dimaksud juga dalam rangka menyadarkan peserta didik bahwa belajar itu bisa dilakukan dimana saja, belajar juga harus dilakukan sepanjang hayat. Poin selanjutnya yang harus kita garis bawahi yaitu kita tidak melulu belajar sesuai disiplin ilmu yang kita ambil, kita juga harus belajar mengenai keberagaman yang mana Indonesia ini sangat beragam mulai dari perbedaan ras, suku, agama, dan masih banyak lagi tetapi hal tersebut yang membuat kita yakin bahwa perbedaan bukan senjata pemicu perpecahan tetapi justru sebaliknya. Disamping kita belajar tentang keberagaman kita juga dituntut untuk belajar mengenai gotong royong dikarenakan kita apabila sudah terjun di masyarakat kita tidak bingung lagi dan siap untuk berdinamika di lingkungan masyarakat.

Literasi digital sangat penting untuk mewujudkan siswa yang berkompeten secara digital. Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi di abad 21 ini sangat erat kaitannya dengan proses belajar mengajar yang pelaksanaannya tidak lagi tradisional dan sudah berbasis digital (digital learning). Selain dua gerakan literasi digital Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Komunikasi, dan Informatika yang dijelaskan di awal artikel ini, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristekdikti) mengadopsi nomenklaturnya pada Oktober 2019. Sejak 2017, pentingnya kemampuan digital juga menjadi proaktif. Generasi milenial. Menteri dan guru besar Universitas Riset dan Teknologi saat itu. Mohamad Nasir telah mengembangkan strategi untuk mendukung penerapan hybrid/blender learning dan memfasilitasi pengembangan keterampilan baru untuk profesi hybrid (Belmawa, 2017). Keterampilan baru ini mengarah pada keterampilan yang terkait dengan literasi digital. Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Intan Ahmad juga menyampaikan bahwa era Revolusi Industri 4.0 membutuhkan keterampilan baru berupa literasi data, teknologi, dan sumber daya manusia (Belmawa, 2018).

Memang di Indonesia, berbagai gerakan literasi digital telah dilakukan oleh para aktor, namun belum ada yang fokus pada literasi digital akademik. Beberapa gerakan literasi digital yang ada berdasarkan tujuh elemen literasi digital yang dikembangkan oleh Jisc (2014) fokus pada literasi media (literasi media), literasi teknologi informasi dan komunikasi (literasi TIK) dan literasi informasi (literasi informasi).Cenderung menebak. literasi). ). Sejauh ini, belum terlihat gerakan yang mengarah pada keterampilan belajar (learning ability), ilmu digital (digital Scholarships), manajemen karir dan identitas (career and identity management), komunikasi dan kolaborasi (communication and Collaboration).

Literasi digital merupakan tonggak keberhasilan ilmu pengetahuan di era digital. Littlejohn, Beetham dan McGill (2012) mendefinisikan literasi digital dalam konteks akademik sebagai berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk berkembang dan berkembang dalam pendidikan ketika sebagian besar informasi dan komunikasi adalah digital. Selain itu, literasi digital memiliki tiga prinsip penting. 1) Keterampilan dan pengetahuan untuk mengakses dan menggunakan berbagai jenis alat dan aplikasi teknologi. 2) Pengetahuan tentang memahami dan menganalisis secara kritis konten dan aplikasi digital. 3) Kemampuan berkreasi dengan teknologi digital (Media Awareness Network, 2010). Ketika semua informasi yang digunakan sebagai sumber belajar didigitalkan dan pelaksanaan pembelajaran mengarah pada pembelajaran digital, literasi digital khusus untuk tujuan akademik menjadi perlu. Kebutuhan sumber belajar di perguruan tinggi saat ini diarahkan pada sumber belajar yang dapat mendukung pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (Rahmadi et al., 2018).

Referensi :

Rahmadi, I. F. dan Eti Hayati (2020) "Literasi Digital, Massive Open Online Courses, Dan Kecakapan Belajar Abad 21 Mahasiswa

                    Generasi Milenial". JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA. 24:91-104.

Supriatna, A. (2019) "Pengembangan Model Pembelajaran Era Generasi Milenial". Seminar Nasional Pendidikan (SNP).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun